Oleh Isbedy Stiawan ZS
rasanya, 20 tahun kemudian,
langkahku pulang ke sini lagi,
yang kulihat tiang cakram
menghunjam tanah: dalam liang
"ini, dulu rumah seniman
sesaat lagi hotel didirikan," ceritamu
siang panas, di bawah pohon,
kita bincang hidup-mati. -- juga
kekuasaan? -- entahlah! "kita
bisa apa? tangan terkulai, saku
layu...(Padang, 22 Februari 2023)
------
SAYA tercengang, bukan karena riang. Sebaliknya disebabkan pilu dan prihatin. Lebih 20 tahun saya tidak berkunjung ke Taman Budaya Sumatera Barat yang terletak di Jalan Diponegoro, Padang dan berdepan-depan dengan Museum Sumbar itu.
Taman Budaya (Tambud) yang dulu menjadi kebanggaan bagi setiap seniman saat bertandang ataupun pertunjukan. Kini, setelah 20 tahun berlalu, kondisinya sangat memrihatinkan. Bahkan, Tambud Sumbar, rencananya akan beralih-fungsi. Tiang-tiang pancang itu dipersiapkan untuk mengukuhkan bangunan berlantai 6. Sebuah hotel megah!
Alamak! Bakal tersisih para seniman. Tertutup keeativitas seniman yang hendak berekspresi. Meski sejumlah tempat bisa dijadikan panggung berkesenian, seperti Nan Jombang milik Eri Mefri.
Tambud kiwari menjadi lengang. Hanya sejumlah seniman senior Padang sesekali berkunjung dan kongkow sambil minum kopi. Sesekali muncul ciemeeh maupun humor. Tetapi, yakinlah persoalan nasib Tambud menjadi koor duka yang sama.
Pada Rabu (22/02/23), sejumlah seniman berkumpul. Sejak pagi hingga petang. Canda dan berdiskusi ringan. Ada Eri Mefri, Andria C Tamsin, Hermawan AN, Syarifuddin Arifin, Yusril, Asril Koto, Boy Sulaiman, Din Saja, dan banyak lagi.
Sesekali saya menatap rangka bangunan bakal hotel di area Tambud Sumbar. Dari kedai kecil di situ. Saya tercengang, aneh, dan prihatin. Amat sangat.
Para seniman-budayawan kerap menggelar malam peduli bagi Tambud Sumbar. Mereka protes; kembalikan Tambud Sumbar sebagai "rumah seni(man)". Ada pentas seni juga orasi.
Seniman Sumbar mengaku perjuangan meraka unruk menghentikan pembanguna hotel memang berat. Tetapi, katanya, mereka terus berjuang biarpaun nantinya tak menang.
Ya seperti puisi saya yang di pembuka. Saya ingin mengatakan bahwa tangan akan terkulai, saku bakal layu. Menghadapi kekuasaan. Pebisnis. Dan...
Berjuanglah dan jangan berpikir kalah atau menang. Itu soal lain. Salam.