Cari Berita

Breaking News

LELAYU BUNG DANIEL: Jazz dan Yang Luhur Wekasane

INILAMPUNG
Rabu, 12 Februari 2020

 "Selamat jalan Bang Daniel Hghanie. Semoga engkau husnul khotimah. Saya bersaksi engkau orang baik. Al Fatihah."


BERANDA medsos saya, penuh ucapan bela sungkawa. Kabar duka atas berpulangnya Bung Daniel. Banyak yang telah kehilangan dan bersaksi. Beliau orang baik. Al Fatihah. Demikian ditulis dalam status novelis dan akademisi M. Harya Ramdhoni.

Status fesbuk penulis “Perempuan Penunggang Harimau” itu bagian dari contoh. Yang menginspirasi saya untuk ikut memberikan kesaksian, beliau orang baik. Semoga khusnul khotimah.

Di fesbuk, teman bersama -saya dan Bung Daniel- terlihat ada 200.  Artinya, teman beliau juga banyak yang menjadi teman saya. Baik fesbuk maupun dalam aktifitas keseharian.

Sekitar 12 jam yang lalu, dinding fesbuk Bung Daniel menulis kabar, tentang berpulangnya beliau ke rahmatullah.

Saya sangat terkenang, momen indah perjumpaan dengan Bung Daniel. Setidaknya terdapat tiga acara yang sangat berkesan. Pertama, bertemu dalam acara "Korkom". Demikian Bung Daniel memberi nama acara makan malam di salah satu restoran di bilangan Rawa Laut, Bandarlampung itu. Arti "korkom" sendiri, kepanjangan dari "konco komisaris".

Saya tertawa, banyak juga yang terbahak dengan istilah Bung Daniel ini. Pasalnya, pertemuan itu memang atas prakarsa dan undangan Komisaris PTPN, Bang Dedy Mawardi.

Pertemuan ini mengingatkan pada perbincangan salah satu protes saya, sewaktu beliau menggelar Lampung Jazz Festival di Lapangan Korpri. Ketika tampilnya artis ibukota, Mbak Inne. Namun saya hanya menggoda dan sedikit nyinyir, masak di Lampung ngejazz dengan menyanyikan “Gundul-gundul Pacul”.

Beliau kemudian menjelaskan, sederet kreasi group-group musik jazz yang keren. Sudah menciptakan lagu bermuatan lokal. Seperti, Ritem Pertiwi Band membuat lagu "Bukit Camang" dan "Pringsewu". Ada juga yang memadupadan dengan cetik. Dan lain sebagainya, lupa pastinya. Intinya, saya hanya mengangguk-angguk diam dan mengagumi Bung Daniel yang gigih sekali memasarkan jazz.

Pertemuan kedua, berbincang dengan beliau di sela acara Lampung Jazz Festival di pelataran KFC Kedaton. Pada pertemuan itu, seingat saya, kami lebih banyak bercanda karena ada Bos Himawan Imron dan Mas Oyos yang ikut menikmati lantunan jazz di lapangan terbuka, di pinggir jalan protokol Kota Bandarlampung. Lalu beliau menjelaskan, pekan depan bakal tampil di Simpur dalam gelaran serupa. Membuat saya semakin banyak bertanya dan kaget. Ternyata, banyak komunitas dan group-group musik Jazz di Lampung.

Bung Daniel, yang saya tahu ketika menaja acara “Damailah Lampungku” pasca terjadinya tragedi, bentrok antar-warga di Balinuraga sekira tahun 2012 itu, beliau adalah Ketua Komunitas Jazz Lampung. Bung Daniel ikut aktif memprakarsai, Gerakan Masyarakat Lampung Damai (GMLD).

Sedangkan pertemuan ketiga, yang paling berkesan dengan Bung Daniel, di Mall Ambarukmo, Yogyakarta. Lalu melanjutkan obrolan di Angkringan yang masih buka sampai larut malam. Esok paginya, saya ikut menonton perwakilan dari Lampung, perform di salah satu panggung Ngayogjazz.

Kami banyak berbincang sembari menyeruput kopi yang beliau bawa sendiri dari Lampung sambil memakan ubi dan kacang rebus di arena Ngayogjazz, di Dusun Kledokan, Selomartani, Kalasan. Saya banyak bertanya maksud dan arti dari tema, “Wani Ngejazz Luhur Wekasane”.

Ketiga momentum itu, melekatkan ingatan ketika mendengar musik Jazz, pasti yang terbayang dibenak saya adalah kiprah Bung Daniel. Bagaimana gigih dan semangatnya memasarkan Jazz di bumi ruwa jurai ini.

Saya ingin menutup tulisan ini dengan kalimat yang ditulis Bang Dedy Mawardi. "Innalilahi Wainnailahi ilahiah rojiun. Selamat jalan sahabatku Daniel Hganie. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini."

Pejuang jazz, saya yakin sekali. Pasti luhur wekasane. Mulia pada akhirnya. Semoga damai di surga. Amin. (*)


ENDRI Y.
Penggiat Komunitas Gedong Meneng

LIPSUS