Cari Berita

Breaking News

Membaca Kuasa Klan ZP

INILAMPUNG
Minggu, 01 Maret 2020

MELIHAT dan mendiskusikan arena kontestasi di Provinsi Lampung, selama dua dekade belakangan, hampir bisa dipastikan. Melibatkan klan Zainal Abidin Pagar Alam (ZP). 

Hal ini berkaitan dengan terbentuk dan mengakarnya, dinasti ZP di ranah pemerintahan maupun kekuasaan politik di bumi ruwa jurai. 

Pasca berkuasanya Sjachroedin ZP satu dekade jadi Gubernur Lampung, kuasa klan ZP kemudian menyebar di seantero Lampung. 

Periodesasi kekuasaan itu, jika ditulis berdasar tahun, dimulai sejak awal reformasi, sampai pada puncaknya, ada yang jadi bupati, wabup, anggota DPD dan mulai redup pada 2015. Ditandai dengan kalahnya Diza Noviandi di Pilkada Tanggamus, Aryodya tak terpilih kembali jadi DPD RI, kalahnya Rycko Menoza di Pilkada Lampung Selatan, tidak majunya kembali Handitya di Pilkada Pringsewu, dan habisnya masa jabatan Syahrazad ZP dari Ketua DPC PDIP Bandarlampung. 

Penerus utama klan ZP, Sjachroedin ZP juga mulai tidak jadi Ketua DPD PDIP Lampung, membuat pendulum dan pusat kekuasaan klan ZP semakin memudar di provinsi yang lahirnya diprakarsai leluhur mereka. Meski belum sepenuhnya padam, di Provinsi Lampung, klan ZP masih sangat kuat sebagai bandul politik. 

Sepertinya, hanya tinggal menunggu momentum untuk bangkit, dan berkuasa kembali.

2020 ini, usaha menghidupkan kejayaan klan ZP semakin terlihat. Ditandai dengan beberapa sinyal. Diantaranya, digelar haul ke-104 Zainal Abidin Pagar Alam dan silaturahmi keluarga besar Doeloe Bumi pada 29 Februari 2020.

Menyambung kekerabatan Doeloe Bumi, berarti mengkonsolidasikan kekuatan kultural terutama bagi warga di Kedaton, Bandarlampung. 

Tidak ada orang yang tak mengenal Doeloe Bumi di Kecamatan Kedaton, yang luas tanah dan kekayaan keluarganya, nyaris tak terhingga. Terbentang dari Rajabasa sampai Tanjungkarang. Dari Sukarame sampai ujung barat Kemiling. 

Artinya, jika modal sosial dan kultural itu dimaksimalkan, potensi merebut kursi Walikota Bandarlampung pada Pilkada 2020 bagi klan ZP, di atas kertas jauh lebih unggul dibanding bakal calon lain. 

Majunya Rycko Menoza di Pilwakot Bandarlampung menguatkan pertanda dan mendasari alur logisnya. Langsung Rycko Menoza, putra sulung Sjachroedin ZP. Cucu dari Zainal Abidin Pagar Alam. Dalam trah di masyarakat patrilineal, bisa disebut Rycko Menoza adalah pewaris tahta keluarga ZP. Cicit dari Doeloe Bumi.

Majunya Rycko, bukan Aryodya, Haditya, dan atau yang lain dari klan ZP mempertaruhkan Pilwakot Bandarlampung sebagai tangga utama untuk kembali menaja kejayaan keluarga. 

Term dalam politik memang ada ungkapan, politikus bisa mati berkali-kali. Namun semua kuasa, pasti ada batasnya. Ada klimaks, ada era berjaya dan pasti, ada masa terpuruk. Dalam arti, menjadi rakyat biasa. Tidak menjadi pemimpin pemerintahan pada level apa pun, hilang dalam sejarah. Konsekwensi logis dari sistem demokrasi, kepemimpinan yang dipergilirkan. 

Jika Rycko Menoza menang Pilkada, bisa jadi itu adalah capaian strategis untuk kembali menghidupkan berkuasanya trah ZP. 

Pilgub Lampung 2024 mendatang, akan kembali menguat diktum dan ucapan Sjachroedin ZP sebagai pembenar melanggengkan garis kekuasaan pada anak keturunannya. "Anak nabi jadi nabi, anak gubernur, ya jadi gubernur." 

Pertanyaannya, bukankah terlalu besar resiko yang ditanggung jika kalah Pilwakot? 

Semestinya, level Rycko Menoza adalah maju dalam Pilgub. Namun, jika capaian dari Walikota Bandarlampung untuk tangga, ikut kontestasi Pilgub nanti, jika kalah? Siapa yang akan meneruskan kejayaan klan ZP? 

Bagaimana mungkin, putra mahkota yang jadi incumbent di Pilkada Lamsel, kalah. Dilanjut maju di daerah kekuasaan Doeloe Bumi, juga kalah? 

Sulit rasanya ikut kontestasi di Pilgub Lampung tanpa cibiran. Apalagi melawan sederet tokoh yang pasti bakal ikut memperebutkan kekuasaan, dengan latar dan modal politik yang juga cemerlang. 

Mari melihat ungkapan pasangan Ike Edwin-Zamzariyah. Mantan Kapolda Lampung ini, juga mulai kokoh membangun karier politik seperti halnya Sjachroedin ZP. Berlatar polisi dan tahu model memikat masyarakat sekaligus menaikkan citra. "Tujuan saya adalah untuk ibadah."

Secara eksplisit, tegas sekali. Melawan dominasi oligarki dan mencegah dinasti, dianggap sebagai bagian dari ibadah di ranah politik. 

Kemudian, klan ZP bakal melawan bekas anak buah Sjachroedin ZP. Yaitu, Eva Dwiyana, istri Herman HN. Walikota Bandarlampung dua periode. Tentu saja, bukan lawan yang ringan untuk Rycko Menoza.

Ditambah munculnya klan keluarga kaya, anak Alfian yang ikut mewarnai pentas politik Bandarlampung. Pemilik sekolah dan rumah sakit mahal itu, meski maju lewat jalur perseorangan juga tak bisa dianggap enteng. 

Apakah Pilwakot Bandarlampung untuk obor menyalakan cahaya kejayaan klan ZP atau klimaks. Penutup lembaran sejarah dari berkuasanya klan ZP di Lampung?

ENDRI Y.
Penggiat Komunitas Gedong Meneng

LIPSUS