Cari Berita

Breaking News

Usiaku Memang Senja, Tapi Semangat Belajarku Terus Menyala

Dibaca : 0
 
Editor: Rizal
Sabtu, 17 Mei 2025

 

Nur Fadhilah

Oleh, Nur Fadhilah


Di tengah hembusan angin waktu yang tak pernah henti, lansia sering dipandang sebagai insan yang telah usai berjuang. Namun sesungguhnya, usia senja bukanlah titik henti, melainkan panggung kedua untuk menyalakan bara semangat menjaga kualitas hidup, merawat tubuh, jiwa, dan harapan. Dalam fase ini, penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes melitus (DM) kerap menjadi teman seumur hidup, hadir tanpa diundang, namun tak harus menjadi penghalang untuk hidup damai. Justru, dengan pemahaman yang benar dan pendampingan yang manusiawi, penyakit kronis dapat dijinakkan, bukan dijadikan musuh abadi.


Sekolah lansia hadir bukan sekadar sebagai tempat berkumpul, melainkan sebagai wahana transformatif untuk membentuk pola pikir sehat, menumbuhkan sikap positif, dan memberdayakan lansia agar mandiri menghadapi tantangan kesehatan. Salah satu edukasi bermakna dalam program ini adalah “Hidup Damai bersama Hipertensi dan DM”, sebuah pendekatan empatik dan ilmiah yang mengajarkan para lansia untuk mengenali tubuhnya, mengelola stres, menyusun pola makan sehat, serta melakukan aktivitas fisik yang sesuai. Di ruang belajar itu, lansia tak hanya menerima informasi, tetapi juga mengurai ketakutan yang telah lama terpendam, menumbuhkan harapan yang sempat hilang, dan menemukan kekuatan dari dalam diri yang terlupakan.


Penelitian menunjukkan bahwa edukasi kesehatan berbasis komunitas dapat meningkatkan self-efficacy lansia dalam mengontrol penyakit kronis dan memperbaiki kualitas hidup secara signifikan (Kim et al., 2020; WHO, 2023). Intervensi sederhana seperti penyuluhan terarah, diskusi kelompok, dan latihan fisik ringan dalam suasana inklusif terbukti meningkatkan kepatuhan pengobatan dan stabilitas klinis. Namun lebih dari sekadar angka tekanan darah atau kadar glukosa yang turun, keberhasilan yang paling menyentuh adalah ketika seorang lansia berkata, “Saya merasa hidup saya kembali berarti.”


Dalam setiap langkah kecil menuju sekolah lansia, tersimpan keberanian besar untuk melawan keheningan dan rasa menyerah. Mereka yang hadir bukan hanya ingin sembuh, tetapi ingin kembali merasakan makna hidup. Semangat itu tidak lahir dari kekuatan fisik semata, melainkan dari kematangan batin dan kerinduan akan hidup yang utuh dan berdaya. Tidak ada kata "terlambat" bagi jiwa yang ingin berubah. Tidak ada usia yang terlalu tua untuk belajar mencintai diri sendiri dengan lebih sehat. Dalam setiap tatapan mata yang mulai redup itu, terdapat cahaya kecil yang menyala kembali ketika mereka mendengarkan dengan seksama, bertanya dengan tulus, dan tersenyum penuh harapan saat memahami bahwa mereka masih berdaya. Kita menyaksikan sendiri, dalam ruang sederhana itu, sebuah revolusi senyap terjadi: dari ketidakberdayaan menuju keberdayaan, dari pasrah menuju aksi, dari diam menuju semangat hidup yang membara.


Maka, mari kita rayakan para lansia yang berani bangkit dari keterbatasan fisik, yang memilih untuk hadir di sekolah lansia dengan semangat menyala, menyerap ilmu pengetahuan tentang hidup damai bersama hipertensi dan DM. Sebab dari sanalah dimulai revolusi kecil yang membungkus masa tua bukan dengan keluh, tetapi dengan syukur dan keberdayaan.


Usia senja adalah masa panen, dan sekolah lansia adalah ladang tempat benih kesadaran ditanam, disiram dengan pengetahuan, dan dituai dalam bentuk kesehatan yang lebih baik dan hidup yang lebih bermakna. Karena sejatinya, kualitas hidup di masa tua bukan ditentukan oleh jumlah penyakit, melainkan oleh seberapa dalam seseorang memahami dirinya, menerima kondisinya, dan memilih untuk tetap melangkah.

 

Referensi:

Kim, S. Y., Park, H., & Kim, S. (2020). The Effectiveness of Community-Based Health Education for the Elderly with Chronic Disease: A Meta-Analysis. Geriatrics & Gerontology International, 20(3), 205–213.

World Health Organization. (2023). Integrated Care for Older People (ICOPE): Guidance for Health and Social Care Providers.




(*)

Nur Fadhilah,M.Kes,Ph.D

Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Koord. Indonesia Ramah Lansia (IRL) Kota Bandar Lampung

LIPSUS