Cari Berita

Breaking News

Lukman Hakim: 12 Buku Isbedy ini Proses Berdarah-darah

INILAMPUNG
Jumat, 29 Januari 2021

Lukman Hakim Daldari (bdy/inilampung)

INILAMPUNG.COM, Bandarlampung - Lukman Hakim Daldari, penikmat sastra, mengenal karya-karya Isbedy Stiawan ZS sejak masih di bangku SMA. 

Selesai SMA di Lampung Timur sekaligus kelahirannya, ia hijrah ke Yogyakarta. Kuliah di Universitas Gajah Mada. Di sini ia makin "menggilai" karya-karya Isbedy, selain karya dari sastrawan lainnya.

"Pertama saya jumpa dengan Isbedy di Komunitas Gedung Meneng (KGM), ternyata ia banyak kehilangan dokumentasi karyanya sendiri. Baik dalam bentuk buku, maupun kliping koran," kata Lukman Hakim, Jumat (29/1/2021). 

Ia berpikir, Isbedy adalah aset Lampung seharusnya memiliki jejak yang bisa ditelusuri dengan mudah. Isbedy juga, menurut Lukman, adalah dokumentasi itu sendiri bagi perjalanan susastra di Lampung, selain A.M. Zulqornain Ch (alm), Achmad Rich (alm), dan Syaiful Irba Tanpaka.
Buku-buku Isbedy Stiawan ZS (bdy/inilampung)

"Akhirnya dari sela-sela kesibukan saya ke berbagai kota, saya telusuri karya-karyanya. Termasuk saya meninta bantuan kawan, PDS HB Jassin, Singgalang Padang, Lampung Post, Koran Tempo, dan lainnya. Dari sana saya dapat banyak mengumpulkan kembali karya-karya Isbedy. Termasuk buku cetak terbatas 'Darah' yang beredar tahun 1982," ujar Lukman.

Sebanyak 12 buku yang diterbitkan sederhana dan terbatas saya dapatkan. Saya menyebut buku-buku awal kepenyairan Isbedy ini sebagai hanya manuskrip, karena diedar di kalangan sastrawan dan dicetak fotokopi atau stensil. Cover juga amat sederhana, disablon atau fotokopi hitam putih di kertas tebal (karton). Pokokonya, sangat sederhana.

"Tapi puisi-puisinya tidak sederhana, ia kekayaan bagi literasi di Indonesia. Selain, inilah jejak kepenyairan Isbedy. Proses yang berdarah-darah Isbedy ya di dalam 12 buku ini."

Lukman menambahkan, puisi-puisi Isbedy ini dapat dilihat bagaimana wagunya seorang Isbedy di kala awal kepenyairannya. 

"Maka untuk menggambarkan pencapaian Isbedy di masa itu, saya sertaian sejumlah esai kritik/apresiasi dan pemberitaan tentang puisi-puisi Isbedy di masing-masing buku," katanya.

Masih kata Lukman, dia memberi catatan kaki untuk beberapa puisi apabila ada perubahan dari dalam buku dengan yang terbit di media massa. 

"Ini saya lakukan agar pembaca sekaligus bisa tahu perubahan karya-karya Isbedy, dan mendapatkan pembelajaran dari Isbedy," imbuhnya.

Ia berharap ada donatur/dermawan yang peduli pada sejarah perpuisian di Lampung dari seorang Isbedy Stiawan ZS, penyair yang dijuluki HB Jassin sebagai "Paus Sastra Lampung".

"Harapan saya ada penyumbang dan peduli. Sehingga bisa diterbitkan/launching bertepatan hari ulang tahunnya ke 62 pada 5 Juni 2021."

Sementara Isbedy mengaku amat bersyukur dikirimnya Lukman Hakim Daldari sebagi pemburu karya-karyanya.

"Kalau Tuhan tak memertemukan saya dengannya, tak akan kembali karya-karya saya yang hilang. Bahkan buku cerpen saya 'Aku Betina Kau Perempuan' yang diterbitkan basabasi Yogya hasil buruan Lukman dan ia pula yang memberi judul sampai penyusunan isi," ujar Isbedy.

Meski puisi-puisinya di masa awal banyak dapat kritikan, bagi Isbedy semua itu adalah cambuk. 

"Tanpa kritikian, mungkin saya tak akan sampai sekarang sebagai sastrawan. Jangan terpesona dengan pujian atau lolos kurasi suatu event, itu akan menenggelamkan," katanya sebagai pesan moral pada dirinya dan penyair muda.(zal/inilampung)

LIPSUS