Cari Berita

Breaking News

Lima Besar Pilihan Tempo, Isbedy: Saya Bersyukur

INILAMPUNG
Selasa, 12 Januari 2021

INILAMPUNG.COM, Bandarlampung - Buku puisi Isbedy Stiawan ZS, penyair Lampung, berjudul "Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua" masuk 5 besar buku sastra pilihan Majalah Tempo tahun 2020.

Dari lebih 100 judul buku puisi yang masuk, juri yang terdiri dari Seno Gumira Ajidarma, Faruk HT, dan Zen Hae menjaring 10 besar buku puisi dan prosa. Kemudian disaring lagi, didapatlah 5 besar masing-masing kategori.

Buku puisi penyair berjuluk Paus Sastra Lampung itu turut di 5 besar bersama buku puisi karya Dea Anugerah, Sapardi Djoko Damono, Afrizal Malna, dan Triyanto Triwikromo.

"Sebetulnya sudah masuk 5 besar ini, saya sudah tak punya ambisi lagi untuk menjadi nomor 1. Saya serahkan pada takdir terhadap nasib buku saya tersebut," kata Isbedy Stiawan, Selasa  (12/1/2021) sore.

Ia juga mengungkapkan itu di status facebooknya semalam (11/1) ketika mendapat informasi yang terpilih untuk buku puisi adalah karya Sapardi dan Afizal. Sementara prosa yakni karya Minanto (novel Aib dan Nasib).

"Keputusan juri harus dihargai walau untuk puisi (penyair) ada 2 tokoh. Saya bahagia telah diantar BELOK KIRI JALAN TERUS KE KOTA TUA sampai ke 5 besar. Ini prestasi kedua setelah di Badan Bahasa Kemendikbud RI juga tahun 2020 untuk KINI AKU SUDAH JADI BATU!" tulis Isbedy.

Status itu mendapat tanggapan (like) cukup banyak, dan komentar yang positif dan memberi semangat juga tak kalah banyak.

Pada status itu juga, Isbedy menjelaskan bahwa 2021 ia tak punya target apa-apa.

"Tapi saya punya impian/harapan, saya ingin diberi kesehatan dari Tuhan dan dikuatkan kreativitas berkarya. Salam," ungkapnya.

Isbedy menambahkan, tugasnya sebagai seniman adalah berkarya dan berkarya. Menulis seproduktif mungkin dengan tetap menjaga kualitas karya. 

"Lalu saya terbitkan jadi buku di penerbit mana saja," kata dia.

Ia juga menjaga stamina agar semangat menyebarkan karya-karyanya ke media massa atau pun penerbit buku di luar Lampung.

"Bagi saya Lampung ini subur untuk berkarya, meski tandus buat berkompetisi dan fasilitas. Kita kurang memiliki ruang dialog, Lampung juga tak punya fasilitas bagi seniman yang berkarya dan potensi. Maka satu-satunya ialah kalau mau bertahan berkesenian, ya kompetitif di luar Lampung," katanya.

Ia menambahkan, ini juga dilakukan misalnya Teater KoBer, Teater Satu, dan seniman lainnya. "Seperti melupakan 'rumah sendiri' agar tercatat lebih luas lagi," katanya.

Menyinggung buku puisinya terpilih 5 besar pilihan Majalah Tempo, ia nengatakan, sangat bersyukur. Kemudian ia meminjam pendapat rekannya, penyair Warih Wisatsana (Bali) melalui jalur pribadi: "Kalau sudah 5 besar, itu capaiannya setara sebenarnya."(zal/inilampung)

LIPSUS