Cari Berita

Breaking News

Menyimak Perang ‘Perang Pecah Lagi di Gaza, Lewat Antologi Kemanusiaan Palestina Satupena’

Dibaca : 0
 
Rabu, 10 Januari 2024


Oleh Jacob Ereste

Perang Pecah Lagi  di Gaza, itulah judul buku yang menghimpun sejumlah tulisan Antologi Kemanusiaan Palestina Satupena yang diterbitkan PT. Cerah Budaya Indonesia, pada Desember 2023.


Solidaritas penulis Indonesia untuk Palestina  diungkapkan Denny JA, dalam kata pengantar, sebagai Ketua Umum Perkumpulan Penulis Satupena, 2021-2026.


Dalam sajian keseluruhan buku ini yang dikatakan dalam katagori  puisi sebanyak 80 judul, lalu puisi esai 9 puisi esai, 8 cerita pendek dan 24 judul artikel (opini) yang dilengkapi biodata singkat para penulis sehingga berjumlah 281 halaman.


Dalam khazanah budaya  kepustakaan (perbukuan) kerja gagah Satupena ini sangat patut diapresiasi, dimana budaya membaca, budaya menerbitkan buku dan memelihara perpustakaan telah pudar akibat semua itu bisa dengan mudah diperoleh melalui pelayanan google  yang nyaris tidak lagi menyisakan yang harus dilakukan pekerjaan di wilayah kepustakaan.


Karena itu, dengan terbitnya sejumlah tulisan yang beragam jenis kelaminnya dalam buku ini, layaklah disebut upaya menerbitkan buku ini sebagai perlawanan budaya dari keterasingan kepustakaan dari budaya masyarakat yang sudah hijrah keyakinannya pada kepustakaan elektronik yang cenderung meninggalkan habitat perbukuan.


Denny JA mengawali pengantarnya dengan mengutip sepenggal puisi yang sangat menyentuh getaran hati kemanusiaannya, meski puisi yang dia kutip ini tidak lagi dia ingat siapa penulisnya. 


Yang menarik, tentu saja bukan karena Denny JA masih bisa mengingat bait per baik karya yang puitis dan mampu menyentuh rasa pirasa kemanusiaan yang tetap hidup sebagai fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tetapi ekspresi perlawanan atas kezaliman dan kekerasan yang dialami bangsa Palestina. Baik puisi tentang Palestina ini mampu menggedor memori waras yang berkelana bebas hingga dipadankan dengan ekspresi dari pidato yang dianggap yang tidak kalah menarik dan simpatik mengungkap ikhwal Palestina, meski Israel sendiri sebagai lawan dalam peperangan itu sudah kehilangan simpatik bangsa-bangsa di dunia.


Setidaknya Afrika Selatan telah mengajukan gugatan ke Court of Justice  (Mahkamah Internasional) atas genosida terhadap Palestina di Jalur Gaza. Dan Court of Justice menyatakan telah menerima gugatan itu pada 29 Desember 2023.


Israel dinyatakan oleh Afrika Selatan telah melanggar Konvensi Genosida Tahun 1948 yang disepakati akibat peristiwa Holocaust karena terbukti ada upaya menghancurkan sekelompok orang  secara keseluruhan atau sebagian dari penduduk tersebut.


Diperkirakan sekitar 1,9 juta warga Gaza telah mengungsi sejak agresi 7 Oktober 2023. Warga mencari tempat yang aman ditengah situasi kemanusiaan yang sangat mengerikan dan penuh ancaman kematian yang sia-sia. Karena sejak gencatan senjata berakhir awal Desember 2023, Israel makin brutal menggempur Gaza. Israel terus memperluas operasi militernya ke Selatan, tempat  ratusan ribu pengungsi Gaza berlindung. Dan menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 55 ribu orang mengalami luka-luka akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 itu.


Buku antologi kemanusiaan yang dieditori Akmal Nasery Basral diterbitkan Satupena ini, sungguh menarik dan relevan untuk menjadi perhatian semua pihak, termasuk mendiskusikannya  untuk memberikan jalan keluar dari tragedi yang direkayasa oleh manusia jahat yang tidak sepatutnya terjadi di muka bumi. Minimal, dalam kesepakatan luhur bangsa Indonesia seperti yang termuat dalam Mukadimah UUD 1945 dapat diwujudkan lebih nyata dalam bentuk solidaritas kemanusiaan yang adil san beradab, sesuai dengan sila Pancasila yang menjadi prinsip dasar kehidupan bangsa Indonesia.


Kumpulan karya anak bangsa Indonesia yang terhimpun dalam antologi sastra kemanusiaan ini sungguh mengusik rasa kemanusiaan seperti “30 Jam dalam Runtuhan” yang ditulis Isbedy  Stiawan ZS (hal. 50), “Surga di Tanah Terjarah”,  Mang Ridwan (hal. 60), dan “Surat dari Gaza” yang ditulis Prijono Tjiptoherijanto, sungguh sangat menyentuh hati.


Bahkan ada “Roman Maryam dan Abu Fattah” karya Pipiet Senja, penulis Cerita Pendek yang cukup produktif dsn konsisten menekuni profesinya sebagai penulis cerita. 


Sedangkan tulisan yang lebih serius semacam artikel diulas oleh Ahmadie Thaha dalam bentuk “Sepuluh Mitos tentang Israel”. Ada juga ulasan Aprinus Salam; “Cara Pandang  Melihat Melihat Konflik Palestina”.


Tidak kalah menarik adalah “Mengapa Kita Harus Bersama Palestina”, papar Budi Utomo (hL 185-188) hingga “Konflik Abadi  Israel-Palestina” (hal 193-199) yang dipaparkan oleh penulis senior Gunoto Saparie dari Semarang, Jawa Tengah.


Bahkan ikut pula Nasir Tamara yang cukup lama menghilang dari peredaran publik dengan alasannya yang tajam tentang “Perang Tanpa Akhir’ (hal 205-209). Sedangkan Dr. Ir. Satrio Arismunandar yang juga mantan wartawan senior spesialis Timur Tengah justru menggambarkan “Masa Depan Jalur Gaza” secara optimis dan sungguh sangat meyakinkan masa depan yang bisa dibangun dan kembali ditata secara lebih baik.*

Banten, 1-4 Januari 2024

LIPSUS