Cari Berita

Breaking News

Nasib Komoditas Karet PTPN

Selasa, 09 Januari 2024

Ilustrasi. Ist.

Oleh: Andy Relawan Perkebunan Nusantara (RPN)


INILAMPUNG.COM -- Nasib komoditas karet badan usaha milik negara (BUMN) PT Perkebunan Nusantara, Holding Perkebunan Nusantara (PTPN), masih belum menentu. 


Pada satu sisi, harga karet dunia yang fluktuatif menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Pada sisi lain, PTPN memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi karet, mengingat lahan perkebunan karet yang dimiliki perusahaan cukup luas.


Berdasarkan data Kementerian Pertanian, luas lahan perkebunan karet di Indonesia mencapai 4,7 juta hektare, dengan produksi sekitar 4,2 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, PTPN memiliki luas lahan perkebunan karet sekitar 1,2 juta hektare, dengan produksi sekitar 1 juta ton per tahun.


Pada tahun 2022, harga karet dunia sempat mengalami kenaikan hingga mencapai level tertingginya di kisaran US$ 1,9 per kilogram. Namun, harga karet dunia kembali turun pada tahun 2023, dan hingga saat ini masih berada di kisaran US$ 1,2-1,3 per kilogram.


Penurunan harga karet dunia, tentu berdampak negatif bagi PTPN. Pasalnya, perusahaan harus menjual karet dengan harga yang lebih rendah, sehingga pendapatannya juga ikut turun. Selain itu, penurunan harga karet dunia juga dapat menurunkan daya saing produk karet Indonesia di pasar global.


Untuk mengatasi tantangan ini, PTPN perlu melakukan, setidaknya ada tida hal. Pertama, meningkatkan produktivitas karet. Untuk ini, PTPN perlu melakukan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas karet, sehingga menghasilkan lebih banyak karet dengan biaya yang lebih rendah. 


Kedua, melakukan diversifikasi produk. PTPN perlu mengembangkan produk karet yang bernilai tambah tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Dan terakhir, meningkatkan efisiensi produksi. PTPN perlu melakukan efisiensi produksi, sehingga dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas.


Pada sisi lain, PTPN memiliki tiga potensi besar untuk meningkatkan produksi karet. Antara lain, PTPN memiliki luas lahan perkebunan karet yang cukup besar, sehingga memiliki potensi untuk meningkatkan produksi karet. PTPN memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan berpengalaman di bidang perkebunan karet. Dan PTPN memiliki akses ke teknologi dan informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi karet.PTPN memiliki peluang besar untuk meningkatkan produksi karet dan meningkatkan pendapatan perusahaan. Selain itu, ada satu hal yang belum tersentuh yakni pengembangan industri hilirisasi produk.


Hilisari Produk

Dalam kondisi perekonomian dunia dan strategi mempertahankan komoditi karet, PTPN perlu menjalankan industri hilirisasi karet. 


Hilirisasi diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah produk karet. Karet alam merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia. Namun, nilai tambah produk karet yang dihasilkan masih rendah, karena sebagian besar karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk bahan mentah. Dengan mengembangkan industri hilir karet, PTPN dapat meningkatkan nilai tambah produk karet, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan devisa negara. 


Dengan hilirisasi produk dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah karet. Saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor bahan mentah karet. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga karet dunia. 


Dengan mengembangkan industri hilir karet, PTPN dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah karet, sehingga dapat mengurangi risiko fluktuasi harga karet dunia. Dan dengan pengembangan industri hilir karet menciptakan lapangan kerja baru. Pengembangan industri hilir karet akan membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar. Hal ini akan dapat menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (*)


LIPSUS