Cari Berita

Breaking News

Soal “Gegeran” Unila, Mantan Rektor MengakuTidak Banyak Mengikuti

Dibaca : 0
 
Editor: Rizal
Jumat, 06 Juni 2025

Mantan Rektor Unila, Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto, MS. (ist/inilampung)

 

INILAMPUNG.COM, Bandarlampung - “Gegeran” yang kini melilit Universitas Lampung (Unila) yakni dugaan pelanggaran integritas akademik dalam menghasilkan karya ilmiah guru besar alias plagiat dan perjokian dan kasus dugaan kekerasan hingga tewasnya mahasiswa FEB, Pratama Wijaya Kusuma, mendapat tanggapan diplomatis dari mantan Rektor Unila, Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto, MS.


Apa jawaban diplomatis akademisi yang pernah menjadi Rektor Unila selama 2 periode –tahun 2007 hingga 2011 dilanjutkan tahun 2011 sampai 2015- dan kini Ketua Yayasan Pendidikan Saburai itu? “Ijin yo, tidak banyak mengikuti, hehehe,” kata Prof. Sugeng ketika dimintai pandangannya atas “gegeran” di kampus yang pernah dipimpinnya, Jum’at (6/6/2025) siang, melalui pesan WhatsApp.


Ditanya apa harapannya terhadap Unila saat ini, mantan Dekan MIPA Unila tahun 2003-2007 itu pun menjawab singkat: “Kampus ku harus terbaik. Maaf ya.”


Jawaban singkat dan diplomatis dari mantan Rektor Unila yang hingga kini masih memimpin penelitian kolaboratif terkait ekowisata dan ekonomi kreatif di Lampung ini, menurut seorang dosen di Unila yang dihubungi Jum’at (6/6/2025) malam, dapat dipahami.


Maksudnya? “Ya, bagaimanapun Prof. Sugeng tidak mau dianggap cawe-cawe atau ada kepentingan, makanya Beliau hanya memberi tanggapan diplomatis dan formalistik begitu. Sekarang ini banyak petinggi yang sedikit-sedikit berpikirnya politis,” ucap dosen muda ini.


Menurutnya, seluruh keluarga besar Unila –baik yang masih aktif maupun telah pensiun- mengikuti dengan seksama perkembangan yang terjadi. Adanya 2 persoalan serius ini telah menciptakan “ketidaknyamanan” tersendiri bagi berbagai pihak yang terkait dengan Unila.


“Tapi ya mau bagaimana, namanya masalah harus dituntaskan. Soal dugaan pelanggaran integritas akademik, serahkan pada pemeriksa dari Senat Universitas. Soal mahasiswa FEB ya serahkan kepada Polda. Apapun risikonya, harus ditanggung oleh keluarga besar Unila,” tuturnya.


Sementara sumber inilampung.com menyatakan, sampai saat ini Senat Universitas belum menyelesaikan tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang diduga melakukan pelanggaran integritas akademik. 


“Ada beberapa kendala teknis. Ya biasalah, namanya akademisi, kan jago-jago semua. Jadi masih beradu argumentasi. Ada yang menilai tercantumnya nama RP di jurnal bukan persoalan walaupun beda latarbelakang keilmuan, tapi ada juga yang menyatakan itu persoalan. Kuncinya sebenarnya sederhana; kenapa Kemendiktisaintek memerintahkan Senat Universitas melakukan pemeriksaan, ya karena ada indikasi pelanggaran, kan itu saja. Tinggal dimana pelanggarannya, soal sanksinya apa, biar Kementerian yang bersikap,” urai sumber itu melalui telepon, Jum’at (6/6/2025) malam.


Diduga Libatkan 3 Nama

Terkait dengan dugaan pelanggaran integritas akademik berupa plagiat dan perjokian ini, sejak dua pekan silam telah beredar 3 inisial yang diduga kuat terlibat, yaitu L, H, dan S. Beberapa sumber yang dihubungi inilampung.com memberi sinyal bahwa 2 diantaranya merupakan petinggiUnila.


Menurut isu yang berkembang, inisial L adalah Lusmelia Afriani, Rektor Unila, H disebut-sebut sebagai salah satu Wakil Rektor Unila, dan S adalah dosen FKIP Unila. Namun Plh Humas Unila, Suratno, telah membantah jika inisial L tersebut adalah Rektor Unila, Prof. Lusi. Buktinya, ia tidak diperiksa oleh tim pemeriksa bentukan Senat Universitas.


Benarkah Prof. Lusi tidak terkait dengan dugaan pelanggaran integritas akademik ini? Menurut penelusuran di Google Scholar, setidaknya terdapat 4 jurnal miliknya yang diduga kuat dibuatkan oleh Dr. RP, MPd. Diantaranya jurnal ilmiah berjudul: Effect of sand faction percentage in soil mixture towards soil support power from dam construction, dan The identification of the Existece of Dispersive Soil on the Soft Saoil for Dam Filling Material.


RP sendiri ditengarai juga terlibat –atau menjadi joki- dalam pembuatan jurnal ilmiah 2 guru besar lainnya, yaitu H dan S. Sayangnya, sampai saat ini baik RP, H, maupun S belum berhasil dimintai konfirmasi. (kgm-1/inilampung)

LIPSUS