Cari Berita

Breaking News

Powet Point Pendidikan Indonesia

INILAMPUNG
Rabu, 02 Februari 2022


Oleh, Hasbullah 


TENTANG pendidikan Indonesia hari ini, apapun yang terjadi harus disyukuri tentunya dalam keadaan apapun tetap ada nilai kebaikan dari pendidikan yang dulu. Harus difahami bahwa, dengan potret yang dilihat hari ini merupakan produk kurikulum Indonesia dimasa lalu. Mereka yang sukses hari ini, baik itu di dalam dan diluar negeri  adalah hasil pendidikan Indonesia pada zamannya. Lalu apa alasan kita mengatakan pendidikan Indonesia lemah, mundur dan tidak maju-maju. Apakah  karena ada kesalahan kita dalam mengukur pendidikan Indonesia, atau ada unsur kepentingan di dalamnya dan atau pendidikan ini dipimpin oleh orang yang salah. 


Sehingga yang terjadi dengan mudah orang diberi dan memberi tanggung jawab untuk mengolah dan mengendalikan pendidikan bangsa ini. Namun yang terjadi dalam memajukannya dengan cara mencuri pemikiran dan plagiasi model yang bukan seharusnya dalam pendidikan. Maka yang terjadi adalah rangkaian perjalanan pendidikan melapaui keinginan kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri. 


Peting kiranya mengingatkan bahwa wilayah negera kesatuan republik Indonesia itu luas.  Dengan penduduknya banyak, dengan  ragam macam penganut agama, adat istiadat, suku, bahasa dan ras. Maka jangan sampai kita dididik untuk trampil memangkas kerpercayaan diri anak bangsa karena penilai orang lain, karena survaei dan lain sebagainya. Padahal penilai itu disamakan namun dengan wilayah dan keadaan yang berbeda. Sehingga jangan latah kita dalam  menilai kompetensi dari nilai, tapi nilailah kompetensi manusianya. Maka pendidikan ini harus ada perubahan. 


Lalu apa yang harus dirubah dari pendidikan ini. Tentunya ini tidak mudah, dengan segala persoalan baik itu persoalan sosial, ekonomi, budaya, politik serta masalah kebangsaan lainnya menjadikan wajah dunia pendidikan harus ikut seperi bunglon. Setidaknya di awal yang harus dirubah adalah cara berfikir tentang pendidikan itu sendiri. Pendidikan itu bukan memintarkan orang yang sudah pintar, membodohkan orang yang sudah bodoh, meninggikan orang yang sudah  tinggi serta merendahkan orang yang sudah rendah. 


Maka desain pendidikan ini jangan pernah melaparkan orang yang jelas lapar, dan mengenyangkan orang yang jelas kenyang dalam pendidikan. Sebab pada hakekatnya pendidikan ini adalah merefleksikan orang untuk keluar dari penjajahan, baik itu penjajahan terhadap intelektual maupun penjajahan kemanusiaan. Sehingga membangun pendidikan bangsa ini bukan hanya membutukan pemikiran saja tetapi harus melibatkan komponen nilai-nilai kemanusia, keadilan serta kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia. 


Pendidikan merupakan alur dalam memperjuangkan kesetaraan dalam struktur kehidupan dimasyarakat. Sehingga dedikasi dari pendidikan untuk bangsa ini sudah seharusnya  melepaskan semua manusia dari ketertidasan dan kesengsaraan baik secara kultur maupun struktural. Sehingga pendidikan berada pada proyek penyadaran, membangunkan dan menggerakan manusia secara utuh untuk uggul dan maju dengan cara bersama-sama. 


Agar difahami juga bawa hari ini yang terlihat sekali bahwa, masalah pendidikan itu adalah akses. Maksudnya adalah bahwa masih banya masyarkat bangsa ini yang belum terdidik secara formal. Sehingga cara fikir dan pandang pendidikan itu harus dalam dan luas, bukan saja secara pemikiran namun difikirkan dalam nilai-nilai kemanusia. Sebenarnya subyek dari pendidikan ini adalah manusia itu sendiri, jangan pernah manusia itu diperbudak oleh aturan pendidikan. Pendidikan itu  mengeluarkan manusia dari ketertidasan menuju kemerdekaan yang seutuhnya.


Maka pendidikan bangsa ini semestinya diorentasikan pada pembentukan manusia dan juga menyadarkan akan kondisi manusia tidak dalam keadaan ideal. Dalam prosesnya pendidikan bangsa ini  seharusnya diarahkan pada pembelajaran akan dunia nyata dari peserta didik. Sehingga pendidikan akan menghadirkan dialektika pemikiran, sehat dalam perbedaan dan baik dalam interaksi. 


Dari sinilah pendidikan tidak boleh terjebak pada rutinitas, formalitas dan menuruti hawa nafsu pedidikan. Pendidikan itu  bukan proses untuk menabung pengetahuan  dan pengalaman,  juga  bukan mewariskan pengetahuan atau bahkan koleksi pengetahuan. Sehingga pendidikan bangsa ini harus masuk pada pendidikan dialogis dan membangun kesadaran akan potensi serta mengaktualkan potensi. Disinilah pendidikan akan terjadi interaksi antara komponen pendidikan.  Interaksi peserta didik dengan guru, guru dan kurikulum, kurikulum dengan peserta didik. 


Peningkatan mutu pendidik (guru) merupakan satu keharusan untuk memajukan pendidikan, dalam hal ini itu peningkatan kemampuan dalam mendidikan peserta didik. Sebenarnya  peserta didik itu memiliki dua dimensi. Pertama, bahwa setiap peserta didik itu sudah memiliki bekal artinya pendidi dan lembaga pendidikan sudah tinggal mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik tersebut. Kedua, setiap peserta didik memiliki ruang-ruang yang kosong, belum memiliki perangkat dan tinggal diisi untuk mendapatkan perubahan. Sehingga pendidikan harus mampu menggali segala potensi yang ada dipeserta didik dan menempatkan lembaga pendidikan sebagai saluran untuk mengembangkan potensi kemanusiaan.


Dari sinilah jiwa manusia tereksplorasi dengan baik, sesuai dengan aliran pengalaman kehidupan. Bahwa pendidikan itu bukan hanya sekedar tahu saja,  pendidikan itu adalah belajar untuk hidup bersama kehidupan itu sendiri. Dengan sendirinya konsekwesni logis dari pendidikan Indonesia adalah bagaimana pendidikan ini tidak hanya dinilai dari kognitif berupa angka-angka saja, melainkan bagaimana proses penilain itu untuk melahirkan manusia secarah utuh. 


Langkah awal adalah dengan tidak dengan mudah menggota ganti kebijakan pendidikan terutama kurikulum. Mengeluarkan pendidikan dari kepentingan politik praktis, artinya pendidikan ini dijalankan secara berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga pendidikan harus dipimpin oleh mereka yang profesional baik secara keilmuan dan pengalaman. Harus difahami bahwa perubahan pendidikan yang baik itu bukankarena kebijakan,  namun pendidikan itu adalah memuliakan manusia, memantaskan keadaan negara dan mengindahkan alam semesta.(*)


Hasbullah

Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Mahasiswa S3 UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu


LIPSUS