Cari Berita

Breaking News

Isbedy: Ini Cerbung Pertama

Kamis, 26 Desember 2019

INILAMPUNG.COM -- Isbedy Stiawan ZS dikenal penyair nasional asal Lampung.  Meski banyak menulis cerpen, dia mengaku belum ada karya novel.

"Saya memang spesialis menulis puisi. Cerpen cuma sesekali," kata sastrawan yang dinobatkan HB Jassin sebagai Paus Sastra Lampung, Kamis (26/12).

Buku puisi yang dia terbitkan lebih dari 20 buku. Sementara kumpulan cerpen (cerita pendek), antara lain "Perempuan Sunyi", "Perempuan di Rumah Panggung", "Seandainya Kau Jadi Ikan", "Dawai Kembali Berdenting", "Aku Betina Kau Perempuan", "Bulan Rebah di Meja Diggers", dan lain-lain.

Karya-karya itu belum cukup sebelum dirinya memiliki novel. 

"Itu diungkapkan oleh istriku. Seperti menantangku bikin cerita yang panjang. Ya novellah," kata dia saat dihubungi inilampung.com, Kamis (26/12) petang.

Menurut Isbedy, menulis cerita yang panjang -- novel -- bukan tidak berminat. Selama ini dirinya ingin "cepat saji" lalu mendapatkan honor.

"Kalau menulis novel kan berbulan-bulan," lanjutnya.

Tetapi, imbuh dia, karena terus ditantang ia termotifasi juga. Ia juga dipanas-panasi kawan-kawan.

"Akhirnya ya luluh juga. Saya coba menulis beberapa bagian, kutawari ke inilampung. Ternyata disambut positif. Ini yang pertama aku menulis cerita bersambung," ujar Isbedy.

Saat ini sudah disiapkan 9 bagian, artinya bakal sembilan hari karya Pengampu Lamban Sastra menenemui pembaca.

"Alhamdulillah, banyak pembacanya. Lebih dari 200 orang. Saya bersyukur ada pembacanya di dalam media yang cenderung didominasi berita politik dan kriminal."

Selain itu, masih kata dia, banyak yang mengomentari langsung ke WA pribadi. Ada yang bilang penasaran untuk mengikuti karena menarik.

"Ada juga yang bercanda mau jadi salah satu tokoh dalam cerita itu. Ada yang ingin berbagi kisah untuk memperkaya cerita," jelasnya.

Cerbung terbaru Isbedy memang bercerita soal peristiwa-peristiwa di kafe. Judulnya "Pengunjung-Pengunjung Kafe" yang hari ini memasuki bagian kelima.

Meski judul menggunakan kafe, tak lantas cerita hanya bertumpu pada pengunjungnya. Tapi ada problem, ada perdebatan, dan sebagainya.

"Hanya saya menulisnya gaya puisi. Jadi tak terasa, seperti linier dan anti debat," ungkapnya.

Ditanya apa yang mau diceritakan dalam cerbungnya itu, Isbedy mengatakan, mengalir saja.

"Juga kapan harus ending," katanya tersenyum.

Ia berharap cerbungnya mendapat respon positif dan banyak dibaca. Itulah motivasi dirinya terus menulis. (zal/inilampung)

LIPSUS