Cari Berita

Breaking News

Fakta Minyak Goreng dalam Puisi Indonesia

Selasa, 31 Mei 2022


Oleh Nanang R Supriyatin

Judul : Minyak Goreng Memanggil
Kurator : Mustafa Ismail & Isbedy Stiawan Z S 
Penerbit : Siger Publisher, Bandar Lampung
Tahun Terbit : April 2022
Tebal Buku : XIV + 149 Halaman
Ukuran : 14 x 20 Cm
ISBN : 978-623-6230-08-4

...

PALING CUAN 

kau pikir menggoreng tak perlu akal 
bagaimana hasil gorengan terasa renyah 
tanpa sisa minyak melekat 
harus ditiriskan dengan baik, katamu 

begitu juga dengan minyak gorengnya 
cari yang bermerk, paling tidak dua kali penyaringan 
akan menghasilkan makanan yang enak 
tahu dari mana? 

ya dari iklan atau resep chef terkenal 

tapi itu saja belum cukup 
karena penimbun juga sangat paham 
gorengan mana yang paling cuan 

Maret 2022

        Di tengah maraknya kegelisahan masyarakat Indonesia, khususnya kaum emak-emak mengenai ketidakpastian harga minyak goreng, serta tertangkapkan beberapa oknum pejabat maupun sebagian oknum yang ikut bermain, membuat kita makin miris. Selama tahun 2022 ini, nama minyak goreng telah dimanfaatkan sebagian orang yang ingin memastikan kalau jelang idul fitri takada lagi teriakkan yang memojokan pemerintah – bahkan tak dipungkiri politikus ikut bicara tentang minyak goreng (mungkin karena ada kepentingan untuk pemilu 2024?).

          Puisi Piet Yuliakhansa di atas hanya bagian kecil dari pengungkapan perasaan atas fakta-fakta yang terjadi di sekitar kita. Minyak goreng bukan sekadar nama kebutuhan dapur, tapi ia juga punya peranan penting lainnya, diantaranya bagi para pedagang. Dalam hal ini, penyair yang memiliki perasaan dan hati nurani akan terus menyampaikan melalui aspirasi; di dalam puisi-puisinya.

          Gagasan Mustafa Ismail (Wartawan/ Jurnalis), serta Isbedy Stiawan ZS (Sastrawan) dalam mengeksploitasi ketidakjelasan keberadaan maupun harga minyak goreng – setidaknya telah tersampaikan melalui geliat 55 penyair yang puisi-puisi dimuat dalam antologi berbentuk Ebook, berjudul “Minyak Goreng Memanggil Penyair”. Keduanya sekaligus merangkap sebagai kurator.

          Dalam pengantarnya, kurator di awal dua paragraf sudah memaparkan terkait kebon kelapa sawit, eksportir sampai pada sentuhan harga melalui dollar, sebagaimana uraian di bawah ini. 

 Ironi Minyak Goreng 

        Kita menghadapi ironi yang luar biasa: Indonesia adalah penghasil sawit nomor satu di dunia, tapi minyak goreng langka dan mahal. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 luas kebun sawit di Indonesia mencapai 14,5 juta hektare. Adapun produksi minyak sawit alias CPO (Production of Crude Palm Oil) mencapai 44,7 juta ton pertahun. 

        Indonesia pun merupakan eksportir kepala sawit terbesar di dunia dengan nilai US$17,36 miliar. Angka ekspor Indonesia adalah 53,46 persen dari total nilai ekspor kelapa sawit dunia. Urutan nomor dua diduduki Malaysia dengan nilai US$ 9,8 miliar. Urutan ketiga Belanda US$ 1 miliar. Selebihnya, negara-negara lain, angka ekspor sawit di bawah US$ 500 juta.

        Tema minyak goreng yang dipilih bukan hanya asal. Seperti diketahui, minyak goreng hingga saat ini masih menjadi booming dan aktual. Terlebih lagi pendapat masyarakat yang ‘napsu’ ingin tahu siapa saja yang bermain. Hampir setiap hari televisi menayangkan tertangkapkan 4 orang yang diindikasikan atau sudah nyata, bermain-main dengan minyak goreng. Dan para penyair mengungkapkan dengan gaya dan estetikanya masing-masing. Acep Syahril menulis judul “Terminator Minyak Goreng”. Ada puisi berjudul “Hantur Minyak Goreng” ditulis Agus Sanjaya. 

         Beberapa penyair Nasional ikut bicara tentang minyak goreng, seperti D. Zawawi Imron, Eddy Pranata PNP, Ratman Aspari, Sapto Wardoyo dan Wawan Hamzah Arfan. Menarik dan membuat penasaran ketika saya membaca judul “Tikus-Tikus Keluar Kandang” (Wawan Kondo), “Minyak Klentik” (Wanto Tirta), dan “Nyuk Nyak  Minyak Goreng” (Sulastri/Uleceny).

         Pasca diterbitkannya Antologi Puisi, dari Ebook ke Buku Cetak, para penggagas akan mempertemukan para pengisi buku melalui “Ngopi Virtual dan Baca Puisi Minyak Goreng”, sekaligus bincang tentang minyak goreng yang sempat booming beberapa waktu lalu, pada hari Selasa, 31 Mei 2022, mulai pukul 20.02. Para penyair yang sebagian besar masuk di Grup WhattShap ‘Puisi Rakyat’ menyambut dengan gembira. 

*) Nanang R. Supriyatin, Penyair

LIPSUS