Cari Berita

Breaking News

Prodi S-1 Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta

INILAMPUNG
Kamis, 26 Agustus 2021

ISI Yogyakarta (ist/inilampung)

INILAMPUNG.COM, Yogyakarta - Kuliah Terbatas untuk mahasiswa the Asia Institute Faculty of Arts The University of Melbourne dan Prodi S-1 Tata Kelola Seni Fakutas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Pada 1 September 2021 salah satu dosen yang juga menjabat sebagai Kaprodi S-1 Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta, Dr. Mikke Susanto diundang untuk memberi kuliah di Asia Institute, The Faculty Arts, Melbourne University Australia. 

Undangan tersebut diinisiasi oleh Dr. Edwin Jurriens yang menjadi pengajar mata kuliah "Creative Industries in Indonesia" (Kode matakuliah INDO30002). 

Ceramah yang akan diberikan Mike Susanto yang juga anggota Persatuan Penulis Indonesia - Satupena ini, secara khusus ditujukan untuk mahasiswa mata kuliah tersebut untuk melihat perkembangan industri kreatif melalui kasus yang terjadi di Indonesia. 

Dalam kuliah terbatas untuk mahasiswa strata sarjana (undergraduate) dari 2 prodi ini dibahas mengenai hubungan Presiden Sukarno, sejarah sosial dan industri kreatif. Banyak hal yang menarik untuk dikaji meskipun topiknya sangat khusus dan terpusat pada sosok presiden pertama Indonesia. 

Menurut Mike Susanto, materi tersebut mulai dari siapa Sukarno, koleksi-koleksinya, efek terhadap seni di masyarakat, hingga pengembangan ide pasca-koleksi. 

"Wampai-sampai kreativitas publik pun jadi perhatian dalam materi yang disajikan," jelas Mikke Susanto. 

Kuliah akan disajikan dalam dwi bahasa ini juga membahas sejauh mana Sukarno sebagai patron seni. Kehadirannya sebagai kolektor patron menjadi contoh hingga melahirkan berbagai catatan menarik. 

"Selain sebagai politikus, pejuang, penulis, dan presiden, Sukarno selalu berfikir estetik. Baginya seni bukan semata seni. Seni dan karya seni mampu membuka pikirannya yang lapang. Seni dan karya seni sebagai katarsis sekaligus alat perjuangan," katanya.

Karenanya, masih kata Mike, Sukarno tak pernah sekalipun meninggalkan sesuatu yang kreatif hingga akhir hayatnya.

Kerja sama bagi kedua kampus ini dinilai sangat penting untuk para mahasiswa. Kedua kampus yang berada dalam bidang seni humaniora ini perlu saling terus memberikan sumbangan baik bagi riset dan pemecahan masalah di dunia. Dunia industri kreatif yang berkembang semakin cepat di sebuah negara adalah kasus yang sangat menarik untuk ditelaah dengan perspektif berbeda misalkan melalui pendekatan berbeda antar negara. Diharapkan, kuliah ini dapat menjadi contoh kerjasama antar lembaga pendidikan antar negara di masa kini dan masa depan.(bed/zal/inilampung)

LIPSUS