ilustrasi; net
DI UJUNG daratan provinsi, terdapat sebuah wilayah yang relatif tersendat kemajuannya. Itulah yang dikenal sebagai Kelurahan Balung Tua. Sudah bergonta-ganti kepala kelurahannya, tetapi perkembangan daerahnya, begitu-begitu saja.
Yang
mencuat justru cerita lain. Adanya perilaku sang sekretaris kelurahan alias
seklur-nya. Berpostur tinggi besar dengan wajah yang lumayan ganteng, seklur
dikenal sebagai tipe “pejabat kelincahan”.
Apa
maksudnya? Sadar benar bila ia memiliki daya pemikat yang lumayan kuat
–ditambah jabatan nan mentereng- praktik meruntuhkan kesetiaan perempuan pada
pasangan pun menjadi hobinya.
Setidaknya
ada 6 perempuan yang telah jatuh dalam pelukan sang seklur itu. Semuanya adalah
pegawai di lingkungan Kelurahan Balung Tua. Bahkan, ada yang statusnya istri
salah satu pejabat kelurahan setempat. Dan karena sang suami mengetahui bila
sang istri telah “mereguk api asmara” dengan seklur, ia mengajukan gugat cerai
ke Pengadilan Agama di kabupaten.
“Nanti,
kalau sudah resmi cerai, aku mau bilang sama seklur; itu istriku sudah ku
cerai, ayo nikahi sana. Toh, kamu
sudah duda, walau belum lagi kering tanah kuburan istrimu,” kata pejabat di
Kelurahan Balung Tua yang istrinya kena rayu seklurnya.
Saking
“lincahnya” sang seklur, berembus kabar, sesprinya pun dikasih “tugas rangkap”.
Menemaninya bobo siang. Di rumah dinasnya pula. Sial pun kejadian. Saat sang
sespri hanya memakai handuk untuk mengambilkan air minum buat seklur yang masih
leyeh-leyeh di tempat tidur, mendadak
suaminya muncul. Mengintip dari jendela. Terbelalaklah dia.
Sang
suami sepri yang hanya pegawai rendahan di urusan pegawai kelurahan, tak kuasa
menahan geram. Tetapi, si istri meredam. Dengan alasan demi jabatan dan masa
depan, suami pun terdiam. Apalagi, seklur menjamin semua kebutuhan keluarga
yang baru menikah beberapa bulan itu. Janjinya, bulan depan suami sespri diberi
posisi baru. Mencatet urusan uang masuk ke kelurahan.
Para
“korban kelicahan” seklur lainnya relatif nyaman dengan jabatan yang diberikan.
Posisi berbalas bodi yang digendangkan sang seklur. Bahkan –konon kabarnya- ada
yang sampai melahirkan buah pergulatan dengan sang seklur. Tapi, perempuan itu
tiada menuntut apapun. Karena diberi posisi plus uang bulanan yang mengucur deras.
Kisah
seklur si “pejabat kelincahan” ini sudah menjadi buah bibir masyarakat
Kelurahan Balung Tua. Tetapi, baik Pak Lurah maupun Wakil Lurah –tampaknya-
menutup mata dan telinga. Toh, itu
urusan pribadinya. Mungkin begitu alasannya. Apalagi, selama ini seklur memang
piawai dalam ”berbagi rejeki”. Jadi, tiada alasan untuk itu cawe-cawe urusan “kelicahannya”.
Kisah
seklur si “Pejabat Kelincahan” ini akan menjadi drama berseri, manakala para
“pemuasnya” mau mengungkap skandal yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan
ini. Namun tampaknya, semua hanya akan menjadi “kisah fiksi” hingga sang seklur
pensiun nanti. (kgm-i/inilampung)