Cari Berita

Breaking News

Februari, '75 Sajak' Nanang R. Supriyatin Diluncurkan

Kamis, 13 Januari 2022


INILAMPUNG.COM, Jakarta -- Penyair Nanang R. Supriyatin meluncurkan buku tungal bertajuk 75 Sajak, Februari mendatang.

Buku berisi 75 puisi dalam tiga bagian "Nanyian Cinta", "Nyanyian Keseharian", dan "Nyanyian Hari Tua" ini diberi kata pengantar oleh Isbedy Stiawan ZS, sastrawan Lampung.

Isbedy menyusuri jejak Nanang dari puisi‐puisi yang terhimpun dalam buku yang diperkuat lukisan sampul karya Syamsurizal dan desain sampul serta layout isi Gufran An'ars. Buku ini juga dilengkapi endorsemen dari tiga sastrawan Indonesia, yakni Humam S. Chudori, Omni Koesnadi, dan Wig SM.

Termakan Virus
Menurut Nanang, beberapa alasan dirinya menerbitkan buku 75 Sajak ini, yaitu karena kangen menghimpun sejumlah sajak yang tersimpan di laptop ke dalam sebuah antologi.

"Lalu keseriusan yang diungkapkan Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS, untuk menulis ulasan antologi 75 Sajak, serta menjembatani ke pihak penerbit, yakni Siger Publisher," jelas penyair Jakarta di beranda facebook (FB)-nya.

Selain itu, kata dia, permintaan 'endors' spontan melalui whatshapp dari Sastrawan/Penyair/Pegiat Literasi, seperti Humam S. Chudori, Omni Koesnadi dan Wig S.M yang ditanggapi positif.

"Buku ini direncanakan terbit bulan Februari 2022, melalui Penerbit Siger Publisher (Lampung)," imbuhnya.

Ditambahkan Nanang, masing-masing bagian yaitu Nyanyian Cinta, Nyanyian Keseharian, dan Nyanyian Hari Tua menghimpun 25 sajak. 

"Sajak-sajak dalam antologi ini ditulis tahun 2021 dan sebagian pernah dimuat di media cetak serta media online," ungkapnya. 

Masih kata Nanang, sebenarnya sajak-sajak yang saya tulis selama tahun 2021 cukup banyak, namun dari yang banyak itu ternyata termakan virus ketika tersimpan di laptop. Dan, '75 Sajak' adalah pilihan terakhir untuk dieksekusi. 


"Kehadiran Isbedy Stiawan ZS di Jakarta dan kemudian bermalam di rumah saya (14/12-2021), sungguh sangat menginspirasi. Selama waktu tersebut, kami berbincang banyak perihal puisi, antologi puisi serta perkembangan sastra, baik melalui 'daring' maupun 'luring' -- hingga tercetus ide untuk menerbitkan antologi," katanya, Kamis (13/1/2022).

Terpìsah, Isbedy Stiawan ZS  menjelaskan, jejak penyair dalam puisi bisa panjang dideretkan, juga dapat disusuri. Pembaca masuk bersama langkah penyair. Ini pula yang saya coba menyusuri jejak Nanang R. Supriyatin (selanjutnya saya tulis NRS) dalam 3 bagian dari 75 Sajak ini. 

"Sebelum menyusuri jejak NRS dalam puisi-puisinya, sedikit saya kenalkan diri penyair kelahiran Jakarta ini. Nanang adalah “anak Betawi” — setidaknya ia lahir dan besar di daerah ini, persisnya di kawasan Guntur. Setelah berumah tangga, dan rumah keluarganya “tergusur”, ia menempati rumah di Menteng Jaya. Lagi-lagi di kawasan “sempit” yang padat penduduk," kata penyair berjuluk Paus Saatra Lampung dalam pengantar buku puisi ini.

Bagi yang berminat, Nanang menyilakan kontak nomor pribadinya atau di media sosial seperti FB dan IG. (zal/bdy/inilampung)


LIPSUS