Cari Berita

Breaking News

Phaosan: Melayu di Selatan Thailand Sempat Alami Zaman "Hitam"

Sabtu, 11 Februari 2023
Views


INILAMPUNG -- Orang Melayu di Selatan Thailand tidak dapat dipisah dengan Islam. Hal ini berbeda dengan Melayu di negara serumpun Melayu seperti Malaysia, Indonesia, maupun Brunei Darussalam.

Demikian dikatakan Prof Madya Dr. Phaosan Jehwae dari Selatan Thai pada diskusi melalui zoom Komunitas Puisi Esai Asean, Sabtu (11/02/2023) malam.

Acara yang saat berita ini diturunkan masih berlangsung, menampilkan para pembaca dari lima negara. Mereka adalah Fitri Angraini Roffar (Lampung, Indonesia), Professor Ampuan Dr. Haji Brahim bin Ampuan Haji Tengah (Brunei Darussalam), Hartinah Ahmad (Singapura), Mahroso Dollah (Thailand), dan Mashudi Bahari  (Malaysia).

Phaosan mengatakan, orang Melayu di Selatan Thai pernah mengalami zaman hitam. Budaya Melayu juga ritual keagamaan sangat dilarang. "Ada tujuh pelarangan yang dikenakan bagi orang Melayu Selatan Trailand," ujar Phaosan yang juga dikenal penulis karya sastra.

Sampai suatu masa muncul perlawanan pada tujuh pelarangan tersebut. Lahirlah para mujahid dan syahid di lima wiyalah Selatan Thai. "Orang Melayu menjadi korban, dibunuh, dengan cara memotong leher dan sebagainya," ungkap Phaosan. 

            Fitri Angraini Roffar


Menurut Phaosan, orang Melayu di lima wilayah Selatan Thailand menjadi mayoritas namun minoritas di negara Thailand. "Orang Melayu di sini adalah mayoritas namun minoritas. Sampai kini masih berjuang Melayu bisa diakui dan bisa eksis, terutama untuk budayanya," katanya.

Webiner Komunitas Puisi Esai Asena ini, seperti lazimnya dipandu oleh Fatin Hamama. 

Pada kesempatan baca puisi, Fitri Angraini Roffar dari Lampung membacakan 2 puisi dari dua bukua antologi puisi yang memuat karya dosen UIN Raden Intan Lampung ini. Kedua puisi Fitri tersebut adalah "Lakiku dan Minyak Goreng" dan "Di Kafe Itu". 


Fitri megaku sangat berterima kasih telah dipercaya sehingga diundang membaca puisi di tingkat Asean ini. "Saya bangga karena bisa tampil di depan para penyair atau penulis Asean. Sebelumnya tak pernah terbayangkan. Ini adalah anugerah dan takdir," ucap Fitri Angraini. 


Webiner Komunitas Puisi Esai Asean ini dihadiri Presiden Komunitas Puisi Easai Asean Datok Jasni Matlani, Jinmonofri  Nazir, Anwar Putra Bayu, D. Kemalawati, Eka Budianta, Pria Takari Utama. (zal/bdy/inilampung)


LIPSUS