Cari Berita

Breaking News

Terorisme di Lampung dari Kelompok Khawarij

INILAMPUNG
Sabtu, 06 November 2021

Prof Moh Mukri, Rektor UIN Raden Intan Lampung, Ketua MUI Lampung, Prof Moh Mukri/rmollampung


INILAMPUNG.COM - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lampung Prof Moh Mukri mengimbau pemerintah lebih tegas dan mendukung sepenuhnya penangkapan terduga teroris. Pasalnya, banyak kalangan khawarij, islam garis keras yang sangat tekstual dalam memahami agama. 


Kelompok wahabi salafi ini yang sering jadi pemicu lahirnya gerakan-gerakan terorisme. "Awalnya sekadar menyalahkan amaliah orang lain, lalu menganggap bidah, sesat, dan kemudian berani mengkafirkan liyan," ucap Prof Mukri pada inilampung.com, Sabtu, 6 November 2021.


Seiring penangkapan beberapa orang di Lampung oleh Densus 88 Mabes Polri, semua disebut terkait dengan kelompok pengajian salafi wahabi. "Pemahaman yang salah, jangankan sekarang, periode zaman nabi Muhammad SAW saja, ada orang khawarij yang berani menyatakan pada Rosulullah SAW agar berbuat adil terkait pembagian ghanimah," jelas dia.


Mereka, lanjut Rektor UIN Raden Intan Lampung itu, banyak memahami agama secara keliru. Bukan mempermudah dan memberi kabar gembira, justru menyulitkan dan membuat ummat banyak yang lari dari agamanya. "Lahuma sirro walatuasir, wabasira walatunasira, mudahkanlah setiap urusan dan janganlah mempersulit, dan berilah kabar gembira," kata Mukri mengutip hadist Nabi Muhammad SAW.


Penangkapan sejumlah terduga teroris, jelas dia, terhubung dengan orang-orang yang berpaham di luar NU dan Muhammadiyah. "Mereka banyak yang meninggalkan asbabul nujul ayat, jadi memahami agama sangat tekstual."


MUI Lampung sendiri, menurut dia, bakal lebih intensif membentengi pelajaran agama islam yang diajarkan pada anak-anak. Akan tetapi, negara juga harus hadir. Jangan sampai hanya menjadikan MUI Lampung sebagai pemadam kebakaran saja. "Begitu juga dengan para orang tua, harus lebih selektif mencarikan guru agama, jangan sembarangan."


Bukan hanya menyasar kelompok pengajian salafi, sejumlah terduga terorisme juga mulai masuk ke dalam pondok pesantren. Hal itu terkuak setelah aparat anti-teror Densus 88 Polri menangkap beberapa pengajar di Ponpes Al Muhsin, Kota Metro. 


Pondok Al Muhsin, merupakan jejaring dengan Ponpes Ngruki, Solo yang sudah dianggap jadi markas JI dan MMI. Begitu juga di Kabupaten Pesawaran, ada Ponpes Nurul Iman, selain itu disebut juga Ponpes Ulul Albab dan Babul Hikmah. 


Di sisi lain, Suritno sebagai wali murid di Ponpes Al Muhsin hanya tertawa ketika dihubungi inilampung.com. "Ya, dulu memang ada pemahaman pemerintah itu thagut, tapi sudah banyak berubah, mau dianggap teroris, mau dipenjara, kami punya Allah sebagai penolong," ucap dia yang diwawancarai melalui telepon.


Dia kemudian menjelaskan, tetap percaya pada kajian-kajian di Ponpes Al Muhsin. "Biasa lah, Pak, orang yang berusaha memegang teguh agama itu diuji dengan fitnah, penjara, atau apa pun. Tapi saya tetap percayaa anak-anak saya mondok di Al Muhsin," kata ayah yang dua anaknya di pondok pemilik Muhsina Media itu.


Beberapa alumni Al Muhsin, mengakui jika biasa dalam pengajian-pengajian mereka mendatangkan ustazd-ustazd yang terhubung dengan jaringan salafi dengan simpul-simpul utama di Ponpes milik Abu Bakar Baasyir. 


"Dulu, biasa alumni Al Muhsin yang masih ngaji ikut kajian di Pesawaran, Pringsewu, Lamsel, Bandarlampung," kata Wahid, alumni Al Muhsin tahun 2010.


Di Lampung Selatan, ujar dia, lokasinya kalau tidak di Ponpes Babul Hikmah. "Ya di masjid Klaten, Penengahan yang dekat SMA Negeri itu," jelas Wahid.


Namun demikian, itu dulu, sekarang banyak yang sudah masuk dan gabung dengan Muhammadiyah. "Beberapa tokohnya malah jadi pengurus daerah Muhammadiyah. Tapi ya itu, entah sadar atau tambah lebih aman," kata dia sembari tertawa.


Diketahui, ditangkapnya beberapa orang yang ada di Metro, Lamsel, Pringsewu, dan Bandarlampung merupakan aksi lanjutan Tim Densus 88 setelah mengamankan terduga penyandang dana teroris Ir. Suprihadi, yang juga Direktur LAZ ABA di rumahnya di Desa Bagelen, Gedongtataan, Pesawaran, Lampung. (tim/inilampung)

LIPSUS