"Masyarakat Desa Lebeng Timur merupakan kelompok
masyarakat dengan kultur agraris. Sebagian besar penduduknya tentu sangat
menggantungkan hidupnya dari hasil bumi. Mereka yang bekerja di sektor
pertanian ini sangat merasakan dampak ekonomi akibat pandemi. Hasil pertanian
tembakau tahun ini tidak dapat diserap secara maksimal oleh gudang dan pabrik
tembakau. Sebagian lagi, laku dengan harga yang sangat rendah," katanya.
Pandemi
Covid-19, tidak sekadar merontokkan perekonomian, tetapi juga—dapat
diimajinasikan—telah meruntuhkan rantai-rantai sosial kemasyarakatan. Adanya pembatasan sosial, seperti pelarangan
mobilisasi sosial, social distancing, pembelajaran jarak jauh, work from home, dan seterusnya, telah menggambarkan imajinasi itu
dengan nyata.
Jufiyanto, ketua Yayasan Masyarakat Tembakau Lebeng Timur menambahkan, nilai-nilai dalam masyarakat agraris adalah kegotong-royongan (Madura, ajhung-rojhung). Dalam keadaan seperti inilah, nilai-nilai tersebut harus direpresentasi sebagai upaya untuk saling menolong dan saling menguatkan satu sama lain.
"Dalam menyongsong era kenormalan baru (new normal), hal itu dapat dilecut dengan suatu kegiatan komunal yang melibatkan seluruh anggota masyarakat desa. Kegiatan dalam bentuk festival merupakan suatu upaya yang masuk akal untuk membangun kembali rantai-rantai sosial yang sempat terputus di masa pandemi Covid-19. Festival dapat menjadi salah satu upaya rehabilitasi sosial yang efektif," ujar dia.
Festival Tembakau Madura #2 hadir kembali dengan mengusung tema “Rehabilitasi Sosial dengan Semangat Kegotong-royongan di Masa Kenormalan Baru”.
Memang,
sejatinya era kenormalan baru bukanlah kewajaran seperti sedia kala sebelum
pandemi. Segala aktivitas tetap dianjurkan untuk selalu memperhatikan protokol
kesehatan. Maka, kegiatan ini sepenuhnya diupayakan dengan menerapkan hal itu.
Kegiatan
ini dilakukan dalam lingkup internal masyarakat Desa Lebeng Timur saja, dan
tertutup untuk masyarakat umum. Sementara, untuk masyarakat umum, kegiatan ini
dilakukan dengan konsep virtual. Masyarakat umum dari luar Desa Lebeng Timur
disilahkan untuk menyaksikan kegiatan ini melalui platform youtube dan
instragram, yaitu di kanal youtube dan instagram Festival Tembakau Madura.
Festival
Tembakau Madura #2 akan digelar pada hari Sabtu, 24 Oktober 2020 di Desa Lebeng
Timur, Kecamatan Pasongsongan, Sumenep. Kegiatan akan dimulai—pada pagi hingga
siang—dengan Pesta Panen Ikan yang
akan dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat Desa Lebeng Timur, mulai
dari penangkapan, pengolahan hingga makan bersama di tepian waduk desa. Acara
akan dilanjutkan pada sore harinya yaitu Permainan
Tradisional Rakyat, yaitu kerrabhân
opè dan pè-sapèyan. Sepanjang
hari hingga malam, terdapat pula Galeri
Tembakau, Parade Tembakau dan Kopi Kacang. Galeri Tembakau merupakan kegiatan pameran foto tentang jenis-jenis
tembakau Madura, kegiatan petani sepanjang musim tembakau dan dokumentasi acara
kegiatan Festival Tembakau Madura tahun lalu. Parade Tembakau merupakan acara pameran dari jenis tembakau Madura,
dan masyarakat diperbolehkan untuk mencicipi setiap jenis tembakau. Kopi Kacang adalah suguhan khas pada
saat musim panen tembakau tiba. Sajian untuk menjamu para perajang yang bekerja
mengiris daun tembakau. Istilah Kopi Kacang inilah yang kemudian dijadikan
judul acara untuk stand desa yang menyajikan makanan khas dari masyarakat
tembakau. Puncak acara dilaksanakan pada malam harinya, yaitu Tasyakuran Desa dan pelepasan Dhâmar Korong.
Masyarakat Desa Lebeng Timur tidak menggantungkan hidupnya semata-mata pada kegiatan ekonomi yang melibatkan pertukaran barang dan jasa. Mereka lebih menggantungkan hidupnya pada hasil bumi (alam). Patut disyukuri bahwa dalam kondisi ekonomi yang sulit, alam masih menghidupi mereka. Maka kegiatan Festival Tembakau #2 ini dapat menjadi ruang bermunajat untuk bersyukur dan berdoa kepada Allah SWT agar pandemi Covid-19 benar-benar berlalu. Artinya, Festival Tembakau #2 ini akan membuka ruang spiritual dan sosial bagi masyarakat Desa Lebeng Timur. (Rls/bdy/inilampung)