Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung (ist/inilampung)
INILAMPUNG.COM, Bandarlampung - Dunia pendidikan tinggi negeri di Lampung tampaknya sedang masuk “era bermasalah”. Diketahui, Universitas Lampung (Unila) saat ini tengah dirundung 2 persoalan serius; dugaan pelanggaran integritas akademik terkait plagiat plus perjokian yang disebut-sebut melibatkan beberapa petingginya dan adanya aksi kekerasan saat diksar pencinta alam yang diduga menjadi penyebab meninggalnya mahasiswa FEB, PWK.
Persoalan pertama sedang dalam penelusuran tim bentukan Senat Universitas yang nanti hasilnya dilaporkan ke Kemendiktisaintek. Persoalan kedua dalam penyelidikan aparat Direskrimum Polda Lampung, dan Selasa (3/6/2025) ini mahasiswa Unila menggelar aksi demo di depan Gedung Rektorat, setelah Senin (2/6/2025) kemarin meminta Gubernur mengawal proses kasus tewasnya PWK.
Lain lagi persoalan di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL). Saat ini, puluhan mahasiswa yang telah lulus mengikuti program pendidikan (prodi) saintek (sains dan teknologi) mengalami kebingungan.
Mengapa begitu? “Karena anak-anak itu kan selama ini materi perkuliahannya menyangkut eksak, tetapi sampai saat ini UIN belum bisa melahirkan Fakultas Saintek. Sejak mereka masuk tahun 2020 dulu sampai sekarang, berada dibawah Fakultas Tarbiyah. Akibatnya, sampai sekarang mereka belum bisa ikut wisuda,” kata Rahmat, orangtua salah seorang mahasiswa prodi saintek di UIN RIL, Senin (2/6/2025) kemarin.
Dijelaskan, mahasiswa prodi saintek selama ini terbagi dalam 4 fokus pendidikan, yaitu biologi, kimia, saindata (sains dan data), dan sisfo (sistem informasi). Sangat jauh berbeda yang mereka pelajari dengan prodi pendidikan. Meski sama-sama dibawah Fakultas Tarbiyah.
“Sesuai ketentuan, mereka yang kuliah di prodi saintek setelah lulus bergelar S.Si (Sarjana Saintek). Bukan SPd (Sarjana Pendidikan). Kalau mereka diwisudanya tetap sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah, tentu menyalahi ketentuan. Kami mempertanyakan kesungguhan pimpinan UIN RIL mengenai nasib lulusan prodi saintek yang jumlahnya kurang lebih 30 orang tapi belum mengikuti wisuda ini,” lanjut Rahmat seraya menyatakan ia telah menyampaikan informasi tersebut kepada Kementerian Agama RI.
Sementara sumber inilampung.com menguraikan bahwa seharusnya UIN RIL sejak awal dibukanya prodi saintek mengurus dengan serius lahirnya Fakultas Saintek. Karena adanya fakultas eksak merupakan salah satu persyaratan perubahan nomenklatur dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).
“Jika pihak Rektorat mau serius mengurus dan fokus terhadap lahirnya fakultas baru yaitu Fakultas Saintek (Sains dan Teknologi) yang dirancang mendukung IAIN Raden Intan menjadi UIN yang syaratnya harus ada fakultas eksak, tidak akan menjadikan puluhan mahasiswa sebagai korban. Tapi sekarang faktanya, mahasiswa yang seharusnya sudah diwisuda menjadi korban akibat ketidakseriusan atau ketidakmengertian pimpinan UIN dalam persoalan ini,” tutur sumber, Selasa (3/6/2025) pagi.
Baru Mau Dirapatkan
Lalu apa kata pimpinan UIN RIL terkait hal ini? Rektor Prof. Wan Jamaluddin yang dimintai konfirmasi, tidak memberi tanggapan. Melalui Warek I Prof. Alamsyah, persoalan ini memperoleh penjelasan.
Apa kata Prof. Alamsyah? “Infonya, ada mahasiswa yang tidak mau wisuda jika belum ada Fakultas Saintek. Barusan saya minta Dekan Fakultas Tarbiyah agar besok Rabu (4/6/2025) pagi rakor dengan semua mahasiswa sisfo yang lulus ujian akhir untuk memutuskan bersama mau wisuda sekarang atau menunggu terbentuknya Fakultas Saintek,” kata Warek I UIN RIL itu melalui pesan WhastApp, tanpa menjelaskan sudah sejauhmana pengurusan lahirnya Fakultas Saintek tersebut.
Menurut Prof. Alamsyah, secara substantif dan regulatif, lulusan sisfo (sistem informasi) sudah boleh dan berhak diwisuda dengan berbagai haknya sebagai lulusan prodi sisfo.
Jadi apa solusinya? “Saya menunggu besok, bagaimana aspirasi adek-adek lulusan sisfo ini,” tanggap Prof. Alamsyah.
Dijelaskan, pada rakor Rabu (4/6/2025) besok, dibicarakan secara terbuka dan kekeluargaan untuk mencari solusi terbaik bagi masa depan lulusan prodi sisfo.
Seorang mahasiswa prodi sisfo menyatakan jika pernyataan Warek I UIN RIL tersebut hanyalah aksi “buang badan” dan mengulur-ulur waktu saja.Pasalnya, sejak dibukanya prodi sisfo tahun 2020 lalu telah dijanjikan oleh Rektor UIN bahwa Fakultas Saintek akan diwujudkan maksimal pada tahun 2023. Faktanya, hingga saat ini janji tersebut tidak terbukti.
“Ini urusan pendidikan dan masa depan kami, bukan persoalan kekeluargaan. Ada regulasi-regulasi yang harusnya dipatuhi Rektorat. Masak urusan semacam ini dibicarakan secara kekeluargaan, bisa tidak pimpinan UIN memahami bedanya urusan kedinasan dengan keluarga,” kata mahasiswa ini dengan nada tinggi.
Mahasiswa yang tinggal mengikuti wisuda ini menegaskan, puluhan mahasiswa prodi sisfo akan melakukan “protes” dengan cara elegan, yakni menyampaikan nasib mereka yang digantung Rektor UIN RIL ke Kementerian Agama RI.
“Dalam waktu dekat, ada tim kami yang akan ke Kementerian Agama RI membawa data lengkap mengenai apa yang kami alami ini. Hal itu kami lakukan agar ada perbaikan nasib bagi adik-adik kami di prodi sisfo. Kalau kami diam saja, pihak Rektorat justru keenakan, dan adik-adik kami akan mengalami nasib yang sama, menjadi korban ketidakmampuan pimpinan UIN,” tutur mahasiswa itu seraya mengingatkan agar calon mahasiswa UIN RIL untuk tidak masuk ke Fakultas Kedokteran karena sampai saat ini semuanya masih belum jelas. (kgm-1/inilampung)