INILAMPUNGCOM --- Ditengah masih runyamnya persoalan atas integritas akademik para petinggi pendidikan di Universitas Lampung (Unila), Rabu (28/5/2025) pagi puluhan mahasiswa menggelar aksi demo. Menggoyang suasana Kampus Gedongmeneng yang tengah tegang. Adalah aksi Aliansi FEB Menggugat yang mewarnai pagi hari kampus PTN itu.
Sejak pukul 08.00 Wib, puluhan mahasiswa menggelar aksinya di pelataran Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila. Mereka menyorot dugaan pembungkaman yang dilakukan oleh Dekan terhadap kasus kekerasan dan pelanggaran etik di lingkungan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) FEB.
Tak ayal, aksi ini merupakan bentuk perlawanan mahasiswa terhadap krisis multidimensi yang disebut telah lama dibiarkan, yaitu buruknya transparansi, ketidakadilan struktural, minimnya fasilitas kampus, hingga pembiaran terhadap kekerasan dan intimidasi oleh oknum Ormawa.
Isu paling utama yang diangkat adalah dugaan tindakan kekerasan yang disertai intimidasi dan pembungkaman terhadap korban. Mahasiswa menilai, Dekanat tidak menjalankan fungsi perlindungan dan penegakan etika dengan semestinya.
“Menurut bukti rekaman medis, pernyataan korban dan keluarga, serta bukti percakapan digital, telah terjadi kekerasan dan intimidasi. Namun sampai hari ini, tidak ada sikap tegas dari Dekanat. Ini adalah bentuk pembiaran dan pembungkaman terhadap korban,” tegas Jenderal Lapangan, M. Zidan Azzakri.
Dalam aksinya, Aliansi FEB Menggugat menyampaikan 4 tuntutan utama kepada Dekanat, yakni: Menghapus Ormawa yang terbukti melakukan kekerasan dan pelanggaran etik; Mengadili pelaku kekerasan sesuai prosedur hukum dan etika kampus; Melakukan klarifikasi publik secara terbuka; dan menghentikan segala bentuk intimidasi serta pembungkaman terhadap korban.
Pertemuan langsung antara massa aksi dengan Dekan, Wakil Dekan I, dan Wakil Dekan III pada pukul 10.30 WIB dinilai tidak menghasilkan progres. Pihak Dekanat menolak menandatangani Pakta Integritas yang diajukan oleh mahasiswa sebagai bentuk komitmen atas tuntutan yang disampaikan.
“Penolakan menandatangani Pakta Integritas hanya menunjukkan sikap tidak serius dan arogan dari pimpinan fakultas terhadap masalah ini,” lanjut Zidan.
Selain kasus kekerasan, mahasiswa juga menuntut transparansi keuangan, evaluasi total terhadap kinerja staf kampus, serta perbaikan fasilitas akademik yang selama ini dinilai minim dan tidak merata, khususnya di Gedung F, yang kekurangan AC, proyektor, dan komputer penunjang proses belajar mengajar.
Sampai aksi mahasiswa berakhir, belum membuahkan hasil konkrit. Aliansi FEB Menggugat menyatakan akan menggelar aksi lanjutan dalam waktu dekat dengan skala lebih besar. Mereka juga mengajak seluruh elemen mahasiswa Unila untuk bersatu dalam perjuangan ini.
“Tekanan kami sepenuhnya tertuju pada Dekanat FEB Unila. Kami tidak akan berhenti sampai Dekan dan jajaran menunjukkan tanggung jawab dan komitmen terhadap keadilan dan kebenaran,” tegas Zidan. (kgm-1/inilampung)