Cari Berita

Breaking News

Kejar Produksi dan Mutu, PTPN VII Tulungbuyut Gelar Field Day

INILAMPUNG
Jumat, 05 Maret 2021

Pesert inhouse training PTPN VII Unit Tulungbuyut, Waykanan. 


INILAMPUNG, Waykanan--Tiga masalah krusial di kebun (on farm) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Unit Tulungbuyut, Kabupaten Waykanan, dibedah habis dalam inhouse training (IH) yang dilanjutkan dengan field day (FD) sejak awal 2021. 


Yakni, soal pegawasan, uji potensi pohon (UPP), dan uji gelembung udara (UGU) atau mutu lateks. Hingga kini, pelatihan sudah memasuki tujuh dari sembilan afdeling yang ada.


Pada putaran ketujuh yang berlangsung di Afdeling VII Tulungbuyut, Kamis (4/3/21), field day yang dipimpin Manajer Unit Tulungbuyut Agus Faroni, juga diinspeksi oleh tim auditor SPI. Seluruh Asisten dan 20 mandor di Afdeling VII mengikuti sesi peninjauan di lapangan ini dengan antusias.


Agus mengingatkan tentang posisi perusahaan yang di dalamnya ada keringat karyawan untuk mengunduh rezeki. Dalam siuasi yang sedang kurang maksimal, ia mengajak semua karyawan, terutama penyadap untuk menyatukan visi dan langkah secara konsisten dan ikhlas.


“Perusahaan kita sangat bergantung kepada saudara—saudara kita yang setiap hari bersentuhan langsung dengan pohon, yaitu penyadap. Tetapi, keberhasilan penyadap juga tergantung dari bagaimana para mandor membina dan mengotimalkan. Oleh karena itu, kepada bapak-bapak para mandor, kami titipkan keberlangsungan perusahaan ini,” kata mantan Sekper PTPN VII ini.


Askep Tanaman Joko Bintoro yang memandu simulasi menekankan tiga poin krusial itu dikembalikan kepada norma dasar operasional (SOP). Ia menginformasikan, identifikasi terhadap kemunduran secara menyeluruh di kebun (on farm) adalah akibat tidak terkawalnya pengawasan, UPP, dan UGU.


“Kalau tiga poin itu sesuai norma, sesuai SOP, dan kita konsisten menjalankan, secara hitungan normatif, kita pasti sukses. Walaupun, semua akan kembali kepada Takdir Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa,” kata dia.


Joko menjelaskan, potensi untuk mencapai produksi dan produktivitas yang tinggi ada di Unit Tulungbuyut. Tanaman, kata dia, masih lebih banyak yang produktif. Alam atau cuaca masih sangat mendukung. Dan suasana kerja, berkat kepemimpinan yang menggunakan pendekatan humanis juga sangat kondusif.


“IHT dan FD ini adalah upaya mengembalikan proses on farm kepada norma standar atau SOP. Kita harus kawal ketat pengawasan penggunaan kulit, cara sadap, kedisiplinan waktu sadap, hingga perawatan pohon. Kita juga kawal ketuntasan sadap sehingga apa yang tercantun pada UPP (uji potensi pohon) sesuai dengan produksi. Dan terakhir, jangan pernah terjadi penyimpangan kualitas melalui UGU (uji gelembung udara),” kata mantan auditor SPI ini.


Tulus Catur Pambudi, Ketua Tim Auditor SPI PTPN VII yang menyempatkan hadir pada field day itu memberi pesan kepada peserta. Dari empat komoditas yang dikelola PTPN VII, karet menjadi komoditas yang secara teknis normatif paling sederhana. Dari norma-norma yang dipakai, antara on farm, proses off farm, sampai bisa dijual menggunakan parameter yang sama. Demikian juga dengan proses produksinya, relatif simpel.


“Kami menilai di karet ini paling simpel. Jadi, kalau terjadi bias hasil antara data tertulis yang sudah melalui analisis, seperti UPP, tadi, sebenarnya sangat mudah mencari simpul di mana penyimpangan itu. Kalau potensi pohon 100, misalnya, tetapi produksinya cuma 50, itu gampang banget menelusurinya. Oleh karena itu, mari kita perbaiki di semua level agar kita segera pulih,” kata Catur yang sedang menginspeksi di Unit ini bersama tim.


Dari beberapa sesi IH dan FD yang dia pantau, Catur memberi apresiasi kepada tim pemandu maupun peserta. Daya serap dan kompetensi dasar yang disampaikan dan langsung disimulasikan di lapangan, menurut pria lugas ini, sudah sangat memadai. Namun, ia mewanti-wanti peserta agar kepiawaian demonstrasi bukan hanya pada simulasi.


“Saya apresiasi pemateri, meskipun dari internal. Juga kepada peserta. Tetapi yang harus lebih dikawal lagi adalah komitmen untuk konsisten pada operasional di lapangan. Ini harus dikawal oleh semua lini dan level. Dari mandor, mabes, terutama tap inspektor, asisten, dan semua termasuk Pak Manajer. Sebab, tanpa mengurangi rasa hormat kepada bidang lain, proses di on farm ini adalah kunci profit senter kita,” kata dia.


Di ujung acara yang digelar di kebun dan diikuti sembilan mahasiswa Polinela yang sedang PKL, peserta melakukan foto dan makan siang bersama. (mfn/rls/inilampung.com)

LIPSUS