Cari Berita

Breaking News

Ketika Lomba Baca Puisi HUT Golkar Tuai Protes

INILAMPUNG
Jumat, 16 Oktober 2020

INILAMPUNG.COM, Jakarta -  Lomba Baca Puisi HUT Golkar ke-56 Tingkat Nasional menuai protes. 

Ramom Damora, Isbedy Stiawan ZS, dan Deni Kurnia mendesak panitia dan juri menyaksikan ulang video pembacaan puisi pemenang pertama, Pangeran Negara dari grup MNC, yang membacakan puisi "Kepada Kawan" karya Chairil Anwar.

Ramon Damora dari Kepulauan Riau sebagai juara Harapan 2, mengatakan dirinya sudah menonton berulang-ulang video pembacaan puisi  Pangeran Negara dari MNC, yang dipilih sebagai juara pertama lomba baca puisi virtual antar-jurnalis setanah air.

"Maaf, itu pembacaan puisi yang buruk sekali," tandasnya, Jumat (16/10).

Benar, lanjut dia, bahwa setiap pemenang lomba baca puisi di manapun tidak terlepas dari subjektivitas atau mood Dewan Juri. 

"Tapi sebagai sebuah keterampilan seni, tetap ada aspek-aspek penjurian yang bisa dipertanggungjawabkan secara teknis. Dan penampilan Sdr Pangeran gagal untuk aspek apapun: vokal, penghayatan, apalagi menyangkut interpretasi untuk puisi sebesar 'Kepada Kawan' karya Chairil Anwar yang dibacakannya."

Untuk itu, dia  mendesak Dewan Juri untuk membuat catatan pertanggung jawaban yang clear dan transparan mengenai alasan mereka memenangkan Sdr Pangeran yang jauh dari standar kelayakan juara. 

"Saya curiga ada skandal kepentingan untuk memenangkan peserta dari grup media yang sudah punya nama besar seperti MNC, seburuk apapun pesertanya," lanjut penerima Jembia Award tahun 2020.

Ramon juga meminta jangan bawa-bawa nama besar Sutardji Calzoum Bachri sebagai Ketua Dewan Juri karena kami tahu kapasitas dan integritas beliau. 

"Kami haqqul yakin, bahkan SCB pun tampaknya sengaja dikelabui untuk pemilihan pemenang pertama ini. Sayang sekali, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Karena pengumuman pemenang pertama yang manipulatif, akhirnya tidak ada satupun kebaikan yang bisa diingat dari kerja keras kebudayaan yang dilakukan Partai Golkar melalui lomba ini. Sungguh sangat mengecewakan."

Isbedy Stiawan ZS dari inilampung.com yang hanya masuk 30 besar menerima kekalahan ini sebagai hal biasa dalam sebuah perlombaan/pertandingan.

"Saya selalu legowo menerima kekalahan. Meski saya jarang menerima kekalahan," kata dia.

"Sebagai juri memang tak bisa menghindari subjektivitas. Tetapi terpenting jangan lebih kadarnya, sehingga yang seharusnya tak juara karena buruk, dikatrol tanpa ampun. 

Oleh karena itu, dia mendesak dewan juri kembali menyimak 30 video yang ada. Amati pula pembacaan puisi Pangeran Negara.
Apalagi di jajaran dewan juri ada Sutardi Calzoum Bachri. 

"Kasihan nama besarnya tercoreng," ujarnya.

Sementara Deni Kurnia dari Riau menambahkan, dirinya sudah biasa ikut lomba. Mungkin separuh lebih dari umurnya, sudah ikut lomba baca puisi, lomba buku dan lomba laporan jurnalistik.
 
"Sejauh ini, saya selalu gak pernah protes atas keputusan juri. Karena yang menang, memang lebih baik dari saya," kata Deni.
 
Tapi dalam lomba baca puisi HUT Golkar ke 56 th 2020 ini, imbuh dia, dirinya merasa, yang juara 1, rasanya gak pantas jadi juara pertama.

Lomba baca puisi HUT Golkar ke-56 secara pengiriman video diikuti ratusan lebih jurnalis se Tanah Air. Setelah seleksi awal, 30 video diserahkan kepada Dewan Juri yang terdiri Wina Armada, Sutardji Calzoum Bachri, Ben Benkes, dan Lola Amaria untuk memilih juara 1 sd 3 dan harapan 1 sd 3.(zal/bdy/inilampung)

LIPSUS