Cari Berita

Breaking News

Hasril Chaniago: Menggelapkan Kota, Kesampingkan Senimannya

Rabu, 01 Maret 2023



INILAMPUNG, PADANG -- Taman Budaya sebagai Rumah Seniman perlu dan penting dipertahankan, agar generasi muda tidak tercerabut dari akar budaya Minangkabau.

Mitwindra, S. Pd., salah seorang guru SD di Batusangkar mengatakan itu pada Diskusi "Rumah Seniman" Masih Perlukah" di Taman Budaya, Selasa (28/2) kemarin.

Diskusi dengan pembicara M. Shadiq Pasadigoe dan Hasril Chaniago ini dihadiri oleh akademisi, seniman budayawan, wartawan dan pengamat kebudayaan.

Diskusi yang dipandu oleh Dr. Hermawan, M.Hum ini berlangsung cukup hangat. Baik pembicara mau pun tanggapan audiens seperti sederap langkah untuk mempertahankan "rumah" seniman yang sejak 1980 lalu berkat SK Mendagri, bernama Taman Budaya di bawah Dirjen Kebudayaan Mendikbud, yang sebelumnya bernama Pusat Kesenian Padang (PKP) itu. Lalu sejak 2021 dikelola oleh Pemprov Sumbar, yang berganti-ganti SKPD: dari Depdikbud, Kemenparsenibud, balik lagi ke Kemendikbud dan terakhir sebagai salah satu UPT Dinas Kebudayaan Prov. Sumbar.



Mantan Bupati Kabupaten Tanahdatar dua periode, M. Shadiq Pasadigoe menyebut adalah mereka yang tidak berbudaya dan ingin menghancurkan nilai-nilai budayalah yang secara sistematik mengusir (memarjinalkan) seniman dari rumah kreatif mereka.

"Ketika saya bupati, saya memperkuat akar budaya dengan mendirikan Dewan Kesenian dan membuat lagu mars yang diciptakan komponis B. Andoeska" katanya.

Shadiq tampak geram dengan munculnya wacana alihfungsi Zona C Gedung Kebudayaan Sumbar yang mangkrak sejak dua tahun itu, tiba-tiba dialihfungsikan menjadi hotel berbintang dengan alasan  mengoptimalkan demi menggenjot PAD.

Pada bagian lain, wartawan senior yang banyak menulis biografi, Hasril Chaniago mengatakan, seharusnya kita tidak hanya memikirkan profit, tetapi juda benefid. 

Maksudnya, lanjut dia, untuk meningkatkan penghasilan asli daerah (PAD) juga memikirkan dampak negatifnya. Dengan mengabaikan ruang kreasi, inovasi dan karya bagi seniman. 

"Pada hal, berkat karya senimanlah kota Padang, Sumbar dikenal secara nasional dan internasional," tambah Hasril Chaniago.

Dia menyebut Walikota Padang masa orde baru, Hasan Basri Durin yang tahu kebutuhan seniman. Padang dikenal, dan walikota itu jadi gubernur dan menteri.

Diskusi kemudian semakin hangat ketika Ketua Komisi 3 DPRD Sumbar, Ali Tanjung mengatakan bahwa alihfungsi zona C Gedung Kebudayaan Sumbar ditolak oleh semua fraksi.

Dari akademisi hadir, Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, Dr. Yulizal Yunus, Dr. Harfiandri, Dr. Endut Ahadiat. Sedang budayawan/wartawan, di antaranya Alwi Karmena, Nasrul Azwar, Rahmat Watira,  Ery Mefri, Rizal Tanjung, Syarifuddin Arifin. (an/if/bdy/inilampung)



LIPSUS