Cari Berita

Breaking News

Salah Anies - Anies harus Salah

INILAMPUNG
Minggu, 05 Januari 2020


Oleh:  Jaya Suprana
                
MASYARAKAT  Indonesia kreatif menyiptakan celetuk sosial humoristis seperti misalnya “emang gue pikirin”, “siapa takut”, “untung ada saya”, “gitu aja kok repot”, “tanya ke rumput bergoyang”, “ambyar”, “kau yang mengawali, kau yang mengakhiri” dan lain sebagainya .

Harus Salah
Akhir-akhir ini muncul suatu bentuk celetuk sosial baru yang dikaitkan dengan segenap permasalahan apa pun yang tidak dapat teratasi dalam kehidupan sosial masa kini.
Anis Baswedan, mengecek warganya yang terkena banjir (2020)
Gara-gara Anies Baswedan menang pemilihan gubernur Jakarta, maka sang cucu pahlawan nasional, Abdurrahman Baswedan itu dituduh sebagai rasis, intoleran bahkan anti kerukunan umat beragama maka tidak Pancasilais.

Ketika Anies Baswedan mengungkap fakta sejarah bahwa kaum pribumi didiskriminir kaum penjajah langsung warga keturunan alias non-pribumi ini dihujat sebagai anti non-pribumi.

Pendek kata, Gubernur Anies berada pada posisi harus salah, sehingga apapun yang dilakukan maupun yang tidak dilakukan pasti hukumnya wajib harus salah!

Kemacetan lalu lintas Jakarta yang sudah terjadi sejak masa kegubernuran para pendahulu Anies kini dibebankan sepenuhnya sebagai kesalahan Anies.

Maka banjir yang tejadi di Jakarta sejak masih disebut Batavia hukumnya wajib harus menjadi kesalahan Anies. Masalah apa pun yang terjadi secara buruk di ibukota Indonesia langsung disebut sebagai “salah Anies” !

Anis Baswedan menggendong anak warga; cara berkomunikasi dengan rakyat DKI Jakarta

Salah Anies
Tampaknya fenomena “salah Anies” makin menjadi-jadi, sehingga menjadi suatu bentuk celetuk-sosial yang merambah ke segenap aspek kehidupan sosial di Indonesia masa kini.

Jika dalam pembicaraan kaum milineal muncul permasalahan yang tidak diketahui siapa yang bersalah, maka lazimnya muncul celetuk sosial “salah Anies”.

Kenaikan iuran BPJS sehingga tak terjangkau rakyat miskin adalah “salah Anies”.

Kenaikan tarif listerik jelas “salah Anies”.

Skandal Jiwasyara yang masih merupakan misteri tentang siapa yang bertanggung-jawab tak luput dari celetuk-sosial “salah Anies”.

Indonesia belum pernah ikut berlaga di gelanggang piala dunia sepakbola juga “salah Anies”.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berkutat di sekitar angka 5 persen memang “salah Anies”.

Apalagi de facto Anies Baswedan pernah menjadi Menteri Pendidikan, maka makin mudah menuduh kemelut pendidikan di tanah air udara tercinta adalah “salah Anies”.

Syukur alhamdullilah, Polri sudah mengetahui siapa pelaku penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan yang sempat dituduh sebagai hoax, sehingga tidak ada yang berani nyeletuk “salah Anies”.
Anis Baswedan Tegas, ketika melihat ada penyimpangan bawahanya.

Ikhlas
Saya pribadi sempat bertanya langsung kepada  Anies mengenai gejala celetuk sosial “salah Anies”.

Sambil tersenyum lebar, Anies Baswedan menjawab pertanyaan saya dengan penjelasan bahwa dirinya senantiasa berupaya sabar bahkan ikhlas menerima segenap hujatan terhadap dirinya sebagai kritik  yang justru senantiasa berharga untuk menyadarkan dirinya, jangan pernah merasa takabur sebab dirinya memang cuma manusia biasa yang niscaya mustahil sempurna. (*)


Jaya Suprana
Jaya Suprana
 Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan
  • Namanya lebih dikenal budayawan ketimbang pemilik bisnis Jamu Jago. Pribadinya komplit: pembawa berita acara televisi, komposer dan pemain piano, pendiri sebuah pencatatan rekor terkemuka di Indonesia yaitu Museum Rekor Indonesia (MURI).



LIPSUS