Cari Berita

Breaking News

Mbah Sus itu Tetangga Dion

INILAMPUNG
Sabtu, 04 September 2021


Kowe ra isa mlayu saka kesalahan
Ajine diri ana ing lathi

RASA di kepala saya, berdenyut. Sakit. Badan juga ikut begidik. Sebab, sembari mendengar lagu "Lathi" dan "Wonderland" yang fenomenal di yutub itu. Membayangkan, dibonceng motor, lalu tangan yang erat memegang tas, ditarik. 

Selain kaget juga terjengkang, jatuh ke belakang, kepala membentur median jalan. Mengucur darah di telinga, sementara matahari pagi belum memunculkan sinar hangatnya. 

Ukuran seorang lelaki muda pun, jika di atas kendaraan bermotor lalu dijambret, pasti terasa ngilu. Dan ini, kejadiannya menimpa seorang nenek. Penjual nasi di Jalan Putri Dibalau. 

Beberapa saksi mata menjelaskan, sang nenek terjatuh. Sampai dikabarkan meninggal. Tak ada yang bisa diucapkan. 

Biadab. 

Prilaku macam apa yang merasuki seseorang sampai tega menjambret, tidak mendapat apa-apa secara materi, namun mengakibatkan kematian seorang perempuan tua yang masih gigih berusaha, mengais rezeki. 

Mbah Sus, sapaan akrab Susiawati (71), korban penjambretan di bawah jembat layang Antasari itu, berniat belanja. Sudah menjadi rutinitasnya, subuh belanja ke Pasar Tugu, naik ojek. Lalu agak siang sudah menjual makanan. Mari membayangkan gigihnya Mbah Sus. Bukan saja di tengah badai pandemi dan ancaman terinfeksi virus Covid-19, yang hampir semua pedagang saat ini mengeluh sepinya pembeli. Menjadi korban kejahatan dengan kekerasan. Terjadi di tengah jalanan kota yang juga ibukota provinsi. Yang sudah ada rekaman CCTV dan belum ada pemberitaan ditangkapnya pelaku. 
Bahkan, nyaris semua media mewartakan, Kasubag Humas Polresta Bandar Lampung AKP Halimatus saat dikonfirmas terkait kronologi kejadian, mengaku belum dapat menjelaskan secara rinci. Masih menunggu laporan. 

Ini artinya, jalan raya masih menjadi zona paling mengerikan yang akibat lakalantasnya mengalahkan jumlah korban perang. Ditambah dengan tragedi Mbah Sus. 

Mbah Sus adalah potret dari wajah perempuan jelata di tengah masyarakat perkotaan. Yang gigih berjuang mencari nafkah tanpa meributkan anggaran dari pemerintah. Dimana semua kerja kerasnya selama sehari, terkadang habis dimakan hari itu juga. 

Kini, ribuan warga seperti Mbah Sus, merasa tidak aman lagi karena ada bandit jalanan yang masih bebas berkeliaran, yang mungkin, bisa saja menyasar siapa saja, termasuk kita, di lain hari di lokasi yang lain. 

Kita ketahui, ada kehidupan yang hampir rutin dari sebelum subuh sampai siang di beberapa pasar induk di Kota Tapis Berseri ini. Ratusan pedagang sayur, umumnya kaum ibu, bertaruh nyawa jika kejadian yang menewaskan Mbah Sus tidak memiliki efek jera bagi pelaku. 

Maka, kewaspadaan rakyat jelata, bukan hanya terancam paparan wabah. Melainkan juga ada momok jahat di jalanan. Yang mengerikan. Sadis. Wajar jika kemudian muncul pertanyaan, dimana kehadiran negara dan aparat penegak hukum? 

Permintaan yang wajar juga dari keluarga dan tetangga korban, jika pelaku harus ditangkap dan mendapat hukuman yang setimpal. Semoga! (*)

Endri Kalianda
Esais, Tinggal di Bandarlampung

LIPSUS