Cari Berita

Breaking News

Apresiasi Puisi dari Ruang Kelas, 'Minyak Goreng Memanggil'

Kamis, 16 Juni 2022


 

INILAMPUNG, INDRAMAYU – SMA Negeri 1 Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menghelat apresiasi puisi dari Antologi Puisi Minyak Goreng Memanggil, Kamis (16/06/2022).

Acara apresiasi dari ruang kelas ini menghadirkan penyair Acep Syahril, Dzakwan Ali, dan Slamet Suryadi sebagai pembicara. 

Acep dan Dzakwan, dua penyair yang puisinya masuk dalam antologi yang digagas dan dikuratori Isbedy Stiawan ZS dan Mustafa Ismail, terbitan Siger Publisher Lampung, Mei 2022. Buku ini menghimpun 54 penyair Indonesia.

Kehadiran 3 pembicara itu mendapat sambutan antusias Kepala Sekolah, guru dan para siswa sekolah tersebut.

Menurut Acep Syahril, dia sempat juga dipanggil oleh salah seorang kontraktor yang merasa penasaran dengan woro woro kegiatan dimaksud. “Apa hubungannya sekolah dengan minyak goreng?”

Atau pertanyaan lain dari salah seorang pengacara, Adun Sastra, SH. “Kenapa persoalan minyak goreng ini harus sampai masuk ke sekolah?”

Dalam sambutannya, Kepala SMAN 1 Jatibarang, Pramudia, M.Si., memaparkan hal yang sama.  Dirinya sempat dicecar beberapa pertanyaan soal kegiatan Apresiasi dari Ruang Kelas yang mengusung tema Minyak Goreng Memanggil.

“Alhamdulillah terus terang saya sangat berterima kasih atas gagasan yang menarik ini. Walaupun saya baru beberapa bulan menjadi kepala sekolah di sini tapi dengan adanya kegiatan yang ditawarkan Kang Acep saya berharap anak-anak bisa mengikutinya untuk dapat memotivasi diri mereka, khususnya dalam hal menumbuhkan kepekaan atas berbagai persoalan yang terjadi di sekitar mereka,” papar Pramudia.

Sebab, kata dia lagi, sangat paham kalau Acep Syahril ini salah seorang penyair yang tidak pernah berhitung untuk ikut memotivasi pendidikan melalui kegiatan sastra yang dia tawarkan ke sekolah-sekolah, khususnya pada aktivitas pengembangan minat dan bakat.

 

Minyak Goreng dan Kepekaan

Pagi itu melalui kegiatan Apresiasi dari Ruang Kelas, Acep Syahril memulainya dengan memaparkan metode metaphorming (suatu cara untuk mengembangkan sistem berpikir kreatif (Creative Open System, COS). Dimana pagi itu para siswa digiring untuk mengenali fungsi dan kerja otak kiri, tengah dan kanan sebelum memasuki dunia sastra yang memiliki medan bahasa tersendiri.

Setelah para siswa menyadari kalau mereka telah digiring ke suatu wilayah kreatif, kemudian dibuka sesi pembicaraan buku kumpulan puisi Minyak Goreng Memanggil.

“Apa yang dilakukan sastrawan Isbedy Stiawan ZS dan Mustafa Ismail yang mengajak para penyair Indonesia menulis puisi tentang minyak goreng, tidaklah semata-mata karena kekecewaan mereka terhadap kinerja pemerintah dan kejahatan para mafia. Tapi tidak lebih sebagai upaya menyatukan perbedaan pandangan dalam suatu wilayah kreatif penulisan puisi dengan tema minyak goreng yang menjadi objek berbagai kepentingan, antara politik, ekonomi dan kekuasaan,” ujar Acep Syahril.

Jadi kegiatan Apresiasi dari Ruang Kelas ini selain sebagai kegiatan sastra yang telah menjadi trade mark Acep Syahril, dia juga berharap dapat menumbuhkan kepekaan para siswa khususnya dalam dunia pendidikan. Sehingga ketika mereka lulus dari sekolah yang diperoleh tidak hanya kemampuan “membaca, menulis dan berhitung saja” atau hanya mengerti “huruf dan angka” tapi lebih dari itu. Mereka juga harus tahu soal kelebihan yang ada dalam dirinya dengan “menumbuhkan kepekaan serta berliterasi” untuk mengatasi hidupnya.

“Sebab literasi bukan hanya membaca, menulis dan menyimak saja, tapi jauh lebih dari itu. Kalian harus mampu membuka wacana berfikir kalian untuk mengatasi berbagai persoalan. Semisal kalian melihat sebuah baskom plastik yang pecah, kalau ditimbang dijadikan barang rongsokan, itu sudah pasti. Tapi kalau dipikirkan lebih jauh dan diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi, itu jauh lebih memungkinkan,” papar Acep.

Setelah memberikan apresiasi pada karya penyair Dzakwan Ali, Nanag R Supriyatin, Isbedy Stiawan ZS, dan Vito Prasetyo yang ada di buku Antologi Puisi Minyak Goreng Memanggil. Beberapa siswa kemudian diberi kesempatan memilih dan membacakan puisi yang ada di buku itu.

Meitah Nurjanah (XI IPS 2), Cenyan (XI IPS 1), Siska Nur Hasanah (X IPA 1) dan Destrinita Febri Siellawati (XI MIPA 2) masing-masing membacakan puisi. Seperti penyair Slamet Suryadi, Cenyan juga membacakan puisi Wawan Hamzah Arfan, “Minyak Goreng Bukan Vitamin”.

langkanya minyak goreng

seharusnya disyukuri

karena lambung jadi aman

tak mudah diserang panas dalam

ingat kata dokter

kurangi gorengan yang berminyak

jika ingin sehat. (*/inilampung)

LIPSUS