Cari Berita

Breaking News

Cerita Klasik Forum Musyawarah

Sabtu, 24 Desember 2022
Views


Oleh, Hasbullah


Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Lampung ke-26 di Lampung Timur yang berlangsung 11-12 Februari 2022 mengangkat tema penting, yaitu “Memajukan Lampung, Membangun Peradaban Agung”. Tema tersebut menurut penulis sangat penting, mengandung banyak pemikiran-pemikiran strategis dalam memajukan Muhammadiyah di tanah Sang Bumi Ruai Jurai. Tema yang tidak sederhana dan sudah seharusnya terdistribusikan dalam kebijakan dan program kerja pimpinan wilayah Muhammadiyah Lampung periode 2022-2027. 


Bagaimana tidak Muhammadiyah Lampung dengan begitu banyak potensi mulai dari amal usaha di bidang pendidikan mulai dari PAUD – Perguruan Tinggi,  rumah sakit, lembaga kesejahteraan anak, pondok pesantren di mana AUM Ini melahirkan banyak kader penerus kepemimpinan Muhammadiyah ke depan. Potensi kader yang telah terdistribusi di berbagai segmen mulai dari kader umat, kader bangsa dan bahkan kader persyarikatan ini harus dikelola dan dibahas di arena musywil.


Ada harapan besar yang forum musywil  ke-26 ini, bukan saja sebagai forum pergantian kepemimpinan, namun juga forum ini harus melahirkan arah strategis perjuangan gerakan persyarikatan. Forum musyawarah ini tidak boleh lagi hanya memindahkan tampuk kepemimpinan, bagi-bagi jabatan dan memindahkan nama, namun harus juga di lihat dan dipahami kepentingan persyarikatan untuk lima tahun ke depan. Jangan lagi, forum ini menjadi tempat dan kesempatan individu-individu untuk memajukan diri, bukan memajukan gerakan Muhammadiyah.  


Untuk memajukan Lampung sudah dipastikan tidak bisa hanya dengan beberapa orang saja, namun akan banyak melibatkan banyak komponen.  Muhammadiyah dengan pengalaman berorganisasi tentunya mampu menggerakkan dengan sistem dan kebijakan yang arif dan bijak. Begitu pun dengan membangun peradaban agung, sudah dipastikan banyak yang harus digerakkan mulai dari gerakan dakwah, gerakan tajdid, gerakan ilmu dan juga gerakan amal, tentunya itu semua membutuhkan kader yang kompeten dan komitmen.  


Melalui kesempatan ini penulis coba menawarkan pemikiran akan tidak terjadi cerita klasik dari forum musyawarah sekelah wilayah. Setidaknya Ada tiga tawaran utama yang harus disampaikan  di musywil ke-26 ini, pertama  tentang Relasi Muhammadiyah, kedua tentang tepat menempatkan pimpinan dan ketiga tentang format distribusi kader. 


Pertama, relasi Muhammadiyah. Harus juga dipahami oleh pimpinan Muhammadiyah dalam perjuangan dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan, harus mampu menyelesaikan urusan mengenai dirinya dengan umat dan komponen pemerintah daerah. Dapat kita katakan secara umum bahwa Muhammadiyah memiliki hubungan baik dengan organisasi masyarakat mana pun dan juga pemerintah. 


Namun yang harus dipahami  bahwa, mereka juga memiliki ladang, lahan dan segmentasi perjuangan serta usahakan. Ini menjadi pekerjaan rumah pimpinan Muhammadiyah Lampung ke depan dalam membangun relasi. Maka jika ini tidak selesai, akan banyak duri dalam daging. Akan ada agen-agen tertentu yang akan memanfaatkan Muhammadiyah untuk membesarkan diri secara individu. 


Kedua, tepat menempatkan pimpinan. Ada cerita klasik dari musyawarah ke musyawarah tentang penempatan pimpinan yang ada di majelis maupun lembaga. Hal ini juga harus menjadi perhatian besar diforum musywil ini. Harus juga ditetapkan kriteria untuk ditempatkan di posisi ketua dan sekretaris majelis. Jangan sampai kepemimpinan Muhammadiyah periode  ke periode melahirkan benalu-benalu di Muhammadiyah. Padahal banyak kader Muhammadiyah, yang secara lahir dan batin siap untuk menjadi pengurus di Muhammadiyah.  


Bagaimana tidak, sering terjadi dalam penempatan pengurus, karena kompetensi dan kedekatan dengan pimpinan Muhammadiyah maka dengan mudah di tempatkan sebagai ketua majelis yang akhirnya berimbas pada program dan kerja-kerja Muhammadiyah Lampung dikemudian hari.  Ke depan bukan hanya kompetensi yang di lihat, namun komitmen, ideologi dan terpenting kaderisasi di Muhammadiyah menjadi tolak ukur untuk menjadi pengurus majelis dan lembaga. 


Ketiga,  format distribusi kader. Sering terjadi kegaduhan dalam penempatan kader Muhammadiyah baik itu yang ada di amal usaha maupun distribusi kader di arena-arena kebangsaan. Terlihat sekali, bagaimana lemahnya para pimpinan Muhammadiyah membangun komunikasi dan menempatkan kader-kader potensial Muhammadiyah yang dapat memajukan Muhammadiyah baik segara gerakan maupun persyarikatan. 


Mengapa format ini penting, ini adalah langkah untuk menempatkan kader-kader autentik Muhammadiyah yang terjamin komitmen dan tanggung jawabnya terhadap Muhammadiyah.  Dari format ini Muhammadiyah setidaknya tidak ada akan ada lagi cerita kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah bersitegang dengan kepala sekolah hanya masalah iuran sekolah dan iuran wajib, atau dengan majelis terkait. Dengan format ini tidak akan ada lagi Muhammadiyah menjadi bantu lonjatan untuk kepentingan pribadi dalam istilah “habis manis sepah di buang”.(*)



*) Hasbullah

Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu

LIPSUS