Cari Berita

Breaking News

'Bersih dan Ramah', Rahasia Taras Car Wash Mitra Binaan PTPN VII

INILAMPUNG
Selasa, 02 Maret 2021

Taras Car Wash, tempat cuci mobil di Jalan Ratu Dibalau, Tanjungraya Permai, Bandarlampung. (ist/inilampung)
 

INILAMPUNG, Bandarlampung - Rumah toko yang berada di Jalan Ratu Dibalau, Kompleks Perumahan Tanjungraya Permai, Tanjungsenang itu tidak seperti yang lain. 


Berada di posisi paling ujung, halamannya dipasang kanopi penuh. Di bawahnya, tiga hidrolik untuk mengangkat mobil untuk dicuci. Ruang tunggu disediakan pada lantai dasar ruko.


Susana Ginting, perempuan hampir 60 tahun, pemilik jasa cuci mobil itu seperti pembantu umum di tempat usahanya itu. Ia berlari menuju meja kasir saat pelanggan hendak membayar. Etalase kaca berisi aneka parfum, lap, dan aksesoris mobil lainnya juga ia ampiri saat ada yang ingin membeli.


Tetapi, istri Kaleb Barus, mitra binaan yang mendapat kredit lunak dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII itu lebih sering berada di tengah empat karyawannya yang bekerja. Ia adalah “inspektur”, tetapi hampir tidak pernah memberi teguran.


“Mengelola bisnis car wash itu unik. Kita sebagai pemilik nggak bisa seperti bos yang terima bersih. Kita harus turun, tetapi bukan memerintah apalagi marah. Kita sempurnakan apa yang kurang pada pekerjaan anak buah,” kata perempuan lincah ini.


Keyakinan dan cara pengelaan yang dipegang teguh Susana menjadi kunci keberhasilannya. Ia selalu hadir dan memastikan semua pelanggan mendapat pelayanan terbaik. Dari mobil datang, parkir giliran, detail kebersihan, hingga pelanggan menerima kunci kembali.


Tak pelak, Susana terlibat di hampir semua mobil yang dicuci karyawan. Jika ada sisi yanag terlewat dari usapan lap, atau ada karpet yang terpasang kurang presisi, hingga menyemprotkan parfum ke kabin sebelum diserahkan, terus menjadi perhatian.


“Kita bukan mengawasi karyawan, tetapi membantu menyempurnakan hasil pekerjaan karyawan. Kalau ada yang kurang, bukan kita nyuruh, tetapi kita yang membetulkan,” kata ibu langsing yang hampir tak lepas dari kain lap fiber itu.


Bisnis cuci mobil menjadi pilihan Kaleb Barus ketika menjelang pensiun. Prediksi suami Susana itu benar, bahwa ke depan kebersihan alat transportasi yang sudah menjadi gaya hidup ini akan terus mendapat tempat. Apalagi di musim hujan yang selalu membuat kotor mobil, di musim kemaraupun, pemakai mobil sangat perhatian dengan kebersihan.


“Mobil itu kan sekarang jadi gaya hidup. Kalau gaya, nggak mungkin membiarkan kotor. Orang punya mobil umumnya sudah kaya. Nah, mereka pasti malas nyuci sendiri,” kata dia.


Dirintis pada 2010, usaha dengan nama Taras Car Wash ini tak pernah kehabisan pelanggan hingga saat ini. Musim hujan adalah musim panen bagi usahanya, sedangkan musim panas juga tak pernah mengeringkan antrean pelanggannya.


Tentang “musim” yang tak pernah paceklik, Susana membocorkan dua rahasianya. Pertama, kata dia, apa yang dikerjakan sebagaimana jasa cuci mobil adalah hasil yang bersih. Kedua, pelanggan harus dilayani dengan ramah. “Bersih dan ramah. Itu saja. Kalau itu hilang, walaupun cuma sekali kepada satu pelanggan, maka habislah kita,” kata dia di sela ativitasnya beberapa hari lalu.


Saat ini, Taras Car  Wash dilengkapi dua mesin pengungkit hindrolik lengkap dengan fasilitas pendukungnya. Dalam sehari, rata-rata 40 mobil ukuran kecil bisa dicuci hingga tampil bersih dan wangi.


Bapak dari dua anak ini mengaku sangat terbantu dengan pinjaman modal kemitraan dari PTPN VII. Meskipun baru satu kali mendapatkan pinjaman, tapi ini sangat membantu kelangsungan usaha yang dijalani.


“Mendapatkan pinjaman ditahun 2018 sebesar Rp 25 juta, digunakan untuk perbaikan tempat cuci mobil. Ini sangat membantu usaha kami,” katanya.


Ia berharap, kedepan PTPN VII bisa memberikan kepercayaan kepada kami sebagai mitrabinaannya. Bimbingan dan bantuan modal dari PTPN VII benar-benar membantu usaha kami, apalagi bunga yang dikenakan sangat kecil dibandingkan dengan bunga perbankan.


Kalep mengaku, bila nanti diberikan pinjaman lagi oleh PTPN VII, dananya akan digunakan untuk perbaikan kompresor. Saat ini satu kompresor yang dimiliki mengalami kerusakan.


Tentang omset, Kalep mengakui ada penurunan akibat Covid 19. Sebelum pandemi, kata dia, setiap hari bisa mencuci 30-40 mobil, setelah pandemi ini ada penurunan sekitar 20 persen. “Ya, semua usaha turun, termasuk cucian mobil saya ini. Sekarang rata-rata 20 mobil, lah. Kalau hari Sabtu, Minggu, dan hari libur agak lebih. Ongkosnya Rp45 ribu per mobil,” kata dia. (mfn/rls/inilampung.com).

LIPSUS