Cari Berita

Breaking News

Pemerintah UK Geming Soal Covid-19

Minggu, 15 Maret 2020

Foto ini dari The Sun per 13 Maret 2020.


Laporan Rilda A.O. Taneko dari Inggris ini menggambarkan pemerintah UK bergeming soal penyebaran wabah virus Covid-19. Betikut tulisan sastrawan asal Lampung itu di laman facebook (FB)-nya.
__________________




WHO menyatakan Eropa sebagai  penyebaran Covid-19 saat ini. Italia menjadi negara yang terkena dampak terbesar, dengan 17.660 kasus dan angka kematian 1.266 orang. Beberapa negara sudah menerapkan sistem 'lockdown', termasuk Republik Irlandia -tetangga terdekat Inggris Raya.

Berbeda dengan kebanyakan negara yang lain, Pemerintah UK tidak menutup universitas dan sekolah-sekolah, tidak melarang kegiatan publik dan tidak menerapkan pelarangan atau pembatasan untuk berpergian.

Pemerintah UK malah mengumumkan: pertama, akan lebih banyak lagi keluarga yang kehilangan orang-orang yang mereka cintai; kedua, skenario terburuk 100.000 orang akan meninggal; ketiga, jutaan warga UK butuh terkena Covid-19 untuk bisa membangun 'herd immunity'.

Pendekatannya seperti hanya meminta masyarakat untuk 'Keep Calm and Carry On washing your hands and singing Happy Birthday'.

Pemerintah juga meminta masyarakat yang batuk dan demam untuk 'self-isolating' di rumah selama 7 hari, jangan ke dokter dan rumah sakit.

Face-to-face appointment dengan dokter sudah tidak ada lagi.

Sejak pengumuman dua hari kemarin itu, masyarakat langsung 'panic buying'. Hand sanitizer, face mask, toilet rolls menjadi incaran. Community spirit juga meningkat: orang-orang mengetuk rumah tetangganya -terutama yang sudah tua- untuk menawarkan bantuan berbelanja.

Banyak kritik mengatakan sikap Pemerintah UK sangat mengkhawatirkan, bahkan beberapa menuduh pemerintah mementingkan ekonomi dibanding nyawa warganya.

Beberapa universitas memutuskan untuk menutup kelas mulai Senin besok, termasuk Lancaster University. Sekolah-sekolah tetap buka, tapi mengirim pulang murid-murid yang batuk-pilek dan meminta mereka tinggal di rumah selama 7 hari.

Berita terakhir, seorang bayi yang baru lahir di London terkena Covid-19. Banyak yang berharap sikap pemerintah UK akan berubah.(dys/inilampung)


LIPSUS