Cari Berita

Breaking News

Temuan Mahasiswa Unila, Daun Bungur untuk Obat Kencing Manis Lolos Pimnas

INILAMPUNG
Minggu, 22 November 2020

 
Tiga mahasiswa FMIPA Unila. Fatimah Alhafizoh, Ria Novitasari dan Jensa Yuswantoro. Foto. Ist.


INILAMPUNG.COM, Bandarlampung - Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis merupakan masalah kesehatan di dunia. Indonesia mendukuki peringkat enam dari 10 negera jumlah penderita diabetes tertinggi.


Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) 2017, penderita diabetes di Indonesia pada 2017 mencapai 10,3 juta. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 16,7 juta pada 2045.


Bahaya penyakit diabetes itu mendorong mahasiswa Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung (Unila) mencoba menemukan solusi obat alternatif penghambat diabetes melletus dari daun bungur.


Mahasiswa Unila yang terdiri dari Fatimah Alhafizoh, Ria Novitasari dan Jensa Yuswantoro, menuangkan gagasannya dalam proposal usulan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE) dengan judul “Uji Efektivitas Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa L.) sebagai Alternatif Penghambat Diabetes pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Paparan Aloksan”.


Gagasan itu lolos seleksi pendanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta menembus sampai ke ajang bergengsi yaitu Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).


Tim yang dibimbing Tundjung Tripeni Handayani, dosen Jurusan Biologi, FMIPA Unila, satu dari tiga tim PKM PE dari Jurusan Biologi, FMIPA Unila yang lolos pendanaan sampai ke Pimnas.


Fatimah, ketua tim mengatakan gagasan itu didapat karena jumlah prevalensi kejadian diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahun dan menjadi ancaman serius jika tidak ditangani. 


Penderita diabetes melitus memerlukan pengobatan sepanjang hidupnya. Bentuk terapi pengobatan yang dapat diberikan adalah pengobatan dan perbaikan gaya hidup. 


Terapi dengan pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan obat kimiawi maupun obat tradisional. Terapi dengan obat tradisional lebih murah dan mudah dibandingkan dengan obat kimiawi yang menimbulkan efek samping jika dikonsumsi dalam waktu lama. Maka dari itu penting dilakukan penggalian informasi tentang obat-obatan tradisional salah satunya dari daun bungur.


Menurut Ria, tiap bagian tumbuhan bungur diketahui mengandung senyawa obat. Seperti saponin, flavonoid, dan tanin. Beberapa penelitian membuktikan efektivitas dari daun bungur sebagai alternatif penghambat diabetes pada mencit yang terindikasi diabetes. 


Hal itu terjadi karena daun bungur mengandung senyawa kimia seperti senyawa triterpenoid (asam oleanolic, asam arjunolic, asam asiatik, asam maslinic, asam korosolat dan asam 23- hidroksiursolat, ) yang merupakan fitokimia utama dalam daun bungur.


Jensa menambahkan bahwa dalam kajian literatur ditemukan banyak studi difokuskan pada asam korosolat yang dikandung daun bungur karena telah terkonfirmasi secara signifkan menurunkan kadar glukosa darah pada mencit diabetes senyawa tersebut memiliki efek antihiperglikemik dengan meningkatkan penyerapan dan pemanfaatan glukosa dalam sel dengan mengangkut glukosa terstimulasi. 


Dengan demikian, daun bungur dapat berperan dalam mengatur kadar gula darah dan insulin dalam darah dan dapat dijadikan kandidat alternatif sebagai penghambat diabetes mellitus.


Dia berharap ada realisasi dari penelitian ini. “Kami berharap bahwa ke depan, judul dari PKM ini akan ada pengembangan dan realisasi hingga kedepannya gagasan ini dapat berguna untuk orang lain,” katanya.


Sekarang Tim ini tengah bersiap-siap untuk tahap Pimnas 33 yang dilaksanakan pada 24-29 November 2020. Pimnas kali ini berkerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan dilangsungkan secara daring (online) dikarenakan pandemi Covid 19. (mfn/rls/inilampung.com)

LIPSUS