Cari Berita

Breaking News

Dagelan Piala Ajang Covid 19

Kamis, 25 Juni 2020


Oleh Isbedy Stiawan ZS

TANAH Air +62 suka sekali dengan dagelan. Dari berbagai acara televisi saja, berapa banyak acara yang menjurus dagelan. Ada OVJ, Stand Up Commedy, dan lainnya.

Kebiasaan dagelan yang dipertontonkan para pelawak tersebut, kiranya mengilhami pemerintah. Dibuatlah "dagelan video" penanganan Covid 19 sesi New Normal. Tak tanggung-tanggung, hadiahnya pun amatlah menggoda!

Pemenangnya juga mengentak kesadaran manusia yang "sadar". Selain Provinsi Lampung, adalah Jawa Timur yang didapuk menerima piala. Justru sebelum laga baru turun mimum. Artinya wasit belum meniup pluit panjang pertanda pertandingan seselsai.

Covid 19 mulai terasa pada Februari 2020, dan 18 Maret masyarakat disarankan diam di rumah saja. Bulam berikutnya, beberapa wilayah/provinsi memberlakulan PSBB.

Sampai akhir Juni, kasus Civid masih bertambah. Artinya grafik belum landai. Pemerintah siap menuju new normal. Walau beberapa daerah/provinsi memertanyakan, jika tak ingin dikatakan menolak. 

Era normal baru sedang dicoba. Tetapi sejumlah provinsi sudah diberi piala. Dengan uang "pembinaan" tidaklah kecil. Sungguh ini dagelan yang tak lucu. Tak terasa sense humornya buat masyarakat tertawa seperti menonton pelawak. Malah terdengar miris.

Betapa tidak. Uang binaan dari pusat sampainya ke pemerintah daerah. Apa ini sama artinya jeruk makan jeruk? Dari mulut "buaya" dilepeh ke mulut "buaya" lagi. Sehingga tak perlu verifikasi jumlah uang sesungguhnya: dikucirkan dan yang diterima. Cingcay aja!

Padahal, daripada bagi-bagi piala dan uang dari pusat ke kantong daerah, alangkah bermanfaat ditebar buat rakyat yang kini kempis dalam segala hal. Seakan hanya menunggu kematian.

Rakyat yang terkena PHK sampai yang sulit mengais rezeki, kegiatan dan proyek yang dihapus dengan alasan anggarannya ditarik untuk penanganan Covid 19. Sampai-sampai, misalnya, konon Festival Krakatau ditiadakan pada 2020. Belum lagi lainnya. Miris. Ironi.

Covid 19 pada akhirnya dapat dijadikan dagelan. Bagi-bagi piala di saat lombanya kapan berakhir. Dagelan tak lucu. Kalaupun mau tertawa, tawa yang ironi!

Salam. 

*) sastrawan Lampung 

LIPSUS