Cari Berita

Breaking News

Lebih 14 Lembaga Awasi Pekon Waringinsari Barat

INILAMPUNG
Jumat, 13 Desember 2019

Warga Pekon Waringinsari Barat, Kecamatan Sukoharjo mendapat wawasan kebangsaan. Foto. Lis.

INILAMPUNG.COM - Kepolisian dan tokoh agama di Kabupaten Pringsewu menggelar silaturahmi dan memberikan wawasan kebangsaan kepada masyarakat Pekon (desa) Waringinsari Barat, Kecamatan Sukoharjo.

Waringinsari Barat belakangan ini menjadi sorotan nasional setelah Densus 88 menangkap tujuh terduga teroris di desa setempat.

Kegiatan yang digelar kepolisian bersama kesbangpol, aparat kecamatan dan pekon, itu untuk memberikan wawasan kebangsaan guna menangkal radikalisme. Kegiatan itu diikuti sekitar 60 warga Waringinsari Barat, Kamis (12-12-2019).

Menurut Kepala Pekon Waringinaari Barat Woto Siswoyo,  ada sekitar 14 lembaga yang mengawasi desanya.

Kegiatan ini diharapkan Pekon Waringinsari Barat tidak lagi menjadi sorotan terkait radikalisme. "Saya berharap warga Waringinsari Barat tidak ada yang bergabung dengan kelompok radikal supaya tidak jadi sorotan terus menerus," harapnya.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pringsewu KH Munawir menegaskan belakangan ini ada kelompok tertentu menggunakan isu agama untuk memecahbelas Indonesia. "Jangan mau terjebak dengan bahasa bahasa yang mengatasnamakan agama," ungkapnya.

Dia juga meminta masyarakat tidak gampang percaya dengan isu di media sosial. "Dulu jika mau baca berita harus beli koran dulu, kalau sekarang banyak yang memposting informasi di medsos tanpa diverifikasi kebenarannya, maka dari itu jangan mau terjebak dengan dunia maya," ungkapnya.

Munawar menggambarkan, jaman dahulu orang belajar agama, belajar membaca Quran harus ke masjid. Sekarang banyak yang belajar agama melalui hape. "Pertanyaannya, kira kira yang dibaca itu benar apa nggak. Jika ingin belajar agama yang sesungguhnya maka silakan tanya kepada yang paham agama," ucapnya.

Sedang tokoh Muhammadiyah Rakhmat Nawawi mengungkapkan ada lima pilar untuk membangun wawasan kebangsaan, yang pertama ilmu ulama.

Menurutnya, ulama itu orang yang dekat dan hamba Allah yang takut hanya kepada Allah. Jika mengambil ilmu ulama, tentu kita akan mampu mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pilar berikutnya, adilnya para pemimpin, ketaatan masyarakat beribadah, jujurnya para pedagang serta disiplinya para pegawai dan para pekerja," tuturnya.

Sementara Kasat Intelkam Polres Pringsewu Iptu Darwin mengatakan, generasi millenial saat ini diduga telah banyak melupakan Pancasila sehingga banyak timbul paham paham yang baru. "Zaman Orde Baru jarang muncul seperti itu, tapi jaman reformasi banyak muncul paham yang menyimpang dari akidah," ujarnya.

Darwin mengatakan, dulu begitu susah payah para  pejuang untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia bahkan sampai banyak korban nyawa. Sedangkan saat ini ada orang untuk menghormati bendera merah putih saja tidak mau. "Pejuang pejuang dahulu harus dihormati, bina generasi penerus agar tidak keluar dari jalur khususnya terhadap pengalaman Pancasila," ujarnya

Dia berpesan bila ada orang yang tidak mau bersatu dengan NKRI supaya dirangkul, jangan dibiarkan. "Saya berharap dengan adanya wawasan kebangsaan ini maka paham radikal bisa ditiadakan," tegas Kasat Intelkam Polres Pringsewu. (tyo/inilampung.com).

LIPSUS