Cari Berita

Breaking News

Tiga Hari Lagi "Purnama Retak" Dibedah di Lampung

INILAMPUNG
Kamis, 12 Desember 2019

INILAMPUNG.COM -- Tiga hari lagi roman "Purnama Retak" karya Tri Shubhi Abdillah Assiroji dibedah di Lampung.


Acara yang menghadirkan Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS, ini berlangsung di pelataran Pasar Seni Pusat Kebudayaan dan Olah Raga (PKOR), Wayhalim, Bandarlampung, Sabtu (15/12/2019).


Ketua panitia Faisol Mursaid menjelaskan, kehadiran Subhi bersama Isbedy dalam membedah novel ini sekaitan mengajak sebanyak-banyaknya pembaca untuk merenungkan lagi segala aktivitas politik kita saat ini.


"Ini roman ditulis dalam memotret ulang pergerakan di masa Orde Baru jelang Reformasi," kata Faisol.


Bagaimana dikisahkan sekumpulan mahasiswa yang sembunyi-bunyi membuat ruang diskusi tentang politik dan sosial saat itu.


Sebagai mahasiswa yang hidup di kala itu, berdiskusi di kosan adalah kerinduan dan dahaga yang sangat.


"Diskusi nanti diharap bisa memberi rung bagi pemikiran anak muda sekarang, generasi milenial yang digital," imbuh Faisol.


Subhi lahir di Bandung,  28 Dzulhijjah 1405/14 September 1985.


Ia pernah menjabat Ketua Komisariat HMI FIB-UI di tahun 2006. 


Setelah itu mendirikan sebuah kelompok diskusi dengan moto “Menafsir Indonesia menyambung peradaban” dengan nama Komunitas NuuN.


Dalam perjalanannya dia sempat menjabat sebagai Sekertaris Program INSISTS ( Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations), dan ditahun 2017 mendirikan NuuN.id Sebagai Portal Berita Kebudayaan Islam dan Indonesia.


Karyanya yang lain adalah "Sepatu Baru untuk Marilyn"
(Harian Umum Republika), "Perawan Sunyi" (Majalah Islam Sabili), dan "Purnama Retak" (Roman,
(PT. NuuN Digital Media).


Sementara Isbedy Stiawan ZS kelahiran Tanjungkarang, Lampung, 5 Juni 1958.


Karya-karyanya  berupa puisi, cerpen, esai dimuat di hampir semua media cetak di Indonesia.


Sastrawan yang pernah sebulan di Belanda ini, telah menerbitkan sekitar 30 buku puisi dan cerpen. Diterbitkan oleh penerbit besar seperti Gramedia dan Grasindo, hingga indie.


Buku puisi teranyarnya, "Alamat Rindu Dikutuk Rindu" dan "Seseorang Keluar dari Telepon Genggam" (2019).(bdy/inilampung)

LIPSUS