Cari Berita

Breaking News

Tak Sekedar the Local Heroes

INILAMPUNG
Senin, 11 November 2019


Foto Pahlawan H, GHalib yang kini masih tersimpan di kabupaten Pringsewu ikut dipamerkan. (dok/ist)
BANDAR LAMPUNG – Komunitas Dongeng Anak, Dakocan bekerjasama dengan Ditjen Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Sejarah Kemendikbud) menggelar pameran perjuangan pahlawan asal Pringsewu, KH Galib, di Gedung Dewan Kesenian Lampung (DKL), PKOR Way Halim, (9-10-11 Okober 2019).

Selama 3 hari puluhan foto-foto perjuangan K.H. Gholib dipajang dan bisa dinikmati ratusan pengunjung, yang datang dari berbagai daerah.

Selain pameran foto, acara tersebut diisi lomba mendongeng epos dan karya tulis tentang Hi. Ghalib, yang selama dini kenal sebagai kiyai di kabupaten yang dikenal dengan sebutan "Seribu Bambu" (dalam bahasa Pringsewu = bambu seribu).

Puluhan foto, dan dokumen sejarah perjuangan H. Ghalib dipajang di ruangan pameran Gedung DKL, Bandar Lampung (10/11/2019)
Kegiatan ini digelar dalam rangka Memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November.


Koordinator acara Ivan Sumantri Bonang mengatakan, event kesejarahan ini sengaja digelar untuk mengenalkan KH Gholib tokoh pahlawan asal Pringsewu, Lampung ini ke khalayak yang lebih luas terutama kaum muda. Karena selama ini KH Gholib hanya dikenal sebagai the local heroes (pahlawan lokal) sebatas di Pringsewu saja.

“Harapannya KH Gholib bisa dikenal oleh semua kalangan, kaum muda terutama dan beliau dapat dianugerahi sebagai pahlawan nasional. Karena beliau pun ikut berjuang dan tewas di tangan penjajah Belanda saat Agresi Militer II silam,” kata Ivan.

Foto Foto:
Ivan mengatakan, Pamerah Perjuangan Kiai Bamboe Seribu ini digelar selama tiga hari, mulai dari Minggu – Selasa (10 – 12 November 2019).

Untuk mengenalkan KH Gholib kepada kalangan muda (milienial), even-even yang digelar pun bernafaskan kekinian, yakni Pameran Foto Perjuangan Kesejarahan, Lomba Karya Tulis Kisah Kepahlawanan KH Gholib, dan Lomba Mendongeng/Epos KH Gholib.
Salah satu cucu KH Gholib, Farida Ariyani mengatakan, kisah kepahlawanan kakeknya itu memang sudah terkenal, namun hanya sebatas orang tua dan yang mengenal saja. Tetapi untuk kalangan kaum muda masih kurang.

Padahal, KH Gholib ikut berjuang pada zaman penjajahan Jepang, Agresi Militer I dan II Belanda dengan mengkoordinir kaum muda, yakni para murid pesantrennya di Pringsewu.

“Dalam memerangi penjajah, KH Gholib membentuk laskar Hizbullah dan Sabillillah yang anggotanya adalah para santri. Kedua laskar ini bahkan ikut bergabung dengan tentara rakyat kala itu,” kata Farida.

Keteladanan KH Gholib kepada kaum muda kala itu terbukti mampu mendesak tentara Belanda di Baturaja dan Martapura, Sumatra Selatan yang hendak masuk ke Lampung.

“Dengan bersenjatakan bambu runcing, golok, pedang, dan lain-lain mereka menggempur markas Belanda. Meski dengan persenjataan tidak seimbang, pertempuran berlangsung sengit,” kata Farida.(*/isbedy stiawan ZS)


LIPSUS