Cari Berita

Breaking News

Deteksi Kebohongan Melalui Kombinasi Analisis Kebahasaan dan Fisiologis

INILAMPUNG
Jumat, 22 November 2019

INILAMPUNGCOM - Bandarlampung. Ilmu bahasa terus saja berkembang seiring dengan perkembangan teknologi khususnya di era revolusi industri 4.0. Pada bidang ilmu linguistik forensik, ada potensi untuk mengombinasikan analisis bahasa dengan mekanisme pendeteksi kebohongan (lie detection). 

Menurut Susanto Saman, Ph.D hal ini terkait dengan analisis metafungsi bahasa pada pertanyaan dan jawaban saat dilakukan uji informasi tersembunyi (Concealed Information Test) dan uji pengetahuan kesalahan (Guilty Knowledge Test). 

“Kemudian hasil analisis linguistik forensik dilengkapi dengan hasil analisis fisiologis dengan alat Poligrafi ataupun dengan hasil analisis proses kognitif dalam aktivitas otak yang bisa diperoleh dengan alat misalnya Elektroensefalogram (EEG) dan Magnetic Resonance Imaging MRI” ujarnya di sela-sela Seminar Nasional bertajuk Linguistik Interdisipliner dalam Era Revolusi Industri. 4.0.

Kegiatan yang berlangsung di Hotel Kurnia Satu diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Lampung. Seminar berlangsung selama dua hari 22-23 November ini diikuti oleh 25 pemakalah dan 70 peserta. Para peserta terdiri praktisi pedidikan, peneliti, sastrawan, dan pengamat budaya.

Kepala Kantor Bahasa Lampung, Yanti Riswara dalam sambutannya mengatakan revolusi Industri 4.0 juga menyasar perubahan besar dalam bidang perkembangan ilmu bahasa. Keniscayaan yang dibawa oleh revolusi 4.0 telah memberi lompatan besar dalam proses akulturasi bahasa. 
Menurutnya, saat ini setiap orang dengan mudah mencari dan menggunakan kosakata berbagai bahasa lain melaui media internet.

Setiap orang pun dengan mudah berkomunikasi  dengan orang berbeda bahasa karena adanya sistem internet yang menerjemahkan secara langsung ucapan dalam bahasa asing ke dalam bahasa yang dipahami oleh orang tersebut tanpa selang waktu. 

Hal ini, tentu saja membuat orang dengan mudah bertukar informasi dengan siapa pun tanpa sekat ruang dan waktu lagi, hanya dengan keahlian dalam bidang internet. “Kemampuan berbahasa yang sebelumnya harus diperoleh dengan usaha keras dalam waktu lama sekarang seakan-akan tidak diperlukan lagi. Orang-orang juga dapat menerjemahkan berbagai buku berbahasa asing denga cepat dan mudah ke bahasa yang mereka kuasai” terangnya. 

Dengan demikian, penguasaan terhadap berbagai ilmu-ilmu pengetahuan juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dari buku sumber (asli), tidak terkecuali ilmu-ilmu tentang perkembangan unsur-unsur kebahasaan itu sendiri. Hal ini, mejadi pisau yang sangat tajam bagi semua ahli bahasa, peneliti bahasa, praktisi bahasa, dan pemerhati bahasa untuk terus membedah berbagai persoalan kebahasaan yang juga terus menjamur sebagai akibat keterbukaan sekat data dan informasi antara satu bahasa dengan bahasa lain. 

Setiap bahasa menjadi terbuka lebar terhadap masuknya unsur bahasa lain dengan mudah karena penuturnya melakukan peminjaman kosakata bahasa apa saja semudah dia memasukkan makanan ke dalam mulut. 

“Pada akhirnya, berbagai ilmu bahasa akan berkembang sangat cepat, mulai dari perubahan dialek /bahasa, perubahan sistem struktur kebahasaan, hingga perubahan pengunaan bahasa dalam kaitan dengan penuturnya, baik secara personal maupun komunal, hingga perubahan sistem pemerolehan bahasa Ibu (daerah) dan pengeajaran serta pembelajaran bahasa Indonesia dan bahasa asing,” ujarnya.(rls/bdy)

LIPSUS