Cari Berita

Breaking News

Sekolah Sebagai Subsistem Pendidikan di Masyarakat

INILAMPUNG
Kamis, 21 Juli 2022

Oleh, Hasbullah

Kisah panjang pandemi Covid-19 menyimpan catatan yang luas dan mendalam bagi dunia pendidikan. Perubahan adaptasi pendidikan dan pembelajaran dari luring ke daring, memaksakan sistem pendidikan berubah hampir keseluruhan. 

Pendidik dan peserta didik yang seharusnya bertemu, bertatap muka dan terjadi interaksi harus terhenti, tergantikan dengan alat komunikasi. Sehingga tidak bisa dinafikkan ada pesan-pesan pembelajaran yang tidak tersampaikan. Nilai kehidupan secara afektif dan psikomotirik. Hal ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku pendidik dan peserta didik.   

Tahun ajaran baru 2022/2023, geliat sekolah sebagi salah satu pusat pendidikan formal sudah terlihat jelas dan terang. Wajah pendidikan tidak lagi terlihat suram, semangat mengajar dan belajar cerah setiap pagi dipelataran sekolah. Walupun harus diakui, pasti akan terjadi adaptasi dalam proses pembelajaran karena pendidikan merupakan kegiatan universal dari kehidupan manusia. Tentu harus ada strategi serta metode sehingga pesan dari pendidikan tersampaikan secara tuntas.  

Pendidikan telah ada sepanjang masa manusia. Sehingga manusia dalam hal ini masyarakat menitipkan pendidikan dilembaga formal yaitu sekolah. Karena sekolah adalah tempat yang tepat untuk melestarikan kehidupan manusia, menyalurkan minat, bakat dan juga potensi diri. 

Maka dapat disimpulkan bahwa sekolah merupakan subsistem pendidkan di dalam masyarakat. Dimana sekolah diminta oleh masyarakat  untuk memberikan kontribusi  kecerdasan peserta didik secara intelektual, emosional, spiritual dan sosial. 

Meluruskan Fungsi Sekolah 

Sekolah berfungsi bukan hanya memindahkan kemampuan pengetahuan yang diwakili oleh deretan mata pelajaran. Namun sekolah berfungsi untuk menjadi diri seorang peserta didik agar stabil di dalam masyarakat. 

Sekolah adalah tempat trasfortasi nilai kultural. Wadah pembentukan kepribadian anak, percepatan integrasi antara hak dan kewajiban. Serta mengutamakan budaya dan juga pengikat dari eksistensi kehidupan manusia. Sehingga sekolah yang baik adalah mampu bersinergi dan mampu menjawab segala kebutuhan masyarakat sesuai dengan tingkat pendidikan. 

Tentunya, sekolah tidak bisa memaksakan keinginan sebagai lembaga pendidikan saja. Mendidik sebatas mengetahui dan memahami materi pembelajaran saja. Namun, juga mendidik pada ranah menerapkan, menganalisis, mengevalusi bahkan ranah menciptakan dan melahirkan sebuah karya. Maka, dengan sendirinya sekolah sebagai lembaga formal akan mampu menampilkan strategi dan rumusan konkrit untuk membangun kemajuan kehidupan di masyarakat. 

Sekolah harus mampu mentransformasikan budaya di masyarakat. Budaya akan menjelma menjadi nilai-nilai kehidupan dan program di sekolah itu sendiri. Sekolah harus menjadi patner dari masyarakat, sehingga semua pesan dan keinginan masyarakat dapat diproses di sekolah. 

Dari sinilah, sekolah mampu melahirkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Maka, hubungan sekolah dengan masyarakat bukan hanya sebatas untuk popularitas. Lebih dari itu bahwa hubungan tersebut harus memiliki pesan-pesan sosial, keluhuran akhlak dan kepedulian terhadap kesejahteraan kehidupan. 

Subsistem Pendidikan Dalam Masyarakat

Sekolah sebagai lembaga formal pendidikan, sudah semestinya menetapkan jalan sebagai subsistem pendidikan dalam masyarakat. Sehingga pendidikan merasa memiliki masyarakat dan masyarakat merasa dimiliki oleh sekolah. Untuk menetapkan jalan tersebut maka sekolah bisa ditata sebagai berikut: 

Pertama, sekolah mendesain program-program dalam rangka mempertahankan nilai-nilai budaya kebaikan dan kebermanfaatan di masyarakat. Artinya bahwa sekolah dari sekolah dasar sampai menengah atas dan atau kejuruan, mampu bersatu dengan masyarakat, melibatkan dan terlibat dalam masyarakat. Baik secara kurikulum maupun ko-kurikulum. 

Kedua, sekolah memiliki dan membentuk program dalam rangka mewujudkan hakekatnya manusia. Bahwa manusia sebagai hamba dan manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini, harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Maka pendidikan yang mendorong manusia menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. 

Ketiga, menjadikan sekolah sebagai sistem organisasi. Sekolah yang bermutu dan unggul adalah memiliki sistem yang terorganisir baik itu secara manajemen, kepemimpinan dan keuangan sekolah. Sekolah berjalan bukan karena kebutuhan dan kejadian, namun sudah didesain untuk kepentingan jangka pendek dan panjang. 

Keempat, sekolah sebagai sistem sosial. Sekolah harus menghidupkan jiwa humanis pada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. Dari sini akan terbangun karakter berbagi, saling membantu, gotong royong, kerjasama, persaudaraan, baiknya pelayanan, kebersamaan dan komunikatif. 

Kelima, sekolah tempat perubahan. Sudah semestinya sekolah menjalankan pendidikan yang inklusif, pendidikan yang mencerahkan, pendidikan tanpa indoktrinasi, pendidikan yang menghidupan emansipasi dan pendidikan yang mentradisi kebebasan akademik. Sehingga akan  tercipta sekolah yang memanusiakan manusia, dan menjadikan peserta didik bukan saja sebagai obyek melainkan subyek. 

Harapannya bahwa, sekolah dan masyarakat akan saling memberikan kontribusi yang riil dalam dunia pendidikan bangsa Indonesia. Maka, sekolah akan menampilkan pelayanan yang memuaskan, karena sekolah dapat berkerjasama dengan masyarakat dan masyarat dapat  mengetahuai perkembangan peserta didik. Selian itu juga akan terjadi asimilasi nilai-nilai kultural di sekolah  serta berjalannya nilai integrasi sosial di lembaga pendidikan.(*)


Hasbullah
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu,
Mahasiswa Pascasarja Program Doktor UIN FAS Bengkulu

LIPSUS