INILAMPUNG, JAKARTA -- Persoalan langka minyak goreng yang menjadi kegelisahan bersama di Tanah Air memanggil penyair untuk menulis.
"Kita sebagai penyair mestinya terpanggil, isu ini di depan mata kita," ujar Mustafa Ismail, penyair cum redaktur sastra itu, Sabtu (19/03/2022) malam.
Namun, lanjut penyair kelahiran Aceh, banyak isu yang selama ini lolos dari perhatian penyair.
Karena itu, Mustafa Ismail dan Isbedy Stiawan ZS akan menghimpun puisi-puisi dari para penyair. Tema tentang minyak goreng. Para penyair dibebaskan memilih sudut pandang ihwal isu tersebut. Panjang puisi juga diberi keluasan. Setiap penyair boleh mengirimkan lebih dari satu puisi.
Gagasan ini diakui Mustafa, biar penyair tidak hanya berkutat dengan estetika dan ide-ide besar. "Tapi harus pula merenungi persoalan lingkungan dan masyarakat juga."
Menurut Mustafa bahwa puisi dengan standar estetika tinggi oke, tapi puisi kepedulian juga penting.
"Sense of humanity sangat penting, supaya tak termasuk seperti dikatakan Rendra sebagai 'penyair salon'," ujar dia.
Isbedy Stiawan ZS sepakat dengan Mustafa Ismail. Ketika puisi "Hikayat Minyag Goreng" yang ditayangkan di facebook, kemudian Mustafa Ismail menggagas program ini, disambut antusias.
"Kita ujudkan," sambut penyair kelahiran Lampung itu. Lalu keduanya diskusi di WA.
Penerbitan buku puisi dalam bentuk e-book. Setiap penyair yang puisinya loloa kurasi akan mendapatkan buku itu secara gratis.
"Tapi karena penerbitannya bersifat gotongroyong, setiap penyair diminta kontribusi Rp25.000 untuk biaya layout dan pembuatan e-book," jelas Isbedy Stiawan.
Kegiatan ini terbuka untuk umum. Pengiriman naskah puisi dimulai 20 Marer dan ditutup 31 Maret 2022 di email puisirakyat2022@gmail.com.
Puisi-puisi yang masuk akan diseleksi oleh Isbedy Stiawan ZS dan Mustafa Ismail. (zal/inilampung)