Cari Berita

Breaking News

Chairil di Era Masyarakat 5.0

Sabtu, 23 Juli 2022

                      Riri Satria

INILAMPUNG, JAKARTA -- Ada tiga semangat Chairil Anwar yang perlu kita adopsi untuk menghadapi perkembangan zaman di era masyarakat cerdas 5.0.

Hal itu dikatakan Riri Satria saat orasi budaya yang digelar Jagat Sastra Milenea (JSM) di PDS H.B. Jassin, Sabtu (23/07/2022) petang.

Ketiga semangat tersebut, menurut dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ini, ialah semangat growth mindset, terutama learning ability yang tinggi.

Kedua, semangat agent of change yang berani melakukan terobosan dan perubahan untuk menjawab tantangan zaman.

"Ketiga, semangat visioner yang dinamis, memiliki sebuah gambaran tentang masa depan serta tidak mau terkungkung dengan pemikiran masa lalu," kata ketua JSM itu.

Orasi budaya Riri Satria serangkaian lomba baca puisi cinta Chairil Anwar memeringati 100 tahun penyair pelopor Angkatan 45 tersebut.

Menurut Riri, bagi Chairil hidup itu berarti hidup, dan bukan memikirkan atau membicarakan saja. Nafsu hidup jiwanya itu demikian mendorongnya, sehingga Chairil itu sama dengan paham hidup, paham selalu bergerak.

"Maka mudah dimengerti pula, bahwa kadang-kadang ia menimbulkan kesan, seakan-akan ia takut untuk menjadi tua, tua bukan dalam usianya, tetapi dalam pendiriannya dan cita-citanya, karena tua berani menjadi statis, kaku, beku," imbuh Riri dalam orasi bertajuk "Semangat Chairil Anwar di Era Masyarakat 5.0".

Riri mempertanyakan, apakah memperingati satu abad Chairil Anwar hanya identik dengan membacakan sajaknya, seperti "Karawang Bekasi", "Aku", dan sebagainya atau sekadar memajanh foto di media sosial mirip dengan gY Chairil yang sedang mengisap rokok.

"Saya yakin, tentu bukan itu!" tandas Riri.

Ia berkeyakinan, ada sesuatu yang lebih mendasar untuk kita pahami dan resapi tentang sosok Bung Chairil yang lebih fundamental atau lebih mendasar yang tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. 

"Alias semangat yang abadi sepanjang zaman," terus dia.

Dikatakan Riri, kita bisa hebat di masa lalu, tetapi belum tentu saat ini. "Namun, Chairil Anwar tetap hebat hingga masa kini," tegas Riri.

Berbicara tentang puisi, lanjutnya, adalah sesuatu yang besar. Puisi (Sastra) sejajar dengan ilmu pengetahuan atau sains yang membentuk peradaban manusia. Karya sastra adalah karya intelektual yang mengawal bahkan membentuk peradaban.

"Jadi, tidak salah jika puisi juga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat cerdas 5.0," ucap Riri Satria.

Orasi Budaya sepanjang 19 halaman itu, Riri menyimpulkan semangat dari puisi Chairil Anwar. Yaitu, gtowth mindset, agent of change, dan visioner yang dinamis. (bdy/inilampung)



LIPSUS