Cari Berita

Breaking News

Sepenggal Ingatan tentang Erwin: Penyair Besar

Selasa, 15 Februari 2022



Oleh Anton Bahtiar Rifa'i


Mendengar kabar penyair Ahmad Yulden Erwin berpulang, ingatan saya melayang ke masa pertengahan tahun 1990an, masa ketika saya kerap menikmati perbincangan hangat bersama Erwin di Lantai 2 Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Lampung. Ketika itu, saya aktif di pers mahasiswa Teknokra, sedangkan Erwin aktif di UKM Bidang Seni. Tak sekadar sahabat, buat saya, Erwin adalah penyair besar, penyair jenius. Saya tidak hanya membaca, tetapi juga hafal beberapa sajak Erwin. Saya hafal setiap kata dalam sajak “Spiritualitas Bertahan” dan “Spiritualitas Melawan”. Kedua sajak itu telah menjadi sihir yang membangkitkan jiwa. Erwin sendiri menyebut sajaknya sebagai sajak sugesti.

Sejak lulus dari Universitas Lampung pada 1997, saya tidak pernah lagi berjumpa dengan Erwin. Bahkan sempat kehilangan kontak. Namun pada 2009, Erwin mengirimi saya draf buku antologi puisi dalam fomat file MS Word, berjudul “Tiada Tuhan, selain Ahmad”. Saat menulis antologi itu, Erwin rupanya sedang menggandrungi pemikiran Syeikh Hamzah Fansuri, seorang Sufi asal Aceh yang hidup di abad ke-17. Judul “Tiada Tuhan, selain Ahmad” sepertinya juga dipengaruhi paham Wahdat Al Wujud yang dianut Syeikh Hamzah Fansuri, yaitu paham keesaan antara mahluk dan Tuhan. Ini mirip dengan paham Manunggaling Kawulo Gusti yang diajarkan Syeikh Siti Jenar di tanah Jawa. Sajak-sajak Erwin memang sarat dengan pesan spiritualitas. Yang pasti, antologi itu mengobati kerinduan saya akan sajak dan pemikiran Erwin. Erwin sendiri mengetahui bahwa saya adalah penggemar sajak-sajaknya. Terakhir, dua tahun lalu, Erwin mengirimi saya tiga buku antologi puisi: “Perawi Tanpa Rumah”, “Perawi Rempah”, dan “Hara Semua Kata”. 

Ahmad Yulden Erwin memang telah tiada. Tapi, sajak-sajaknya tetap hidup dalam ingatan saya, bahkan bersenyawa dalam jiwa, seperti penggalan sajak “Spritualitas Melawan” berikut ini: 
 
     Aku mau habis melawan
     Segala bentuk ketiadaan,
     Sampai tuntas kupedihkan
     Sayatan pisau kedamaian.

Selamat jalan, Ahmad Yulden Erwin . Damailah di sisi-Nya.*



*) Anton Bahtiar Rifa'i alumnus Universitas Lampung kini News Producer SCTV. 

LIPSUS