Oleh Isbedy Stiawan ZS
Sejak 1986, kereta batubara rangkaian panjang (babaranjang) bergerbong 60-61 melintasi kampung kelahiranku, Rawa Subur. Sehari-semalam 50 kali melintas. Tanah bergetar, bagai gempa…(1)
—------------
Dulu, semasa 1970-1980 kereta penumpang
dari Palembang ke Pelabuhan Panjang
melintasi kampung kelahiranku, Rawa Subur,
pagi hari dan di waktu malam
hanya 2 kali sehari. lalu kereta pengangkut
barang menuju Teluk Betung lewat Garuntang
Lalu sejak 1 Oktober 1986, kereta gerbong
penumpang tiada lagi, sebab penyeberangan
ke Merak pindah ke Srengsem sebelum
Pelabuhan Bakauheni. Habislah kejayaan
perkeretaapian membawa penumpang
di Lampung. Tapi diganti dengan kereta
batubara rangkaian panjang, bergerbong
61 rangkaian ini mengangkut batubara
dari Tanjung Enim Sumatera Selatan ke Tarahan
Panjang Bandar Lampung. Batubara ini punya
PT Bukit Asam kerjasama dengan
PT Kereta Api Indonesia
orangorang pinggir rel kereta api
adalah kami yang harus setia digempur
gemuruh dan derap sepatu kereta yang
menjejaki rel besi yang amat panjang
bersisian tapi tak pernah bersatu meski
di pengujung stasiun
pagipagi, siang membara, maupun dini hari
kami tak boleh menahan laju kereta yang
bergerak di depan rumah; tidur kami
terganggu. atau apa pun, terkena kereta
yang lari dari rel lalu menimpa rumah
juga mati dilindas!
sepertinya kami harus ikhlas
kereta pengangkut batubara dari bukit asam
kami namai babaranjang setiap waktu
melintas. kencang maupun lambat jalannya
tetap tanah yang membebani rumah kami
bergetar. layaknya gempa.
lima puluh kali melintas sehari semalam
tak pernah pejam babaranjang mengusik
kami. dan berapa banyak korban – tewas
maupun lukaluka –
ditabrak kereta babaranjang. waktu kami
terbuang beberpa menit di depan pintu
perlintasan kereta. 60 atau 61 gerbong
menahan laju kendaraan kami. “dahulukan
kereta api…” itulah katakata di perlintasan
dan kami harus sejenak berhenti
mendahului laju kereta,
kalau tidak, “mau terseret jauh ke lubang
kubur?”
di sebuah perlintasan kereta api di Kota Bandar Lampung
sepasang kekasih tewas lantaran mobil
yang dibawanya lengah dan terseret
sepanjang 50 meter. mobil terhenti oleh
pagar pembatas dua kampung. orangorang
menceritakan, pasangan kasih masih remaja
sepertinya asyik bercanda sambil menikmati
musik saat mendekati perlintasan. “kami sudah meneriaki kereta lewat
namun pengemudi tak lihat
lalu, yang terjadi maka terjadilah,” kata saksi mata
ini kecelakaan yang ke sekian kali; mati
siasia. sebab tak awas saat melintasi
pintu kereta
mungkin juga lantaran ingin cepat tiba
di rumah, tapi yang diperoleh segera
sampai pada kuburan. tiada yang bisa
memastikan kapan ajal datang
dan dalam keadaan apa; maut amat kuasa,
bisa perantara kereta
deru babaranjang lebih dahsyat
dari pacuan kuda. lebih perkasa
dari segala benda di dunia,
ia tak mengenal salah
undang undang lalu lintas sudah menulisnya
“kami senantiasa benar, kalian salah. maka
beri dulu kami jalan, lalu kalian…” terompet
kereta seakan mengabarkan begitu.
seorang ibu yang diduga stres tewas
oleh babaranjang di Garuntang,
demikian kabar dari mulut ke mulut
esoknya kami baca di media
dan kereta yang menabrak terus menyeret
61 gerbong bermuatan batubara
ke Tarahan Panjang
seakan tak terjadi apaapa
deru babaranjang yang melintas
tak seperti kami nikmati musik romantis
melainkan gemuruh yang mengantar
kecemasan. ketakutan yang pelanpelan
bersemayam, “siapa lagi yang bakal jadi
korban ini kali?”
dan kami menghitung hari
dengan penuh hatihati
barangkali saja ini waktu
maut akan bertamu
tamu itu berkendara kereta
kami jadi asing kini
dua kampung yang dulu
sekali langkah sudah bisa bertandang
kini dibatasi pagar beton tinggi
seperti pembatas dua negara
di Eropa: tembok Berlin
batubara batubara dari Tanjung Enim
diangkut kereta gerbong panjang
menahan para pejalan di pintu perlintasan
membelah dua kampung yang dulu saling
silaturahim,
mengabarkan ketakutan demi ketakutan
menanam tak tenteram di hati
setiap kereta melintasi
kampung kelahiran ini
babaranjang, kereta batubara
rangkaian panjang, selalu melintas
50 kali sehari semalam di kampung
kelahiranku. di gemuruh gerbong
yang beradu, roda yang menderu di besi
rel. adalah nyanyian sendu para warga
berumah di sepanjang pinggir rel. rumah
rumah sederhana, sebanyak lainnya kumuh
tak layak huni, hamparan jemuran di depan.
sampah berserak di dekat bantaran rel
gubukgubuk para gelandangan bercinta
untuk membikin keturunan, tapi tak sebaja
kereta mentalnya kelak
sebuah potret yang kontras di zaman
yang telah melek pesawat telepon
Lampung 2022-2024.***
CATATAN
(1)Puisi esai ini adalah fiksi, terinspirasi dari peristiwa kecelakaan kereta pemuat batubara dari Tanjung Enim Sumatera Selatan ke Tarahan Panjang Bandar Lampung. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kereta_api_batu_bara_rangkaian_panjang)
Kereta barang bergerbong 60-61 ini sering disebut babaranjang/batubara rangkaian panjang. Pada tahun 2024 saja, sedikitnya 3 kali terjadi kecelakaan di jalur Provinsi Lampung, yakni pada 21 November 2024 (Wanita Diduga Depresi Tewas…,https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/sumbagsel/berita/d-7650658/wanita-diduga-depresi-tewas-tertemper-ka-babaranjang-di-lampung/amp?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=17362426004667&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fwww.detik.com%2Fsumbagsel%2Fberita%2Fd-7650658%2Fwanita-diduga-depresi-tewas-tertemper-ka-babaranjang-di-lampung), Sedan Terseret KA Babaranjang di Simpang Saprodi Abung Selatan, 3 Meninggal Dunia, (https://www.rmollampung.id/sedan-terseret-ka-babaranjang-di-simpang-saprodi-abung-selatan-3-meninggal-dunia), dan Tabrakan 2 Kereta Api di Lampung, Begini Kondisi 4 Korban (https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/sumut/berita/d-6391549/tabrakan-2-kereta-api-di-lampung-begini-kondisi-4-korban/amp?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=17362426004667&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fwww.detik.com%2Fsumut%2Fberita%2Fd-6391549%2Ftabrakan-2-kereta-api-di-lampung-begini-kondisi-4-korban)