Cari Berita

Breaking News

Isbedy Ampu Menulis Puisi Gupestra

INILAMPUNG
Rabu, 03 Maret 2021

Isbedy Stiawan ZS, Paus Sastra Lampung (dok/inilampung)

INILAMPUNG.COM, Bandarlampung - Pandemi covid 19 selama setahun ini, tidak mematikan semangat dan kreativitas para guru di Lampung. 

Selain tetap mengajar melalui dalam jaring (daring), para guru pecinta dan penulis saatra disingkat Gupestra melatih kepekaan menulis puisi.

Kegiatan pelatihan menulis puisi ini dikoordinir Apri Medianingsih, guru di Way Kanan, yang juga dikenal penulis puisi (penyair) Lampung.

Apri, panggilan akrabnya, menghimpun 50-an guru se Lampung, dan menggandeng Isbedy Stiawan ZS sebagai narasumber sekaligus mentor.

"Saya menggaet bang Isbedy, sebab ia sebagai penyair bukan lagi nasional namun internasional. Ia kebanggaan Lampung, Paus Sastra Lampung," kata Apri.
Apri Medianingsih (ist/inilampung)

Kalau selama ini banyak guru berburu narasumber ke Jakarta atau Jogja, sehingga lupa kalau Lampung juga banyak sastrawan potensial. "Bisa memberi dan mengajarkan sastra. Kenapa tidak kita dayagunakan?" ujarnya lagi.

Dikatakan Apri, niatnya membuka wadah ini adalah untuk membudayakan dan memberdayakan sastra sebagai etos intelektual di kalangan guru.

"Jadi ini yang penting kenapa saya bentuk wadah Gupestra. Alhamdulilah selama sebulan latihan menulis puisi bersama Isbedy, para guru sudah bisa menulis puisi yang baik," ujarnya lagi.

Penyair berjuluk Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS, mengatakan, pembelajaran yang dilakukannnya ialah mengenal puisi, tema, cara mengangkat sudut pandang dari tema yang menarik, lalu memilih kata yang mungkin sederhana namun cara mengolahnya hingga menarik saat dibaca.

"Misalnya saya mengajak guru-guru mencermati bencana banjir, soal stasiun, objek wisata, dan lain-lain. Nah, setiap penulis akan memilih sudut pandang dari mana. Lalu tulisnya," jelas dia.

Isbedy juga bertindak sebagai editor. Memangkas, mengganti kata atau kalimat. Tanpa merusak apa yang diinginkan penulis, misal tema dan pesan yang ada di dalam puisi tersebut.

Isbedy menyatakan, dari 50 peserta bisa dikatakan 30-an sudah bisa menulis puisi. "Itu karena serius mengikuti pelatihan," imbuh dia.

Sejumlah peserta kelas menulis ini, bahķan sudah ada karya sastra selama ini. Seperti Apri Medianingsih, Mintarsih Mimin, Titin Suarni, Indah Febriani, Laksmi, Dewi, Nova Marlena, dan lainnya.

Dalam kelas menulis puisi, masih kata Isbedy, tidak bisa kita menjadikan semua dapat menulis atau jadi penyair.

Dari pelatihan menulis puisi Gupestra ini kemudian menerbitkan buku puisi. Setiap peserta mengirim 5 puisi bertema banjir, stasiun, pendidikan, pariwisata, dan tema bebas. 

"Sebelum terkumpul, saya edit atau koreksi ulang," tutupnya.(zal/inilampung)

LIPSUS