Cari Berita

Breaking News

Mahwi: Isbedy Piawai Merekam Peristiwa

Dibaca : 0
 
Minggu, 25 Juni 2023


INILAMPUNG, DEPOK -- Isbedy Stiawan ZS sangat piawai merekam setiap peristiwa, dan peristiwa itu diolah jadi puisi yang  baik.

Hal itu dikatakan sastrawan Mahwi Airtawar di Adakopi.original, Jl Terusan H..Nawi Malik No.27 Serua, Bojongsari, Depok, Minggu (25/06/2023) petang.

Mahwi tampil bersama Sihar Ramses Simatupang membedah buku puisi Ketika Aku Pulang karya Paus Sastra Lampung Isbedy Stiawan ZS. Diskusi dipandu penyair Nanang R Supriyatin.

Hadir pada kegiatan ini dan memberi testimoni serta baca puisi, yaknj Imam Muhtarom, Mustafa Ismail, Santined, Uki Bayu Sejati, Iman Sembada, Eddy Pramduane, Edrida Pulungan, para mahasiswa Universitas Pamulang dan kelas menulis Adakopi. 

Penyair kelahiran Madura, Mahwi Airtawar menyebut, puisi-puisi tentang Rawa Subur -- kampung kelahiran Isbedy -- dalam buku ini, sangat kuat lokalitasnya. Meski Isbdy tidak menggunakan diksi ke-Lampung-an. 

"Namun suasana keras di mana Isbedy hidup di masa kanak-kanak sangat kental dalam puisinya di sini," ujar redaktur Majalah Sastra Horison ini.

*Karena saya bisa menyebut Isbedy ssbagai penyair yang piawai mengolah peristiwa. Kenangan semasa kecil dengan baik ditulisnya ke dalam puisi," katanya lagi.

Mahwi melanjutkan, ketika ia masih SMA sudah pernah membaca puisi Isbedy tentang Madura.."Padahal saya sebagai anak Madura tidak pernah tahu, seperti peristiwa pertikaian orang Sampang dengan Dayak di Sampit."

Masih kata Mahwi, dalam puisi lain yakni "Kini Saatnya Aku Mengerti" juga lahir di tanah Madura.."Dalam Ketika Aku Pulang ini, mengajak pembaca di luar Lampung tahu atau mengenal Rawa Subur," lanjut Mahwi.


Lebih jauh Mahwi mengisahkan pertemuannya dengan Isbedy di Ternate. Sebagai pencatat peristiwa lalu ditandai dalam puisinya, sempat ditunjukkan Isbedy.

"Isbedy mengamati tiap peristiwa, kemudian ia memilih tempat sendiri lalu menulis puisi," jslasnya.

Saat bertemu di Lampung dan dalam perjalanan Bandarlampunh ke Way Kanan, cerita Mahwi, Isbedy bercerita tentang kampung kelahirannya, Rawa Subur. Juga penembakan misterius serta pembegalan yang marak di Lampug.

*Jadi sepertinya tentang Rasa Subur yang ditulis dalam satu buku, rasanya sudah sangat lama," katanya.

Mahwi juga menyinggun buku ini menghimpun prosa lirik. isbedy menulis momen-momen kenangannya di Rawa Subur dengan gaya lirik sebagai.kekuatannya..Tapi penceritaan yang prosais membuat tak membosankan pembaca..(zal/inilampung)

LIPSUS