INILAMPUNG – Taman Budaya Lampung (TBL) akan menggelar pameran lukisan yang bertajuk ”Teropong”, dimulai 22 November 2023
Menurut kurator pameran ini, David, dengan pameran ini dapat melihat dunia melaluu lensa senirupa.
Dikatakannya, pameran tersebut diikuti oleh seniman Lampung dari Lampung Selatan, Tanggamus, Tubaba, Lampung Tengah, Lampung Utara, Kota Bandar Lampung.
“Pameran ini didominasi oleh perupa-perupa muda, dengan karya-karya yang fantastis,” kata David, Minggu 19 November 2023 malam
Pameran seni rupa dengan tema "Teropong" adalah sebuah perayaan kreativitas manusia yang menggabungkan konsep teropong secara harfiah dengan interpretasi artistik yang mendalam.
Masih kata David, pameran ini mengundang pengunjung untuk merenungkan bagaimana seniman melihat dunia melalui lensa seni rupa, mengamati realitas yang lebih dalam dan kadang-kadang berubah sesuai sudut pandang.
“Merangkul gagasan tentang pengamatan, eksplorasi, dan pergeseran perspektif. Seperti teropong yang memperbesar objek jauh, seni rupa memiliki kemampuan untuk memperluas pandangan kita tentang dunia.”
Masih kata David, pameran ini menghadirkan berbagai interpretasi terhadap tema ini, mulai dari pengamatan fisik terhadap benda-benda jauh hingga penggalian dalam-dalam terhadap aspek-aspek emosional, budaya, dan spiritual.
Sementara Joko Irianta, wakil kurator, mengatakan bahwa pameran beberapa seniman mengambil tema "Teropong" sebagai kesempatan untuk mengeksplorasi keindahan alam semesta.
“Melalui lukisan-lukisan yang menggambarkan pemandangan langit malam, sistem tata surya, dan objek luar angkasa lainnya, seniman memberikan pengalaman visual yang memikat sekaligus mengajak kita merenungkan besarnya alam semesta dan tempat kita di dalamnya.”
Ditambahkan Joko, tema ini juga digunakan untuk mengamati kehidupan manusia dalam berbagai situasi. Seniman mungkin menggambarkan momen sehari-hari yang biasanya terlewatkan oleh mata telanjang, tetapi melalui lensa seni rupa, mereka menjadi penting dan berarti.
“Potret manusia yang melihat melalui teropong bisa merefleksikan rasa ingin tahu, kerentanan, atau perasaan keterikatan kita terhadap dunia di sekitar,” imbuhnya.
Teropong juga dapat diartikan sebagai alat untuk mengamati diri sendiri dan menjelajahi dimensi-dimensi batin. Seniman bisa menggunakan tema ini untuk menggambarkan perjalanan spiritual, perubahan diri, dan pertumbuhan pribadi. Karya seni rupa di sini berfungsi sebagai "teropong" untuk merenungkan ke dalam diri sendiri dan menggali makna yang lebih dalam.
Teknologi dan Koneksi Global Tidak hanya mengacu pada alat fisik, tetapi juga pada konsep pengamatan melalui teknologi. Beberapa seniman mungkin memilih untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi menghubungkan kita secara global, dengan menggunakan elemen seperti peta, garis-garis komunikasi, dan representasi simbolik dari konektivitas modern.
Seni rupa memungkinkan seniman untuk bermain dengan ilusi optik dan perspektif. Beberapa karya dalam pameran ini mungkin mengeksplorasi bagaimana perubahan sudut pandang dapat mengubah cara kita melihat dunia, menawarkan pengalaman visual yang unik dan menantang.
Pameran seni rupa dengan tema "Teropong”, masih kata David, adalah perpaduan antara kreativitas dan interpretasi yang luas. Setiap seniman memiliki pendekatan yang berbeda terhadap tema ini, dan setiap karya menawarkan jendela baru untuk melihat dunia melalui lensa seni rupa.
“Melalui lukisan, patung, instalasi, dan berbagai media lainnya, pameran ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana seni mampu mengubah pandangan kita tentang dunia sekitar, seperti teropong yang memperbesar objek-objek jauh menjadi lebih dekat dan bermakna,” ungkapnya
Terpisah, Kepala Taman Budaya Lampung, Dra. Heni Astusi, M.IP mengatakan, seniman dapat menggambarkan interaksi sosial, kehidupan sehari-hari, atau perasaan dan pikiran manusia. Ini bisa melibatkan lukisan potret, adegan kota, atau karya seni abstrak yang merefleksikan berbagai aspek kehidupan manusia.
“Teropong juga dapat menjadi simbol pengamatan mendalam terhadap diri sendiri. Seniman bisa menjelajahi aspek psikologis, emosional, atau spiritual dalam karya-karya mereka. Ini bisa berbentuk seni konseptual, instalasi, atau karya seni interaktif yang mengajak pengunjung merenung tentang diri mereka sendiri,” ujarnya.(bdy/inilampung)