Cari Berita

Breaking News

PENGUNJUNG-PENGUNJUNG KAFE (51)

Jumat, 21 Februari 2020





lalu hujan gugur di luar
aku menunggumu keluar
dari kamar, lalu akan kutanya:
hendak kuantar ke mana ini malam?

seperti bidari, dan aku pangeranmu
kupegang tanganmu sangat hatihati
naiki kuda kencana; kupacu 
setelah

kulecut. menembus

kabut. seberangi laut
hutan yang pekat

sebagai pangeran, mau kuantar 
ke mana bidari malam ini?

*

RENA sudah rapi. Sebelum ke kafe Diggers, aku diminta menemaninya ke pesata pernikahan. Tetangganya menikahkan putri sulungnya. Tak lama di situ, kami pamit.

Diggers pukul 21.01. Dinda sudah datang. Sur duduk di depannya. Ada 2 kursi lagi untukku dan Rena. Ketika Rena mengambil kursi di sebelah Dinda, aku di sebelah Sur.

"Sory ya, kami terlambat. Ke pesta anak tetangga dulu. Aku bawa Busye jadi teman," kata Rena sekadar laporan.

"Makan enak dong," seloroh Sur.

"Tak apa. Kami juga baru datang," timpal Dinda.

"Tak sampai makan, Sur. Sekadar lapor muka," jawab Rena. 

"Thanks Nda," aku turut menjawab. "Kalau begitu kita mulai saja ya rapat persiapan," lanjutku.

Dimulai dari laporan Rena. Seluruh proposal kerja sama sudah dikirim. Termasuk ke Diggers, Marley, Taman Untung, dan lain-lain.

Menurut Rena, keterlibatan kafe-kafe itu untuk pendukung kegiatan. Kalau turut mendukung, akan diberi ucapan terima kasih di setiap pemberitaan. Juga di liflet dan banner.

"Aku juga kirim kerja sama ke beberapa bank. Semoga saja ada yang nyangkut...." kata Rena tertawa. Sekaligus ia tutup laporan. 

Lalu Sur. Ia siap memfasilitasi tiket ke Bali untuk berempat, pergi dan pulang. Juga penginapan dan akomodasi. 

"Soal kamar ada saran? Apakah kita ambil dua kamar: Rena dan Dinda. Lalu aku dan Busye?"

"Baiknya begitu saja Sur," dukung Dinda.

"Aku setuju saja mana baiknya," timpal Rena.

"Ok. Sepakat ya soal kamar," kata Sur kemudian. "Lalu berapa hari dan tempat acara?" 

"Soal tempat, aku punya rencana dua. Satu kafe di Ubud. Yang satunya di Denpasar," balas Rena.

"Ok," kataku.

"Aku juga menjajaki peluncuran dan diskusi di Kafe Basabasi milik Mul. Bosnya kafe itu punya penerbit, dan kawanku," laporku.

"Oke tu Busy," Dinda yang sejak tadi diam, turut memberi dukungan. "Kafe Basabasi sedang trending, banyak pengunjungnya. Kita minta Mul atau Tya jadi pembicara...."

"Kamu tahu juga soal kafe itu. Bahkan Mul dan kritikus plus editor Tya ya, Dinda?" 

"Aku sering baca informasi soal kafe dan mereka...." ucap Dinda.

"Oke. Kalau begitu dari Bali kita ke Yogya ya, bukan langsung ke Jakarta. Akan kusiapkan. Tetapi pastikan dulu, dan tidak jauh jadwalnya dengan di Bali," saran Sur.

Rapat persiapan hanya sebentar. Tanpa tegang. Lebih banyak guyon. Dinda paling banyak tertawa. Rena serius. Karena itu ia banyak dicandai Sur. 

Makan malam. Minuman berulang dipesan. Sur memesan lagi dua bungkus rokok. 

Sur kerap mencuri tatap ke Rena. Dinda mengarahkan pandang kepadaku. Juga Rena. Sesekali ke Sur, lainnya ke aku dan Dinda. 

Adakah ini hati yang memainkan? selayaknya gelombang terus menerus menerpa dan menghantam dinding pasir hingga berantakan.

Rena dan Dinda, dua perempuan yang selalu dekat denganku. Keduanya, bagaima dara. Perempuan indah, dan aku penyuka keindahan. Taklah mungkin membiarkan keindahan itu lesap dan berantakan hancur. 

Seseorang yang mencipta dan memilki akan berupaya menjaga dan merawat agar tak hilang ataupun dicuri orang. Jika merasa memilki akan sedih kalau yang dimilikinya hilang mupun ada yang mengambil.

Aku menggumam. Aku menjaga dan merawatnya. 

Lalu kami lama terdiam. Gerimis berjatuhan. Dinda segera mengambil meja kosong yang terhindar dari hujan. Pelayan kafe membawakan pesanan kami yang masih ada. 

Sur menawarkan pindah kafe. Di Nudi. Sesekali menikmati musik. Kami sepakat. 

"Dinda, kamu naik mobilku ya..." Sur menawarkan Dinda ke mobilnya.

Dinda mengangguk. Ia ke sini memang pakai grab. Aku masih jadi supir bagi Rena. 

Ke Nudi kami mengarahkan mobil. 

Ke malam berhujan, mobil kami melaju.

Kabut meleleh di kaca. Menutup pandang.

Jalan kian lengang. Lempang....


(Bersambung)
 










LIPSUS