Cari Berita

Breaking News

Melepas Penat di Kaki Gunung Betung

Minggu, 02 Februari 2020

Rumah Etnik: Tempat selfie 
KAKI Gunung Betung. Udara sejuk. Matahari agak benderang. Serombongan warga, salah satunya hamil besar, turun dari air terjun yang ada di Gunung Betung.

Ibu muda itu tak tampak lelah. Berbeda rekannya yang juga perempuan berparas agak gemuk, mengaku ngosngosan. 

"Jalan kaki cuma 45 menit," ujarnya. 

Posko -- sebuah warung -- sebelum naik Gunung Betung -- adalah statr dan finish yang ada di Dusun Wiyono, Pesawaran. Selain warung ada dua bangunan estetis. Inilah milik Zefris dan Erlandi.



  Rumah etnik menghadap gunung beratap lancip ini sering dijadikan berfoto ria pendaki gunung . 

Dua bangunan ini menjadi sasaran selfie (swafoto) atau foto bersama. Para pendaki dipastikan jeda di kawasan ini untuk mengabadikan perjalanan ke Gunung Betung.

Minggu (2/2/2020), saya memenuhi niat ke lokasi. Saya kontak Zefris. Ia memastikan keberadaan dan sure buah durian! Dengan kendaraan roda dua matic saya nekat ke kaki Gunung Betung. (Jangan coba-coba bawa matic jika hujan atau sesudah hujan, dipastikan tak akan bergerak). 

Setiba di kawasan posko, Himawan Imron dan Rizal sudah nongkrong. Sepuluh menit lebih dulu dari saya. Tapi, cerita Erland Syoffandi, mobil Imron sempat kepater dan ditarik dengan mobil Erlandi. 

Menikmati suasana kawasan ini sangat menarik. Kawasan hutan lindung. Udara sejuk. Pohon-pohon durian terhampar. Pekebun mengendarai motor dengan ban dililit rantai turun dan naik mengangkut hasil perkebunan. Terutama durian dan petai (pete).

  Berfose dulu sebelum masuk ke rumah

Beberapa jam kemudian rombongan Gopek dan Ade datang. Makin rsmai. Menikmati durian. Malamnya kami mengganjal perut dengan semangkuk indomie.
Kami berswafoto dan foto bersama. Berbagai fose. Berganti-ganti poin of view. Duh, indahnya.

Saya tak ingin kehilangan monent. Saya meminta Rizal mengabadikan. Ini kenangan langka.

di kaki gunung betung
udara di sini mengapung
aku hirup      aku hirup
kotakota pun kulesapkan

Kepada Zefris dan Erland Sofandi, saya berjanji suatu hari kembali ke sini. Bersama istri. Bermalam. Saya juga ingin residensi. Menulis sastra di tempat ini. Pasti mengalir-lancar. 

(Isbedy Stiawan ZS)

LIPSUS