Cari Berita

Breaking News

Chairil Anwar di Antara Pianis Marusya Nainggolan dan Perupa Tatang Ramadhan Bouqie

Selasa, 02 Agustus 2022

Perupa Tatang Ramadhan Bouqie saat diwawancara Devie Matahari sebelum pelelangan dua lukisan wajah Chairil Anwar di Teater Kecil TIM, 26 Juli 2022/HS


Catatan Ringan dari Panggung HPI 2022
.............

Oleh Herman Syahara, penyair-jurnalis



PANGGUNG Perayaan HPI  (Hari Puisi Indonesia) ke-10 dan Haul 100 Tahun Chairil Anwar, telah selesai pada 26 Juli 2022 lalu.

Acara itu diawali dengan potong tumpeng dan pesta pembacaan puisi oleh penyair dalam dan luar negeri pada siang hari yang disiarkan daring dan luring. 
Dan pada malamnya digelar resepsi dengan  beragam hiburan dan pengumuman Sayembara Buku Puisi HPI ke-10.  

Namun pesta belum usai. Panitia HPI kini sedang  menunggu masuknya buku-buku puisi karya penyair dari seluruh pelosok Tanah Air untuk memperebutkan total  hadiah Rp100 juta serta hadiah puluhan juta rupiah  lainnya dari Sayembara Penulisan Puisi Grup Fb HPI. Pemenangnya akan diumumkan pada acara Perayaan HUT HPI ke-10 pada Oktober 2022 mendatang. Inilah panggung puncak perayaan HPI yang sesungguhnya bagi seluruh penyair Tanah Air. 

Ada yang patut  dicatat dari panggung hajat pembukaan acara haul HPI ke-10 pada 26 Juli lalu itu. 

Pertama adalah munculnya puluhan wajah-wajah penyair dan Indonesianis dari berbagai negara Asia dan Eropa yang mengapresiasi gelaran acara tersebut baik secara daring maupun rekaman video. Dengan menggunakan bahasa Indonesia berlogat negara masing-masing mereka mengucapkan  "Selamat Hari Puisi dan 100 Tahun Chairil Anwar". 

Ini tentu saja mengundang senyum dan keunikan tersendiri bagi  para pendengarnya. 

Di mata peneliti sastra dan dosen FIB UI yang juga Ketua Yayasan Hari Puisi, Maman S Mahayana, itu membuktikan keberhasilan puisi dan penyair Indonesia menembus batas-batas budaya, bahasa, dan bangsa di dunia. 

"Suara dunia suara Chairil," tegasnya.

Kedua, naik panggungnya  pianis dan perupa andal Indonesia, yakni  Marusya Nainggolan dan perupa Tatang Ramadhan Bouqie yang memanggungkan karya dengan inspirasi puisi dan sosok Chairil Anwar.

Marusya Nainggolan  menggubah komposisi karya dari dua puisi Chairil, satu di antaranya berjudul Kesabaran, yang bertiti mangsa 1943:

Kesabaran

Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing 'nggongong
Dunia jauh mengabur
Dihantam suara bertalu-talu
Di sebelahnya api dan abu
Aku hendak berbicara 
Suaraku hilang, tenaga terbang
Sudah! tidak jadi apa-apa!
Ini dunia enggan disapa, ambil perduli
Keras membeku air kali
Dan hidup bukan hidup lagi
Kuulangi yang dulu kembali
Sambil bertutup telinga, berpicing mata
Menunggu reda yang mesti tiba.

(Maret 1943)


           Marusya Nainggolan


Untuk bisa "mempertemukan" dirinya dengan  Chairil Anwar dalam denting  piano, peraih gelar Master of Art dari Boston University ini membolak-balik buku kumpulan puisi yang disediakan panitia. Sampai didapat dua puisi yang dirasanya pas itu. 

Penyandang  Doktor Cultural Studies  dari FIB UI itu kemudian berlatih beberapa  hari sebelum naik pentas Teater Kacil, Selasa malam (26 Juli).
Dosen tetap Fakultas Ilmu Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta itu mengaku kurang begitu fit saat berada di atas panggung. 
"Saya sedang migren," katanya dalam percakapan via wa dengan penulis sehari setelah pentas.
Yang membuat kepalanya  makin pusing adalah posisi duduknya  yang persis di bawah hembusan pendingin udara Teater Kecil. 

"Meskipun sudah ditutup kain slayer, tetap saja terasa nggak nyaman," katanya. 

Namun, di kursi seratusan penonton asyik saja menikmati penampilan  Marusya dan seperti sama sekali tak melihat kekurangnyamanannya.
Marusya nampak khusu memainkan jarinya di atas tuts-tuts piano. Vokalnya yang menyanyikan puisi meningkahi permainan pianonya.  Kadang sebaliknya,  hanya denting pianonya yang menderai.

Tak cuma itu. Dalam penampilan perempuan 67 tahun ini sesekali dia memberi aksen nada dengan memainkan perkusi seperti rebana, ricestick, dan sejumlah perkusi lainnya. 
Alat musik ini diletakkan di sisi kanannya sehingga mudah dijangkau. 

Lain pianis Marusya Nainggolan lain lagi perupa Tatang Ramadhan Bouqie.
Dia mengalihwahanakan pemahamannya tentang sosok  Chairil Anwar  kedalam dua lukisan berukuran cukup besar. 
Ketika diletakkan  lobi utama dan Teater Kecil lalu dinaikkan di kiri dan kanan  panggung untuk dilelang,  kedua lukisan Chairil yang kuat dalam pewarnaan ini sanggup membetot perhatian  pengunjung  dengan menjadi sasaran latar selfie. Kedua lukisan itu juga menjadi "properti" tambahan   yang menyempurnakan wajah panggung HPI malam itu.

Untuk melahirkan kedua karya tersebut, tutur Tatang dalam percakapannya di panggung dengan "juru lelang" Devie Matahari, dia membaca-baca ulang referensi tentang Chairil.

"Saya mencoba dalam waktu singkat menyusun lagi persepsi saya terhadap seorang Chairil," akunya. 

Buat Tatang, Chairil Anwar  adalah seorang yang selalu menampilkan kegelisahan. 

"Ini orang selalu gelisah. Gelisah kan tidak selalu negatif. Gelisah yang positif karena ada cita-cita dan sebagainya. Mungkin waktu itu masih dalam penjajahan, ya" imbuhnya dalam logat Sunda.

Tatang juga merasa dalam diri Chairil ada kegairahan dalam berkesenian, khususnya dalam menulis puisi.

 "Sepertinya mending dia gak makan ketimbang gak menulis puisi," tukas lelaki yang mengawali karier perupanya di dunia desainer grafis itu.

Pengagum  masakan istrinya, yang dalam salah satu lukisannya itu menampilkan Chairil Anwar sedang merokok, menilai pose itu paling legendaris dari semua foto Chairil Anwar yang ada.  

"Buat saya, sosok Chairil Anwar sangat berwarna. Sikap hidupnya, kontroversinya, termasuk juga obsesi percintaannya, buat saya luar biasa. Saya suka," tegas alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB itu.

Menurut dia, sebagai  perupa pecinta warna, dirinya merasa tertantang untuk melukis Chairil Anwar sebisa mungkin. 

Saat sedang proses melukis, ada banyak  komentar. Diantaranya semacam protes: kenapa, kok, lukisan Chairil Anwar warna warni begini. Bukankah image Chairil Anwar dan puisi adalah sesuatu yang hitam putih?

"Saya jawab, persepsi saya tentang Chairil Anwar, ya,  begini.  persepsi Anda terserah Anda."

*
Catatan ini telah tayang di dinding FB Herman Syahara dan tulisan ini untuk KoranDigital.Id yang sedang dipersiapkan untuk diluncurkan. (bdy)

LIPSUS