Cari Berita

Breaking News

Poktan Pemuda Mandiri di Anaktuha, Produksi Kompos untuk Penuhi Kebutuhan Petani

INILAMPUNG
Senin, 31 Agustus 2020

Ketua Poktan Pemuda Mandiri Maju Jaya Bersama, Liwaul Hamdi dan pupuk produksinya, Kompos Subur. Foto. Ist.
INILAMPUNG.COM, Anaktuha--Petani di Kecamatan Anaktuha, Lampung Tengah, dan wilayah di sekitarnya, tak asing lagi dengan pupuk organik yang diproksi sekelompok pemuda tani.

Kreativitas sejumlah pemuda yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Pemuda Mandiri Maju Jaya Bersama, berhasil memproduksi pupuk organik dengan merek Kompos Subur.

Ketua Poktan Pemuda Mandiri Maju Jaya Bersama, Liwaul Hamdi, mengaku tidak sederhanya merintis usaha memproduksi pupuk organik. Alasannya, banyak petani yang sudah akrab dan terbiasa dengan pupuk kimia buatan pabrik.

Namun, secara perlahan produksinya terus berkembang. Kelompok tani mengajak masyarakat untuk bersama-sama memanfaatkan kotoran sapi, kambing, ayam, dan bahan organik lainnya untuk dijadikan pupuk.

Selain itu, kata dia, usahanya Kompos Subur bisa berkembang seperti sekarang juga atas dukungan kemitran dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII.

“Alhamdulillah, usaha kami melalui kelompok tani akhirnya mendapat sambutan dari masyarakat, khususnya para petani. Kami punya hubungan spesial dengan warga karena usaha ini dibangun atas kebersamaan," kata dia.

Awalnya, kata dia, pupuk kompos dibuat untuk memenuhi kebutuhan petani di Desa Jayasakti, Kecamatan Anaktuha. "Ketika itu, para petani di desa ini kesulitan memenuhi kebutuhan pupuk," katanya.

“Akhirnya kami sepakat untuk membuat pupuk kompos karena bahan baku banyak dari limbah perusahaan peternakan yang ada di sekitar desa. Yang terpenting, kegiatan kelompok tani memproduksi pupuk ini bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat di desa kami,” kata pria yang akrab disapa Waul itu.

Waul mengatakan, kelompok tani yang dia pimpin didirikan pada 2018. Saat ini sudah ada 25 anggota ?elompok yang tergabung dalam Koptan Pemuda Mandiri Maju Bersama. Dan sudah memiliki lima  rumah produksi.

"Satu rumah produksi bisa menghasilkan 100 ton pupuk perbulan. Setiap rumah produksi mempekerjakan 10-15 orang setiap hari," dia menjelaskan.

Waul mengaku pendirian kelompok tani bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat. Sekaligus menguatkan kelembagaan petani desa dan membuka lapangan kerja bagi pemuda desa.

Kelmpok tani ini juga menjadi semacam penyambung hajat warga.. Jika selama ini warga kehabisan uang, menjual ayam piaraan, Waul mengatakan, kelompok tani memberi solusi.

“Biasanya kan orang, misalnya, kehabisan uang lalu pegang ayam untuk dijual, sekarang tidak. Mereka cukup mengumpulkan kotoran sapi dari ternaknya, bawa ke kelompok tani, kami beli Rp15 ribu perkarung. Ini menjadi solusi keuangan yang selama ini tidak terpikir,” kata dia.

Untuk bahan baku pembuatan pupuk kompos, Waul mengaku tidak ada kendala. Setiap hari ada 200 kilogram kotoran sapi yang dihasilkan perusahaan peternakan. Selain itu, kelompok tani juga mendapatkan kotoran kambing dan ayam dari masyarakat.

Dana Kemitraan

Pada saat didirikan, kelompok tani ini hanya bermodalkan tekad dan sedikit patungan dana modal dari anggota. Seperti untuk membeli kotoran sapi dari warga, sebanyak 25 anggota iuran Rp10 ribu setiap minggu.

Seiring perjalanan usaha kelompok tani, prospek itu menjadi pertimbangan PTPN VII untuk membantu. Dikenalkan oleh lurah setempat kepada PTPN VII Unit Padangratu, kelompok tani ini mendapatkan modal tambahan untuk membeli bahan baku. Sejak menjadi mitra binaan PTPN VII, kelompok ini juga mendapat pelatihan memasarkan produk.

“Kami bersyukur PTPN VII membantu dalam pemasaran pupuk dan berpatner sebagai pembeli. Dari awal memproduksi pupuk ini, kami sangat berkeyakinan usaha ini dapat berjalan. Apalagi kebutuhan kompos ini diperlukan selamanya di bidang pertanian dan perkebunan,” tambah dia.

Tentang peruntukan pupuk yang diproduksi, Waul mengatakan menyesuaikan dengan kebutuhan pembeli. Jika pembeli menanam padi, pupuk komposnya diolah sesuai dengan kebutuhan nutrisi padi. Demikian juga dengan tanaman lain seperti kelapa sawit, karet, palawija, atau yang lain.

Menurutnya, pupuk organik ini dibuat dari kotoran hewan dan pelapukan sisa-sisa tanaman dan mekanan hewan. Bahan itu mengandung banyak bahan organik yang sangat baik untuk meningkatkan produktifitas tanaman. Komposisi pupuk tersebut yakni kotoran sapi, ayam broiler, kotoran kambing, abu tankos, kapur dolomit, molase, dan mikroba.

Proses pembuatan pupuk yakni bahan dasar kotoran sapi ditaburi mikroba, kemudian ditaburi kotoran ayam dilapisi mikroba, kotoran kambing dilapisi mikroba, baru ditambah ditaburi abu tankos, dan pupuk dolomit. Minimal setengah bulan ditutup rapat pakai terpal.

Setiap tiga hari atau maksimal satu minggu dibuka untuk diaduk dan ditutup kembali. Setelah setengah jadi, ditambah nutrisi tergantung untuk jenis pemupukannya. Untuk digunakan tanaman jenis apa. Setelah itu dimasukan ke dalam gudang dan dilakukan proses penggilingan.

Pupuk yang dihasilkan juga dilakukan uji laboratorium yang dilaksanakan satu tahun sekali oleh tim dari Yogyakarta.

“Kami optimistis ke depan penjualan pupuk ini bisa keluar daerah. Saat ini saja kita sudah menjual keluar kabupaten Lampung Tengah, bahkan sudah sampai ke Lubuk Linggau. Apalagi kebutuhan pupuk ini tidak akan hilang karena zaman. Setiap saat para petani pasti membutuhkan pupuk,” katanya.

Ia berharap, kemitraan dengan PTPN VII terus berjalan, terutama dalam kerjasama pembelian pupuk produksi koptan. Dengan membeli Pupuk Subur ini berarti membantu kehidupan masyarakat Desa Jayasakti.

Masyarakat yang membutuhkan pupuk silakan datang ke Koptan Pemuda Mandiri di Jayasakti, Anaktuha. Pupuk ini cocok untuk tanaman kelapa sawit, karet, teh kakao, tanaman sayuran, tebu, padi, jagung, dan tanaman hias.

“Pupuk kami dalam variasi kemasan. Ada 5 kg, 10 kg, dan 20 kg. Harganya Rp5 ribu per kilo,” kata dia. (mfn/rls/inilampung.com).

LIPSUS