Cari Berita

Breaking News

Isbedy: Namamu yang Hilang Apa Bisa Dilupakan?

Jumat, 03 Juni 2022


INILAMPUNG -- Orang tua mana yang tidak akan berduka, saat ditingal pergi anak dan tak kembali. 

Itulah yang dirasakan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Eril, anak sulungnya terbawa arus sungai Aare, Swiss, dan hingga kini belum ditemukan. 

Isbedy Stiawan ZS, sastrawan Lampung, sebagai ayah dari 6 anak dan penyair cum jurnalis, sense of jurnalis juga sense of human bergolak. 

Dalam dua hari ini, ia menulis dua puisi sebagai empati dan duka cita amat dalam pada keluarga Ridwan Kamil. Putra sulungnya yang akan menempuh pendidikan di Swiss hilang di sungai Aare.

"Saya tak bisa untuk tidak menulis puisi tentang duka cita ini. Seperti saya juga melahirkan puisi untuk para guru honorer di Bandarlampung," jelas Isbedy, Jumat (03/06/2022) malam.

Penyair berjuluk "Paus Sastra Lampung" ini dikenal bukan saja menulis puisi-puisi 'kamar' atau imajis, ia juga banyak menulis puisi kritik sosial atau persoalan rakyat. Pada kumpulan puisi Negeri Sepatu" (1989) adalah bukti keberpihakannya pada masalah rakyat dan sosial.

Begitu pula teranyar, persoalan minyak goreng yang lanka di pasaran dan harga pun meroket, ia menulia puisi "Hikayat Minyak Goreng" dalam 10 episod. 

"Ketika para guru honorer di Bandarlampung yang tak jelas diperlakukan pemerintah, saya juga menulis puisi "Kami Guru, Menanyakan Nasib Kami Kemudian". Saya bacakan di youtube saya," katanya lagi.

Untuk dua puisi tentang sungai, lanjut dia, juga sudah dibaca dan ditayangkan di kanal youtube. 

"Puisi 'Sungai Ini Tak Akan Berhenti", telah dimuat laman e-sastra avaganza Malaysia," ujar Isbedy.

Berikut satu puisi Isbedy sebagai ucapan duka citanya kepada keluarga Ridwan Kamil.

SUNGAI INI TAK AKAN BERHENTI

sungai ini tak akan berhenti
hanya di arus airnya; sebab kita
telah mencatat. biarpun perih
maupun riang

sungai ini tetaplah sungai. deru 
airnya, elok tubuhnya. kita telah 
basuh tubuh di sana. di dingin 
ataupun lebih dari itu 

namamu terpatri. tanganku 
membekas di sana. ketika 
datang untuk menjemput 
maupun sekadar menyeruput

sungai ini, sayang, tak akan
pernah berubah nama. ada air 
di sana. juga air mata 
yang sedih menunggumu 

biarpun jauh pergi 
sungai ini tetap menyimpan 
namamu dalam arusnya...

3 Juni 2022

Puisi ini sebelumnya telah diekspos di laman facebook (FB) Isbedy, Jumat (03/06/2022), dan mendapat like 32 orang dan 5 komentar. Di antaranya seniman senior Tatang Ramadan Boqie, jurnalis Juwendra Asdiansyah, Robbi Laraya, dan Purna Wan. 

Juwe, sapaan karib mantan Ketua AJI Kota Bandarlampung mengatakan, "Bagus sekali puisi ini Bang."

Ramadan berkomentar, Isbedy, sajak yang anggun. Sementara Robbi Laraya mengungkapkan, Kontekstual dengan kondisi kebatinan keluarga almarhum. (zal/inilampung)



LIPSUS