Cari Berita

Breaking News

Penggunaan Emotikon WhatsApp dalam Perspektif Semiotika

INILAMPUNG
Senin, 08 Februari 2021

Emoticon Whatsapp (Ist/inilampung)

Zaman Teknologi

Saat ini Corona Virus Desiase 2019 (Covid-19) menjadi pembicaraan sangat serius. Sejak 16 Maret 2020, SD Plus Hang Tuah 4 Jakarta menerapkan metode pembelajaran dalam jaringan (daring) tanpa tatap muka langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan melalui online

Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC), laptop, gadget atau smartphone yang terhubung dengan jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom/google meet ataupun media lainnya yang terintegrasi dengan google drive, google classroom, google form sebagai media pembelajaran. 

Di zaman serba teknologi pada saat ini, para penggila media sosial akan mencari berbagai cara untuk berkomunikasi di dunia maya dengan mudah, hal tersebut didukung oleh perkembagan gadget smartphone yang beredar di pasaran yang menyediakan layanan akses cepat untuk penggunanya. 

WhatsApp adalah salah satu aplikasi chatting yang biasanya tersedia di smartphone yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi pesan dan gambar. WhatsApp adalah aplikasi pesan seluler yang memungkinkan untuk bertukar pesan tanpa harus membayar SMS, karena WhatsApp memakai data internet yang digunakan untuk mengirim e-mail dan menjelajahi internet. 

Oleh karenanya, mengirim pesan dan tetap berhubungan dengan orang lain tidak dikenakan biaya. Dengan berkembangnya WhatsApp di Indonesia maka banyak yang menggunakan aplikasi mobile instan massaging ini untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan sesama pengguna WhatsApp. Dengan berkembangnya WhatsApp bisa digunakan untuk sarana komunikasi verbal maupun non verbal. 

Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru bisa dengan memanfaatkan WhatsApp Group (WAG) sebagai media penyampai informasi dan instruksi pembelajaran. 

Aplikasi WhatsApp merupakan aplikasi yang pada saat ini menjadi aplikasi chatting favorit di kalangan pelajar yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran maupun untuk berkomunikasi dengan sesama peserta didik. Di dalam aplikasi WhatsApp juga terdapat salah satu fitur yang bisa di gunakan pada saat melakukan chatting dan dianggap sebagai perwakilan emosi dari lawan yang kita ajak berkomunikasi yaitu Emoticon.

Semiotika dan Teknologi

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.  

Van Zoet mengartikan semiotika sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimnya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakan. 

Menurut Preminger, ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran tentunya berkaitan dengan suatu tanda yang terbentuk yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti atau sering disebut dengan semiotika. Semiotika dalam penggunaan emotikon yang sering muncul pada penggunaan aplikasi WhatsApp, menjadi sorotan utama terhadap pengamatan yang pernah dilakukan. 

Pengamatan ini dilakukan menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce yang berguna untuk melihat makna yang terkandung pada emotikon. Data yang terkumpul merupakan hasil screenshoot kegiatan chatting peserta didik kelas 6 yang tengah menempuh pendidikan di SD Plus Hang Tuah 4. 

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung pada emotikon-emotikon yang digunakan pada saat berkomunikasi menggunakan WhatsApp. Proses komunikasi interpersonal antar peserta didik kelas 6 di SD Plus Hang Tuah 4 menggunakan WhatsApp

Cerdas Memilih Emotikon

Di dalam aplikasi WhatsApp, terdapat emotikon yang digunakan pengirim pesan untuk mewakili emosi yang dirasakan pada saat mengirim pesan. Berdasarkan pengamatan yang diambil dari kumpulan percakapan guru dengan peserta didik kelas 6 di SD Plus Hang Tuah 4 Jakarta dari kegiatan chatting menggunakan WhatsApp pemaknaan terhadap emotikon yang disisipkan digunakan untuk: a) mempertegas isi pesan; b) memberikan dukungan; c) menyidir seseorang; d) pengungkapan perasaan sedih; e) mengungkapkan perasaan malu; f) untuk memberikan semangat; g) untuk permohonan maaf; h) untuk mengungkapkan perasaan kecewa; dan i) untuk mengungkapkan perasaan syukur. 

Emotikon-emotikon tersebut digunakan pada aktivitas chatting di WhatsApp untuk mewakili emosi pengirim pesan pada saat melakukan komunikasi antar pribadi oleh peserta didik kelas. Para pengguna emotikon sangat terbantu dalam penggunaan emotikon-emotikon tersebut karena dapat mengekspresikan emosinya melalui aplikasi WhatsApp

Banyaknya emotikon yang terdapat pada WhatsApp membuat penggunanya bebas memilih emotikon mana yang akan digunakan. Pemilihan emotikon harus sesuai dengan isi pesan yang dikirimkan, menggunakan emotikon tidak boleh sembarangan dan harus sesuai dengan emosi yang dirasakan pada saat itu. 

Karena apabila dalam penggunaannya yang sembarangan akan memicu kesalahpahaman makna dari emotikon dan akan bisa menimbulkan konflik antar sesama pengguna aplikasi WhatsApp

Jadilah Konsumen Teknologi yang Ramah

Penggunaan emotikon yang baik dan benar, tentunya bukan hanya karena atas dasar kesesuaian dengan emosi pengguna saat itu. Namun, hal lain yang perlu diangkat adalah sebuah nilai kesantunan dalam berkomunikasi menggunakan sebuah tanda. 

Secara semiotika, seluruh tanda emotikon memiliki makna yang berbeda. Pemaknaan tanda tersebut dapat menimbulkan suatu situasi yang kurang ramah jika tidak sesuai penerapannya dengan kaidah kesantunan. 

Maka dari itu, hindari tanda emotikon yang dapat mengejek keberdaan konsumen teknologi lainnya. Menjadi konsumen teknologi yang ramah itu lebih bijak dari pada sekadar kemahirannya dalam pengoperasian teknologi.(*)

Penulis: 
Gustian Munaf, S.Pd
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta

Editor: Rizal

LIPSUS