INILAMPUNG -- Orang tua mana yang tidak akan berduka, saat ditingal pergi anak dan tak kembali.
Itulah yang dirasakan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Eril, anak sulungnya terbawa arus sungai Aare, Swiss, dan hingga kini belum ditemukan.
Isbedy Stiawan ZS, sastrawan Lampung, sebagai ayah dari 6 anak dan penyair cum jurnalis, sense of jurnalis juga sense of human bergolak.
Dalam dua hari ini, ia menulis dua puisi sebagai empati dan duka cita amat dalam pada keluarga Ridwan Kamil. Putra sulungnya yang akan menempuh pendidikan di Swiss hilang di sungai Aare.
"Saya tak bisa untuk tidak menulis puisi tentang duka cita ini. Seperti saya juga melahirkan puisi untuk para guru honorer di Bandarlampung," jelas Isbedy, Jumat (03/06/2022) malam.
Penyair berjuluk "Paus Sastra Lampung" ini dikenal bukan saja menulis puisi-puisi 'kamar' atau imajis, ia juga banyak menulis puisi kritik sosial atau persoalan rakyat. Pada kumpulan puisi Negeri Sepatu" (1989) adalah bukti keberpihakannya pada masalah rakyat dan sosial.
Begitu pula teranyar, persoalan minyak goreng yang lanka di pasaran dan harga pun meroket, ia menulia puisi "Hikayat Minyak Goreng" dalam 10 episod.
"Ketika para guru honorer di Bandarlampung yang tak jelas diperlakukan pemerintah, saya juga menulis puisi "Kami Guru, Menanyakan Nasib Kami Kemudian". Saya bacakan di youtube saya," katanya lagi.
Untuk dua puisi tentang sungai, lanjut dia, juga sudah dibaca dan ditayangkan di kanal youtube.
"Puisi 'Sungai Ini Tak Akan Berhenti", telah dimuat laman e-sastra avaganza Malaysia," ujar Isbedy.
Berikut satu puisi Isbedy sebagai ucapan duka citanya kepada keluarga Ridwan Kamil.
SUNGAI INI TAK AKAN BERHENTI
sungai ini tak akan berhenti
hanya di arus airnya; sebab kita
telah mencatat. biarpun perih
maupun riang
sungai ini tetaplah sungai. deru
airnya, elok tubuhnya. kita telah
basuh tubuh di sana. di dingin
ataupun lebih dari itu
namamu terpatri. tanganku
membekas di sana. ketika
datang untuk menjemput
maupun sekadar menyeruput
sungai ini, sayang, tak akan
pernah berubah nama. ada air
di sana. juga air mata
yang sedih menunggumu
biarpun jauh pergi
sungai ini tetap menyimpan
namamu dalam arusnya...
3 Juni 2022
Puisi ini sebelumnya telah diekspos di laman facebook (FB) Isbedy, Jumat (03/06/2022), dan mendapat like 32 orang dan 5 komentar. Di antaranya seniman senior Tatang Ramadan Boqie, jurnalis Juwendra Asdiansyah, Robbi Laraya, dan Purna Wan.
Juwe, sapaan karib mantan Ketua AJI Kota Bandarlampung mengatakan, "Bagus sekali puisi ini Bang."
Ramadan berkomentar, Isbedy, sajak yang anggun. Sementara Robbi Laraya mengungkapkan, Kontekstual dengan kondisi kebatinan keluarga almarhum. (zal/inilampung)