Cari Berita

Breaking News

PSMP-Kemendikbud Gelar Baca Puisi Tingkat SD se Indonesia

INILAMPUNG
Rabu, 08 Juli 2020
Views

INILAMPUNG.COM, Jakarta - Paduas Suara Merah Putih (PSMP) bekerjasama dengam Kemendikbud menggelar Lomba Baca Puisi Tingkat SD/sederajat se-Indonesia. Lomba ini menggunakan apilkasi Zoom.

Lomba baca puisi ini sekaitan merayakan HUT RI ke-75 pada 2020. Pelaksanakan lomba pada 18 Agustus 2020.

Menurut Ketua Umun PSMP, Delly Rasubala, lomba baca puisi tingkat SD/Sederajat ini mengusung tema Aku Cinta Negeriku,  bertujuan mewadahi ekspresi kecintaan anak negeri melalui puisi.

“Mendekatkan pelajar kepada cita, karya, dan karsa untuk sampai pada jiwa nasionalisme serta patriotisme merupakan kewajiban kita bersama. Kita mulai dari Sekolah Dasar, karena mereka adalah tunas-tunas Bangsa,” jelas Delly.

Dijelaskan, bahwa puisi sejauh ini dipandang sebagai ruang ekspresi yang paling dekat dengan jiwa, hingga dapat masuk ke ruang bawah sadar manusia. 

Karenanya, masih kata Delly, penting menempuh jalur puisi untuk menanamkan rasa cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia di dalam jiwa para pelajar sejak dini. 

Untuk memastikan hasil penjurian yang berkualitas, Ketua Pelaksana Lomba,  Sarkundina, menyampaikan bahwa pihaknya melibatkan penyair-penyair kenamaan Indonesia.

“Kami melibatkan Isbedy Stiawan ZS dari Lampung, Muhammad Rois Rinaldi dari Banten, dan dua juri lainnya yang menilai pada tahap penyisihan,” katanya. 

Ditrgaskan, para penyair yang ditunjuk itu telah diketahui kiprahnya di dunia sastra Indonesia. 

Sarkundina menjelaskan, lomba menggunakan aplikasi Zoom karena mengikuti protokol keamanan terkait Covid 19.

Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui:  Link 1

Lomba baca puisi dilaksanakan dua tahap. 

Tahap pertama, penyisihan.  Paserta mengirim video melalui email yang telah disediakan panitia dalam lembar pendaftaran. 

Tahap kedua, final. Pada tahap ini, 10 finalis membaca puisi secara langsung melalui Zoom.

Adapun ketentuan perlombaan adalah:  
1. Setiap peserta memilih 2 puisi yang telah disediakan panitia (terlampir di dalam formuir pendaftaran). Satu puisi untuk babak penyisihan dan satu puisi untuk babak final.
2. Puisi dibaca, tidak dihafal.
3. Peserta membaca puisi di depan satu kamera dari awal sampai akhir. Tidak dibolehkan melalukan pengeditan potongan-potongan video. Misalkan: merekam setengah, kemudian cut dan merekam lagi, kemudian diedit menjadi satu video. Harus baca sampai selesai dari awal sampai akhir di depan kamera.
4. Posisi baca boleh berdiri, duduk, atau berjalan.
5. Format video format video minimum 1.280 x 720 megapixel (format Youtube). 
6. Video dikirim ke panitia melalui email yang telah disediakan panitia: teamjuripanitia.psmp@gmail.com 

Pendaftaran dimulai 1 Juli hingga 31 Juli 2020.

Lalu, 1-15 Agustus pemilihan 10 nominator melalui video yang dikirim.

Selanjutnya, 18 Agustus 2020, Lomba Baca Puisi para Nominator melalui aplikasi Zoom, dilanjutkan pengumuman para pemenang.

Setiap video yang diserahkan kepada pantia, menjadi hak panitia dan boleh dipublikasikan di channel YouTube panitia. 

Berikut daftar puisi yang disediakan panita untuk dibacakan para peserta lomba.

SELAMAT PAGI INDONESIA
Karya Sapardi Djoko Damono

selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk
dan menyanyi kecil buatmu.
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana;
bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu kujumpai kau di bawah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu.
pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku.
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam
padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku pun pergi bekerja, menaklukkan kejemuan,
merubahkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng
kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman
yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perempuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil
memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar: aku tak lain milikmu

-000-

KRAWANG-BEKASI
Karya Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

1948

-000-

NYANYIAN KEBANGKITAN
Karya Ahmadun Yosi Herfanda

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Akankah kau biarkan aku duduk berduka
Memandang saudaraku, bunda pertiwiku
Dipasung orang asing itu?
Mulutnya yang kelu
Tak mampu lagi menyebut namamu

Berabad-abad aku terlelap
Bagai laut kehilangan ombak
Atau burung-burung yang semula
Bebas di hutannya
Digiring ke sangkar-sangkar
Yang terkunci pintu-pintunya
Tak lagi bebas mengucapkan kicaunya

Berikan suaramu, kemerdekaan
Darah dan degup jantungmu
Hanya kau yang kupilih
Di antara pahit-manisnya isi dunia

Orang asing itu berabad-abad
Memujamu di negerinya
Sementara di negeriku
Ia berikan belenggu-belenggu
Maka bangkitlah Sutomo
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantoro
Bangkitlah semua dada yang terluka? Bergenggam tanganlah dengan saudaramu
Eratkan genggaman itu atas namaku
Kekuatanku akan memancar dari genggaman itu.?

Suaramu sayup di udara
Membangunkanku
Dari mimpi siang yang celaka

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Berikan degup jantungmu
Otot-otot dan derap langkahmu
Biar kuterjang pintu-pintu terkunci itu
Atau mendobraknya atas namamu
Terlalu pengap udara yang tak bertiup
Dari rahimmu, kemerdekaan
Jantungku hampir tumpas
Karena racunnya

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia!
(Matahari yang kita tunggu
Akankah bersinar juga
Di langit kita?).

Mei 1985/2008.

-000-

NEGERI YANG KUIMPIKAN
Karya Isbedy Stiawan ZS

Akhirnya negeri yang kuimpikan sepanjang
tahun-tahun terpenjara kini jadi nyata
Meski harus ditebus dengan air mata dan
luka, kubangun juga di atas puing atau
pasir-pasir

Negeri yang kurindu kini menghadap matahari
Di tanahnya terhampar sawah, hutan, ladang,
padang golf, kondominium, dan relestat. Tapi,
semua itu bukan milikku

Di atas luka-luka, negeri dibangun. Di atas
airmata anak negeri, kau berpesta ! Bertahun-
tahun dalam bayangan menjadi tuhan !
Lalu, tigapuluhdua mil perahu begeri berlayar
Di lautan bergelombang dan berbadai
Aku hitung berapa kali kekalahan
dan kehancuran yang tak tertulis
dalam sejarah

Bagai bangunan yang dibuat dari pasir
lalu terhempas oleh gelombang. Begitulah
aku mencatat perjalanan negeri ini

Akhirnya negeri yang kuimpikan sepanjang
tahun-tahun duka kini terbit juga
Tanpa senyum dan tangis kusambut:"baru kini
aku sungguh-sungguh merdeka!" kata padang golf,
sawa, ladang, konominium, dan relestat
hampir bersamaan
Lalu, mereka pun menyanyikan lagu
kembalikan Busangku ke tanah tercinta

Mei-Juni, 1998

-000-

Aku Mencintaimu
Karya Muhammad Rois Rinaldi

Sekali lagi 
kunang-kunang bermain di luar jendela
hujan sudah reda, dan ibu baru saja selesai 
membacakan sebuah kisah; masih ada 
gema lagu di Timur Mahari 
dari bukit-bukit hijau dan gemuruh 
laut selatan yang dinyanyikan burung-burung.
Aku diperkenalkan kepadamu, Indonesia,
di kamarku ini dan makin mengenalmu
dari berpasang-pasang mata temanku,
guru, dan buku-buku di sekolah.
Seorang jenderal memasuki belantara
di atas tandu ke selatan Yogyakarta
perempuan-perempuan perkasa 
menembus lorong malam berkabut
dan tiang-tiang yang tegak ke langit 
mengibarkan bendera serta seruan merdeka.
Aku memang tidak dapat mengingat semua
kisah bunga yang tumbuh dan gugur
atau apa yang tegak dan runtuh 
Tetapi aku selalu ingat 
setiap hari aku harus tersenyum kepadamu;
bermain-main dengan matematika
membayangkan bintang di antariksa
bersahabat dengan bahasa
menjaga pohon-pohon dan udara.
Dari kisah yang Ibu tuturkan 
setiap malam, aku makin mengenalmu. 
Bentang Taman Wasur di Sabang gema di jiwaku.
Danau Pulau Weh di Merauke beriak di sukmaku.
Dan malam ini sekali lagi kunang-kunang
bermain di luar jendela
tapi sudah larut, waktu tidur tiba. 
Aku mencintaimu, Indonesiaku
dalam terpejam atau ketika terjaga.

17 Agustu 2016

-000-
GADIS PEMINTA-MINTA
Karya Toto S. Bachtiar

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku. ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda

1955

-000-

Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini
Karya Taufiq Ismail

Tidak ada pilihan lain.
Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu,
Yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet
dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta
yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain.
Kita harus
Berjalan terus.

1966
(bdy/inilampung)

LIPSUS